fifteen: Ayah...

166 47 5
                                    

Pagi ini, mas Leo datang menjemputku. Katanya ingin mengajakku bertemu dengan ayah dan ibunya. Aku tak bisa menolak, karna mas Leo memaksanya.

"Harus banget ya mas, pagi pagi gini." Kataku seraya menatap mas Leo yang berdiri dihadapanku.

Mas Leo mengangguk. "Iya, soalnya nanti siang aku ada jadwal meeting sama klien."

Aku menghela napas dan mengangguk. "Oke deh."

Mas Leo masih tersenyum, lalu ia meraih tanganku dan menggenggamnya. Sekilas mas Leo mengecup punggung tanganku.

"Kenapa sih, hm?"

Aku.terkejut.

Ini pertama kalinya ada yang berani menyentuh tanganku selain ayah dan mas Fajar. Dan, itu cukup membuatku terkejut dan jantungku mulai memicu kencang.

"O-oh, gak papa, mas. Cuma gak biasa aja pergi pagi." Kataku asal.

Mas Leo terkekeh. "Mukamu merah, kelakuanku terlalu manis ya?" Godanya.

Aku bedecak dan terkekeh. "Udahlah jangan godain aku. Yuk pergi, nanti mama sama papa mas nunggu lama."

Mas Leo mengangguk dan segera menarikku pelan kearah mobilnya. Mas Leo membukakan pintu mobil untukku dan aku tersenyum lalu mengucapkan. "Terimakasih mas Pacar."

Mas Leo terkekeh, aku bisa lihat telinganya memerah. Ih, lucu sekali!

Mas Leo menatapku sejenak sebelum menutup pintu. Ia tampak bahagia, lalu memutari mobil hingga sampai dipintu kemudi. Aku terus menatapnya, sampai mas Leo masuk dan duduk.

Aku bisa melihat gelagatnya yang salah tingkah karna aku selalu menatapnya. Aku kini sedang jahil, karna melihat mas Leo salah tingkah itu seru bagiku.

"Sayang! Nanti aku gak fokus nyetirnya kalau kamu ngeliatin aku terus!"

Aku terkekeh melihat betapa lucunya mas Leo merengek karna kejahilanku. Aku pun mengangguk dan memilih untuk menatap kearah lain.

Tapi...

Tatapanku malah jatuh ke seorang laki laki yang sedang duduk dimotor sportnya dan entah kenapa aku merasa dia menatap kearahku walau dia memakai helm fullface berkaca hitam.

Sepertinya dia sadar jika aku menatapnya, dia langsung menghidupkan mesin motornya dan pergi begitu saja.

Aku termenung, siapa lagi pemilik motor sport berwarna merah hitam itu kalau bukan mas Dipta?

Seketika hatiku kembali menyebut nama mas Dipta. Aku meringis, rasa sakit seolah olah selalu menyerang hatiku ketika melihat mas Dipta. Bahkan, hanya mendengar namanya saja hatiku sudah berdenyut nyeri.

Aku tersentak kecil saat merasakan tanganku digenggam. Aku menoleh dan mendapatkan mas Leo sedang menatapku dengan alis terangkat satu.

"Tadi kamu ketawa ketawa, sekarang kenapa keliatan murung?"

Aku memaksakan dua sudut bibirku terangkat keatas. Aku menggelengkan kepala. "Gak papa, mas. Cuma lagi sedih aja, karna ikan koi-nya naya mati."

Aku tidak bohong, Naya semalam cerita sambil sesegukkan karna ikan Koi-nya mati. Tapi, aku berbohong tentang alasan kenapa aku bisa murung.

"Caraku menjauh udah bener kok. Dengan menjauh, aku bisa berhenti berpikir kalau mas Dipta punya rasa sama aku."

Aku menarik napas dalam dalam lalu ku hembuskan pelan. Aku mengangguk, meyakinkan diri bahwa aku bisa berhadapan dengan ibunda dan ayahanda mas Leo.

Challenge in December || END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang