REVISI
Baru juga mobil mas Dipta berhenti ditempat parkir, deretan pesan sudah terpampang dilayar ponselku. Aku menghela napas.
Mas sayang: udah sampai?
Mas sayang: kamu gak kenapa kenapa kan sama si Dipta? Dipta juga gak ngapa ngapain kamu kan?
Mas sayang: pulangnya jangan lama, jam 9 udah harus dirumah!
Mas sayang: kalo pulang nanti kabarin mas
"Mas Fajar tuh ya, gak pernah berubah. Selalu aja gini." Gumamku.
Terdengar suara kekehan dari arah sampingku, aku pun menoleh. Mas Dipta tengah menatapku dengan senyuman.
"Wajar aja, Juw. Kamu adek perempuannya." Kata mas dipta.
"Aku gak beda jauh sama mas Fajar. Suka posesif sama Ryuji." Sambungnya.
Aku mendengus. "Gak wajar mas, kalau nanti aku punya pacar atau suami, dan mas Fajar tetep gini, kan susah!"
"Kalau kamu bisa obrolin tentang itu dengan baik baik sama mas Fajar, dia pasti ngerti kok. Mas Fajar cuma mau kamu baik baik aja."
Mas Dipta tersenyum dan menepuk nepuk pelan puncak kepalaku. "Dia cowok satu satunya dikeluarga kamu. Ada dua perempuan yang jadi tanggung jawabnya, bunda sama kamu. Kalau mba Vinka bukan tanggung jawab mas Fajar lagi, karna udah punya mas Agung."
"Kamu pasti paham maksudku, Juw."
Aku terdiam, apa yang dikatakan mas Dipta itu benar. Wajar jika mas Fajar bersikap demikian, karna aku masih tanggung jawabnya. Mungkin, saat nanti aku sudah bersuami, mas Fajar tidak akan seperti itu lagi.
"Ayo turun, temen temenku udah nunggu."
Aku mengangguk dan membuka pintu mobil, aku tersenyum saat mas Dipta sudah didepanku dan membantuku menutup pintu mobil. Ia memberikan tangannya.
Aku menatap mas Dipta, heran. Memangnya harus berpegangan?
"Kamu pakai sepatu tinggi, takut jatuh." Katanya.
Aku menggeleng. "Aman kok, mas. Udah biasa."
"Oh, yasudah."
Kita pun melangkah berdampingan memasuki sebuah gedung, dari pintu saja sudah beberapa pria menyapa mas Dipta. Mereka juga menyapaku, namun aku hanya bisa membalas dengan senyuman.
Sebagai anak introvert, aku benci tempat ramai. Terbiasa ditempat sunyi dan sepi, membuatku benci tempat yang ramai. Mungkin, kalau bukan mas Dipta yang meminta bantuan, aku akan menolaknya.
Tiba tiba kakiku tersandung sesuatu yang membuat tubuhku terhuyung ke depan. Untungnya mas Dipta notice dan segera meraih tanganku.
"Mas juga udah bilang tadi, Juw." Katanya dengan nada lembut.
"Maaf mas, karpetnya tuh yang salah." Gerutuku menunjuk nunjuk karpet berwarna putih.
Mas Dipta tersenyum. "Iya iya, karpetnya yang salah. Kakinya ada yang sakit?"
Aku menggeleng dengan cemberut. "Enggak ada."
Mas Dipta mengangguk, dia mengambil tangan kananku dan menggenggamnya. "Biar kamu gak jatuh lagi." Ucapnya dengan senyuman.
Aih, aura mas Dipta hari tampak berbeda dengan yang kemarin kemarin. Apakah, dia sedang bahagia hari ini?
"Widih, udah ada gandengan sekarang."
Tiba tiba seorang pria datang dengan seorang gadis cantik disebelahnya, biar ku tebak. Pasti mereka pemilik acara ini. Dari gaun cantik yang dipakai si wanita dan style jas berwarna hitam yang dipakai si pria, sudah membuatku tau kalau mereka si pemilik acara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Challenge in December || END✔
RomanceSi mageran tentang cinta dikasih tantangan sama temennya buat cari pacar dalam sebulan dibulan Desember? Yakin ketemu? Pernah deket sama cowok aja enggak, pernah jatuh cinta aja enggak, belum diajak pdkt aja udah nolak duluan, yakin bisa nyari pacar...