Selamat membaca sengqu❣
🦊🦊🦊
"Bun, Juwi pergi dulu ya?"
Bunda menatapku dengan dahi mengerut. "Kemana?" Tanya bunda.
"Temenin mas Dipta beli hadiah buat keponakannya."
Bunda hanya memanggut manggut saja, "Yaudah, jangan malem malem ya pulangnya."
Setelah berpamitan dengan bunda, aku melangkah keluar dari rumah. Menunggu Mas Dipta didepan pagar, sesekali aku menjawab sapa dan pertanyaan para tetanggaku yang lewat. Memang ya, tetangga selalu kepo dengan urusan tetangga lainnya.
Wajar saja bunda tak pernah kumpul kumpul dengan para tetangga dikomplekku.
Bunda pernah cerita, kalau dirinya selalu diwawancarai oleh para tetangga saat ada acara syukuran dirumah pak RT. Bunda risih dan sejak itu tak pernah lagi keluar rumah untuk berkumpul kumpul walau ada acara dikomplek.
Bunda kalau keluar rumah, biasanya pergi bersama teman teman masa kuliahnya dulu. Kalau tidak, pergi kerumah mba Vinka untuk bermain bersama Rafa.
Aku tersenyum saat sebuah motor sport menuju kearahku, aku tau siapa itu. Siapa lagi kalau bukan mas Dipta? Hanya dia yang memiliki motor sport dikosan bunda. Sebenarnya, mas Dipta ini dari keluarga kaya raya lho.
Cuma ya, rumah keluarga Mas Dipta itu jauh, ada dibogor. Mas Dipta disini karna studio musiknya ada disini, dia juga sejak SMP tinggal disini, dikosan. Menurutku, anak kosan yang paling lama dan paling bertahan itu mas Dipta.
Bayangkan saja, dari usianya 14 tahun sampai kini sudah 27 tahun. Sekitar 8 tahunan dia tinggal dikosan itu. Mas Dipta memang mandiri sejak kecil, dia tidak suka diperhatikan, dan ku dengar cerita tentang mas Dipta dari bunda. Mas Dipta sejak kecil memang sudah didik mandiri, bahkan keluarganya tak pernah peduli pada Mas Dipta.
Keberadaannya saja tidak pernah dianggap ada. Mungkin itu alasan mas Dipta memilih untuk ngekos sejak SMP.
Aku juga jarang liat Mas Dipta pulang ke bogor, dia selalu ada dikosan saat orang orang pergi berlibur kerumahnya. Sejauh ku kenal mas Dipta, aku hanya pernah melihat dia pulang kebogor sebanyak 4 kali.
Apa mas Dipta belum baikkan dengan keluarganya?
"Gak papa naik motor?"
Aku mengangguk. "Gak papa, mas. Aku juga pake celana." Jawabku.
Mas Dipta membukakan pengait helm dan memberikan helmnya padaku, dia juga membukakan pijakkan kaki saat aku sedang sibuk menggunakan helm.
"Muka mas Dipta pucet gitu, mas Dipta baik baik aja?" Tanyaku. Baru sadar jika wajah mas Dipta sedikit pucat.
"Aku baru bangun tidur." Jawabnya.
Kan, hitung saja setiap kosa kata yang dikeluarkan mas Dipta. Hanya terdiri empat kata atau lima kata. Ck, dia benar benar cuek padaku. Padahal tadi aku sudah senang, karna dia mengeluarkan banyak kata.
Aku menaiki motor mas Dipta dengan tangan kiri yang bertumpu pada pundak mas Dipta. Entah aku yang memang pendek atau motornya yang tinggi. Menyebalkan.
"Udah?" Tanya mas Dipta.
"Udah." Jawabku sedikit ketus.
Mas Dipta pun melajukan motornya dengan spontan aku mencibut jaket yang dipakai mas Dipta.
"Mas kalau mau ngegas motor tuh bilang bilang kek, aku hampir aja jatuh." Ucapku kesal.
"Maaf."
Aku hanya bisa mendengus dan menjawab "Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Challenge in December || END✔
RomanceSi mageran tentang cinta dikasih tantangan sama temennya buat cari pacar dalam sebulan dibulan Desember? Yakin ketemu? Pernah deket sama cowok aja enggak, pernah jatuh cinta aja enggak, belum diajak pdkt aja udah nolak duluan, yakin bisa nyari pacar...