Aku Makin Cinta

28 1 0
                                    

Setelah kembali ke Jakarta, aku dan Renatta menghadiri acara ulang tahun PKK Pusat yang diselenggarakan di Jakarta International Stadion alias JIS. Semua ibu-ibu PKK dari 34 provinsi ikut hadir dalam acara tersebut. Selain acara seminar tentang penguatan fungsi PKK sebagai organisasi wanita dalam pembangunan Nasional, acara juga diisi dengan dialog  interaktif yang serius tapi santai bersama para anggota PKK dan diisi juga dengan hiburan dari beberapa penyanyi papan atas negara ini. "Kami mau bertanya nih, Pak Presiden dan ibu. Kalau yang kami lihat di TV, Bapak selalu berusaha untuk menggandeng tangan ibu di tiap kesempatan, atau merangkul pinggang. Itu benar-benar real atau gimana?," tanya seorang anggota PKK dari Jawa Timur. Renatta dan aku tersenyum mendengar pertanyaan itu. Kupegang bahu Renatta sekilas sebagai tanda bahwa ia saja yang menjawabnya. "Nah...Saya di kode Bapak nih, disuruh jawab. Well. Soal itu....ya...Bapak memang sudah terbiasa menggandeng tangan saya atau hal kecil lainnya, gak hanya saat ada kamera, tapi di rumah juga sama aja. Bapak tuh love language nya lengkap. Dia bisa menunjukkan sayang dengan physical touch atau sentuhan, trus bisa juga nih, malam-malam pas saya mau tidur, dia bisikkan ke telinga saya, 'I love You, Ma.' Kadang malah, saya dan bapak gantian masak. Tapi sejak bapak udah menjabat sebagai presiden, ya....gak sempat masak lah, beliau. Saya yang handle jadinya. Kalau sama anak juga, Bapak selalu menunjukkan sayangnya. Dia bahkan menyempatkan waktu untuk menemani saya mengantar Qiana sekolah minimal 2 minggu sekali. Kalau Qiana ikut lomba atau apapun, Bapak selalu berusaha hadir meski sebentar untuk nemenin saya dan Qiana. Ya...itu support dari bapak lahm juga tanda cinta untuk keluarga," jawab Renatta sembari melirikku dan aku spontan merangkul pundak Renatta. Hal ini membuat heboh para ibu dan juga ada bapak-bapak pimpinan daerah yang ikut meramaikan acara. "Nah. Pak Presiden. Ini, titipan pertanyaan dari ibu-ibu di Kalimantan Barat. Pak. Rekomendasi tempat sarapan paling enak di Jakarta dong Pak, kami mau kulineran juga habis acara. Ya...sekalian menu sarapan terenak versi bapak," ujar seorang ibu yang aku tahu, beliau adalah istri dari walikota salah satu kabupaten di Kalimantan Barat, tempat lahirku.

"Tempat sarapan paling enak dan menu sarapan terenak? Mmmm...Menu dulu deh. Kalau menu sarapan paling enak buat saya adalah sarapan yang dibuat langsung oleh istri saya, apapun itu. Kalau tempat sarapan paling enak ya....tempat sarapan dimana saya bisa sarapan dengan istri saya, terserah apapun menunya," jawabku. "Lha...Kenapa begitu tho Pak?," tanya ibu lainnya. Ya. Ini memang dialog santai walau ada sisi seriusnya sedikit. "Iya. Karena saya memang mencintai istri dan terbiasa dengan hadirnya dia selama hampir 13 tahun dalam hidup saya. Jadi, apapun masakan istri saya ya...saya selalu suka. Dimanapun saya makan, asal ada istri ya...rasanya lebih enak aja. Apalagi kalau istri lagi nyuapin saya," jawabku sambil melirik Renatta yang tersenyum dan membuatnya makin cantik. "Ya...Tapi kalau menu favorit banget, ada sih. Saya dan Qiana paling suka cake coklat buatan istri kesayangan ini, dan pastel tutup. Itu cemilannya. Kalau makanan, saya paling suka semur buatan istri saya," lanjutku. "Nah. Sebagai istri Presiden, gimana cara ibu untuk tetap bisa mendukung karier bapak? Kan  ibu juga memiliki kesibukan sendiri di pekerjaan," tanya seorang ibu dari PKK Yogyakarta. "Kalau saya..karena sejak bapak jadi presiden tuh, sebagian kerjaan sudah di handle oleh kakak saya dan untuk di TV memang udah gak pernah lagi, palingan saya dukung bapak dengan memberikan saran maupun masukan saat bapak memintanya. Trus, jangan bebanin suami dengan hal yang kita rasa masih bisa kita handle sendiri. Makanya, saya juga ajarkan pada Qiana untuk menjadi wanita yang cerdas dan mandiri serta kuat. Kalau kita sebagai wanita bisa kuat, Insya Allah kita juga bisa smart dan kuat dalam memberikan dukungan maksimal untuk apapun karier suami kita," jawab Renatta. "Nah. Untuk bisa ngasih saran, pasti diperlukan wanita cerdas dan berwawasan luas, Bu. Istri saya ini lulusan culinary school di Paris dan ya...dia sosok wanita cerdas yang sangat terbuka pikirannya. Ia senang belajar berbagai hal baru dan karena itu, ia bisa menjadi partner diskusi paling menyenangkan dalam hal apapun. Makanya, saya selalu menekankan agar para lelaki yang baik hendaknya memilih wanita yang cerdas sebagai pasangannya. Kalau kita cerdas memilih wanita, Insya Allah, kita gak salah dalam mendidik anak karena anak kita mendapatkan sekolah pertama dari ibu yang cerdas. Ya...Pastinya didukung donk, pasangannya untuk belajar. Misalnya, kalau setelah menikah, istri mau kuliah lagi. Itu tugas suami untuk mengabulkan dan mendukung, bukan membunuh mimpi istri. Makanya, saya juga membuka peluang seluas mungkin agar para wanita bisa memperoleh kesetaraannya. Laki-laki jangan takut kalau wanita dan laki-laki bisa setara. Tapi takutlah kita sebagai lelaki, sebagai suami, jika kita tidak bisa membahagiakan istri. Mungkin di dunia istri tidak menuntut. Tapi di akhirat, kita ditagih tanggung jawabnya, apakah istri bahagia lahir batin saat bersama kita dalam pernikahan," tambahku. Perkataanku tentang pemilihan wanita cerdas sebagai istri ini memang memicu pro kontra. Namun sebagian generasi yang lebih modern setuju dengan ucapanku meski sebagian generasi yang patriarki minded masih menentangnya. "Masya Allah. Berarti Bapak Presiden sangat memuliakan istrinya sampai bisa seperti ini. Tips memuliakan istri tuh seperti apa pak? Lalu, Bapak pernah nggak, membentak dan memukul istri? Lagi naik nih Pak, kasus KDRT," tanya seorang wartawan padaku. "Ya...tips nya adalah sesering mungkin, tunjukkan bahasa cinta pada istri. Bisa dengan menghargai apa yang dia masak untuk kita, memeluk, menciumnya dan banyak lagi. Kalau didepan anak, lakukan hal yang sama agar anak tahu bahwa kita mencintai ibu dari mereka. Itu bisa menjadi contoh bagi anak untuk memiliki jiwa penyayang dalam dirinya. Qiana udah terbiasa kalau dia lihat saya merangkul mamanya, atau mencium pipi mamanya. Kalau saya lupa, Qiana yang justru bilang,'Papa. Lupa ya, belum cium mama?,' dan itu sinyal positif, karena anak bisa menerima pelajaran tentang menunjukkan perasaan sayang. Lalu, untuk apa tadi...bentak dan mukulin istri? Nauzubillah....Mas. Jangankan memukul. Meninggikan suara ke istri pun saya gak tega. Terlebih saat saya menjadi saksi saat proses kehamilan dan persalinan Qiana, anak kami. Kedua proses itu gak mudah, bahkan melahirkan tuh nyawa taruhannya. Terlebih, istri saya ini harus menyusukan Qiana sampai 2 tahun sembari dia tetap bekerja setelah masa nifasnya selesai. Dengan melihat semua itu, saya rasa, hanya lelaki pengecut dan kerdil yang sanggup membentak, apalagi melayangkan tangan untuk memukul istrinya. Jadi, bapak-bapak disini, tolong perhatiin staff nya, kalau ada yang berani mukul istri, adukan sama saya dan tim karena pelaku KDRT di instansi manapun ia bekerja, akan saya pecat dengan tidak hormat. Ingat, menyakiti wanita sama saja dengan menyakiti ibu kita sendiri," jawabku dan aku langsung spontan merangkul Renatta ku lagi yang dibalas dengan usapan sayang dari tangan istriku itu ke pipiku. "Kalau Bu Renatta sendiri. Gimana nih bu, rasanya dicintai dengan sangaaaat luar biasa oleh suami?," tanya wartawan dari majalah wanita. "Ya...Bersyukur dan bahagia sekali. Bapak tuh, jangankan membentak, deh. Naikin suara sedikit aja kalau kesel, gak lama kemudian dia langsung bilang, 'Ma. Maaf.' Bapak emang sangat lembut hatinya dan lelaki seperti bapak, gak akan tega memukul pasangannya dan selama hampir 13 tahun usia pernikahan kami, dan dari jaman awal pacaran, sekalipun bapak gak pernah memukul. Kepada anak kami pun sama. Bapak dan saya mengedepankan pendidikan tanpa kekerasan untuk anak kami Qiana. Cuma, bapak bisa sangat marah kalau ada yang mengusik orang yang ia sayang. Dulu pernah ada yang mengkritik dan menyela saya karena tatto yang saya punya di beberapa bagian tubuh saya sebelum kami menikah. Orang itu bahkan menghina saya dan itu didepan bapak. Bapak sangat marah sampai dia hampir menampar orang itu, yang notabone masih ada hubungan keluarga dengan Bapak. Saya mencegah bapak pada saat itu dengan memegang pinggangnya dan saya pegang tangannya dengan tangan saya yang lain. Lalu, dia bilang ke saya, 'Kamu kenapa cegah saya? Dia jahat sama kamu karena berani menghina kamu. Bahkan kalau kamu suruh saya untuk membunuhnya pun, akan saya lakukan meski dia keluarga saya.' Saya waktu itu bilang, 'Gak seharusnya kamu kotori tanganmu dengan memukul orang. Yuk. Kita tenangkan diri dulu,' dan saya ajak bapak ke tempat yang lebih nyaman supaya dia bisa tenang. Disana, bapak benar-benar memeluk saya dan dia bilang bahwa apapun yang terjadi, dia akan tetap menjadikan saya istrinya, dunia akhirat. Well. Itu memang cerminan suami saya ini," jawab Renatta dan ia kembali mengusap pipiku. Kuraih tangan Renatta dan kucium sembari berbisik, "I love you, Ma, always and forever." "Love you, too, Pa," bisik Renatta dan ia memelukku. Kupeluk sayang istriku dan seperti biasa, aku juga mengecup bahu Renatta. "Nah. Ini lagi, kebiasaan bapak dari dulu. Suka cium bahu," ujar Renatta. "Iya. Lebih tenang aja kalau habis mencium bahu istri," sambungku dan aku masih merangkul Renatta dengan sayang.

Tak lama kemudian, sesi hiburan dibuka dengan lagu Aku Makin Cinta oleh Mama Vina, salah satu diva negara ini. "Sebelum mama Vina nyanyi, saya mau kasih bunga dulu, untuk istriku tercinta. Ma. Dihari ini, dengan disaksikan semua yang ada di JIS, papa mau bilang kalau papa berterima kasih sama Allah karena Dia kirim mama untuk jadi istri papa. Ma. Makasih untuk selalu di sisi papa, menguatkan disaat papa rapuh, mengingatkan dengan lembut tiap papa marah karena beberapa masalah, menjadi istri yang hebat bagi papa dan ibu terhebat bagi Qiana. Ma. Di dunia dan akhirat, papa hanya mau 1 istri dan itu kamu. Kalau waktu bisa diputar lagi, pilihan papa tetap sama, memilih mama sebagai istri papa," ucapku sembari mengerahkan rangkaian bunga mawar merah, putih dan pink untuk Renatta sebagai bukti kecil cintaku padanya. "Pa. Kewajiban istri adalah mendukung suaminya selama itu positif. Papa sudah menjadi nakhoda kapal yang hebat. Mama sebagai navigator papa, udah seharusnya menguatkan disaat papa memerlukan kekuatan, menjadi sandaran ternyaman disaat papa lelah dan kita sama-sama membangun kapal yang bisa membawa kita menuju kebahagiaan. Pa. Tugas kita mendidik Qiana belum selesai dan mama yakin, bersama papa, kita bisa membuat Qiana menjadi anak yang pintar, solehah dan baik akhlak nya. Seperti papa yang tetap memilih mama walau dilahirkan kembali, mama juga akan memilih papa jika mama lahir lagi. Ya...mama percaya 1 hal, mama untuk papa dan papa untuk mama," balas Renatta dan mendengar itu, kupeluk istriku, yang hampir 13 tahun membersamai langkahku. "Masya Allah Bapak dan Ibu....mesra sekali dan selalu penuh cinta. Ini inspirasi couple goal yang sesungguhnya karena saya melihat dengan jelas, banyak cinta di mata bapak ke ibu dan sebaliknya. Memang benar, dibalik kesuksesan seorang lelaki, ada dukungan, doa dan cinta dari seorang wanita. Hari ini, saya lihat sendiri, Pak Doni begitu mesra dan sangat memuliakan ibu Renatta dan sebaliknya, ada bahasa cinta, juga doa dan dukungan yang ikhlas dari Ibu Renatta kepada Pak Doni. Ini contoh ya, bagi generasi sekarang, bahwa kalau kalian menikah dengan pasangan yang tepat, Insya Allah kalian akan bahagia seperti pasangan Presiden kita dan istri tercinta, Pak Doni Pradikta Hasyim dan Ibu Renatta Moeloek Doni Pradikta," sela mama Vina dan beliau bernyanyi. Ya. Renatta memang memakai nama Renatta Moeloek dari awal karier hingga saat kami menikah. Tapi, sejak menjadi Ketua Pembina PKK dan Dharma Wanita Pusat, ia menambahkan namaku dibelakang namanya karena semua pengurus dan anggota PKK maupun Dharma Wanita memang memakai nama suami mereka di belakang namanya dan itu juga yang dilakukan Renatta begitu aku menjadi presiden. Saat bagian reff akan dinyanyikan, mama Vina berucap, "Mau dengar suara Pak Presiden?," dan disambut teriakan, "Mauuu," oleh semua yang hadir. Lalu, mama Vina memberika microphone nya padaku dan aku menyanyikan reff lagu beliau yang juga kesukaan almarhum papaku. Sembari tak melepas rangkulanku ke pundak Renatta, aku bernyanyi, "Ternyata aku makin cinta. Cinta sama kamu. Hanya kamu seorang kasih. Ku tak mau yang lain, hanya sama kamu. Kamu yang terakhir yang kucinta." Setelahnya, aku mencium kening Renatta dan istriku itu spontan menyandarkan kepalanya ke pundakku. Kami pun kembali duduk dengan saling bergandengan tangan dan keromantisan yang kami tunjukkan membuat banyak pihak menganggap kami adalah contoh pasangan ideal yang saling menguatkan. "Ma. Papa sayang mama," bisikku saat kami kembali duduk. "Pa. Mama juga sayang sama papa," bisik Renatta. "Iya. Ma. Soal perempuan yang kata pengusaha itu untuk hiburan papa...ya...papa gak akan memakai perusahaan itu meski perusahaannya besar. Permainan mereka kotor sekali. Ma. Papa hanya memiliki 1 istri dan itu kamu. Papa harap mama percaya sama papa," ujarku pelan. "Iya. Mama tahu, papa orangnya baik dan suami sebaik papa, gak akan tega menyakiti hati istrinya," sahut Renatta dan aku menggenggam tangan istriku itu. "Makasih, Ma. Terus disamping papa, temenin papa," timpalku. Kugenggam tangan Renatta dan kukecup dengan sayang. "Iya. Mama disini, Pa," balas Renatta dan ia mencium tanganku. Di acara itu, ada banyak hiburan maupun doorprize menarik bagi tamu undangan.  Ya. Potret kemesraan kami memang menyebar dan harapannya, makin banyak suami yang memuliakan istri sebagaimana yang seharusnya.

Kesempurnaan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang