eight: tentang mas Dipta?

177 48 2
                                    

Aku tersenyum tipis, berusaha terlihat ramah pada mas Keno. Temannya Cempaka yang kebetulan juga lagi liburan dikota jakarta selatan. Tidak jauh memang, tapi ku akui dia cukup gentlemen.

Dia tidak memaksa atau bahkan menyuruhku untuk datang menemuinya. Dia malah bilang, kalau aku mau dia juga akan mau bertemu. Dan, untuk bertemunya, biar dibekasi saja, agar aku tidak perlu repot repot menyusulnya dijakarta selatan.

"Jadi canggung," ucap mas Keno seraya meminum kopinya.

Sejak tadi, kita hanya berbincang bincang singkat. Mas Keno juga kelihatannya gugup, setiap berbicara, pasti dia selalu menghindari tatapanku.

"Oh iya, kamu disini sampai kapan?" Tanya mas Keno.

"Sampai bulan depan, Mas." Jawabku.

Jujur, ini pertama kalinya aku berdua duaan dengan laki laki yang bertujuan untuk menjalin hubungan asmara. Sebelumnya mana pernah seperti ini, makanya aku gugup dan tidak tau harus apa.

"Ouh... berarti, bulan depan kamu bakal balik lagi ke jakarta?" Tanya mas Keno.

"Iya." Jawabku.

Setelahnya kembali hening, kita sibuk meminum kopi sambil menatap keluar jendela yang menunjukkan pemandangan kota bekasi.

Aku melirik kearah mas Keno. Ada yang ingin ku tanyakan. "Em, Mas Keno?" Panggilku.

"Ya?" Jawabnya.

"Mas umur berapa?"

🦊🦊🦊

Aku bersumpah, jika aku kembali ke jakarta lagi, aku akan membunuh Cempaka.

"Bisa bisanya dia jodohin gue ke bapak bapak, sedeng emang!" Gerutuku seraya memasuki rumah.

Ku hempaskan tas selempangku ke sofa, lalu duduk disofa satunya lagi. Aku yakin, raut wajahku kini sudah tidak enak dipandang. Apa lagi celetukkan bunda membuatku semakin percaya kalau wajahku terlihat buruk.

"Asem banget muka kamu, Wi. Kayak yang habis ditolak cinta."

Bunda duduk dengan segelas air jeruk nipis hangat yang memang sering bunda konsumsi. Entah apa gunanya tapi kata bunda itu enak dan bunda ketagihan meminumnya.

"Juwi kesel bunda! Si cempaka masa ngenalin aku ke bapak bapak. Umurnya bahkan beda 5 tahun doang sama Bunda!" Kaduku.

Bunda tampak terkejut, dia meminum minumannya dan menatapku dengan tatapan seolah olah tidak percaya. "Emangnya kamu gak sadar kalau dia udah tua?"

"Gimana mau sadar, orang keliatannya masih muda." Ucapku dengan dengusan kesal.

Bunda menatapku, terkekeh sebentar sebelum berceletuk. "Lagian, aneh aneh aja tuh tantangan temen kamu."

"Besok mau ketemu siapa lagi?" Tanya bunda.

Bunda memang sudah tau tentang tantangan itu, bahkan bunda menyarankanku untuk tidak sembarangan memilih laki laki. Zaman sekarang, laki laki sangat berbahaya. Mereka tampaknya saja baik tapi ternyata buruk.

Sepertinya itu sudah berlaku sejak dulu, manusiakan paling pintar memanipulatif mangsanya.

"Gak tau, ini udah kelima kalinya aku ketemu sama kenalan Bimbi, Cempaka. Besok katanya, kenalan Naya mau ketemu juga sama aku."

Memang, sejak dua hari Cempaka menawarkan ide untuk mengenalkan aku ke teman teman laki lakinya, aku sudah berkenalan dengan 5 laki laki. Tapi, ya begitu. Tidak ada yang cocok dengaku. Mereka semua tidak masuk ke tipe ideal ku.

Challenge in December || END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang