Selamat membaca❣
🦊🦊🦊
Entah perasaanku saja atau memang benar, Mas Dipta sejak kemarin jadi dingin dan cuek padaku. Padahal, saat hari pertama aku dibekasi, Mas Dipta selalu tersenyum walau tipis, dan mudah tertawa saat aku melempar lelucon.
"Apa mas Dipta marah sama aku?"
Sikapnya yang dingin berawal dari hari dimana mas Dipta mengirim pesan padaku untuk kekosannya tapi aku malah lupa dan datang terlambat. Dari situlah sikap Mas Dipta menjadi dingin, bahkan berbicara padaku saja hanya tiga atau sampai empat kata.
Walau memang dia orangnya seperti itu, tapi biasanya kalau bersamaku, dia akan sedikit menghangat.
Pagi ini, ku langkahkan kakiku menuju kosan bunda. Bunda menyuruhku untuk mengantarkan paket mas Agam yang kemarin datang dan Mas Agam meminta bunda menyimpannya sampai Mas Agam pulang ke bekasi.
Tadi bunda dapat kabar dari Mas agam, kalau dirinya sudah pulang. Mas Agam memberi tahu tadi malam, sekitar jam 11 kata bunda, jadi bunda tidak membacanya.
Pagi harinya, bunda langsung memintaku untuk mengantarkan ke kosan. Dan, aku disini, dikosan berdiri didepan pintu yang berangka 1.
Pintu ku ketuk beberapa kali namun tak ada jawaban dari dalam, aku memilih untuk duduk dikursi dan menunggu saja.
Ku dengar dari pintu disebelah kamar mas Agam terbuka, jadi aku menoleh dan mendapatkan sosok mas Dipta yang sudah rapih dengan kemeja putih polos dan celana catun berwarna abu abu.
Mas Dipta menatapku sekilas dan setelahnya sibuk mengunci kamar. Aku tetap menatap pria itu, sampai sekali lagi Mas Dipta menatapku, aku langsung tersenyum dan melambaikan tangan.
"Hay, Mas. Lama gak ketemu."
Lama apaan, semalem aja kita bertemu dipagar rumah. Mas Dipta baru pulang dari studionya dan kebetulan aku ingin pergi beli gado gado babeh.
Wajah mas Dipta tak merespon apa apa, tapi bibirnya bergerak menjawab sapaan ku.
"Semalem kita ketemu, kamu lupa?" Tanyanya seraya memasang sepatu.
Aku hanya cengengesan tak jelas, astaga, apa yang harusku perbuat. Aku tidak bisa berhadapan dengan orang dingin, Mas Dipta malah menjadi orang dingin itu. Haa...
Apa lagi yang ingin ku bahas?
"Kamu lagi ngapain?" Tanya Mas Dipta. Menatapku dan menatap benda yang ada dipelukanku.
Aku mengikuti arah mata mas Dipta. "Oh, ini. Paketnya mas Agam." Jawabku.
"Agam udah pulang?" Tanyanya, lagi.
Aku mengangguk, Mas Dipta hanya diam dan mengeluarkan ponselnya. Ia sepertinya akan menelefon seseorang. Ku lihat, mas Dipta meletakkan ponselnya ditelinga lalu tak lama dia berbicara dengan orang yang ditelefon.
"Udah pagi, Juwi nungguin didepan pintu."
Oh, dari kalimat itu aku sudah tau siapa yang mas Dipta telefon. Sebenarnya aku bisa saja menelefon mas Agam, tapi ponselku dirumah sedang dicas.
Tak lama pintu terbuka, mas Agam muncul dengan wajah baru bangun tidurnya. Aku bisa mencium aroma maskulin dari tubuh Mas Agam. Astaga, lihat otot otot tangannya itu.
Padahal, setahun yang lalu, aku melihat Mas Agam sangat ceking seperti sapu lidi bunda. Tapi sekarang, tubuhnya tinggi dan berotot. Apakah semua anak kosan bunda sudah glowing??
"Maaf ya, Wi. Nunggu lama ya?"
Aku tersadar dan langsung menggeleng. "Enggak kok, mas." Jawabku dan langsung memberikan paket milik mas Agam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Challenge in December || END✔
RomanceSi mageran tentang cinta dikasih tantangan sama temennya buat cari pacar dalam sebulan dibulan Desember? Yakin ketemu? Pernah deket sama cowok aja enggak, pernah jatuh cinta aja enggak, belum diajak pdkt aja udah nolak duluan, yakin bisa nyari pacar...