Qiana Yang Membanggakan

12 2 4
                                    

Tujuh Tahun Kemudian

Ya. Di 5 tahun pertama kepemimpinan ku, aku bisa dibilang cukup berhasil dalam menjalankan berbagai program kerja yang disusun bersama dengan kabinet Indonesia Cemerlang. Karena itu juga, masyarakat Indonesia kembali mempercayaiku untuk memimpin negeri ini meski jelang akhir kepemimpinanku, terjadi pandemi covid 19 yang mau tak mau banyak mengubah pola hidup dan kebiasaan komunikasi. Namun, berkat kerjasama lintas sektor yang solid dari tingkat RT hingga presiden plus sifat gotong royong yang kembali marak justru di saat-saat genting, kami bisa bangkit dan perekonomian serta sektor kesehatan bisa berjalan seirama. Yang tentunya tak dapat ku pungkiri adalah peran besar dan luar biasa dari istriku tercinta sekaligus ibu negara, Renatta Moeloek Pradikta yang selalu mendukung setiap langkahku plus dukungan tanpa henti dari putri tunggalku,Puti Qiana Grizelle Ratnaduhita Moeloek. Ya. Meski ia anak presiden, namun anak tunggalku ini memiliki segudang prestasi baik akademik maupun non akademik yang berhasil membuatnya selalu menjadi siswa berprestasi dari tingkat SD hingga saat ini, ia sudah duduk di bangku kelas XI di SMA Lab School, Kemayoran, Jakarta. Yang membuatku dan Renatta tambah bangga, aat ini, anak kami Qiana tengah menjalani karantina karena ia terpilih menjadi Paskibraka tingkat Nasional mewakili sekolahnya plus provinsi DKI Jakarta. Jadi, pada 2 hari menjelang HUT Kemerdekaan Indonesia tahun ini, aku akan mengukuhkan tim Paskibraka Nasional yang salah satu pesertanya adalah putriku sendiri.

"Pa. Sini. Krah baju papa biar mama benerin dulu,"ujar Renatta. Ah, dia selalu penuh perhatian dan itu tak berubah hingga hari ini, di usia pernikahan kami yang sudah 19 tahun. "Iya, Ma. Makasih ya sayang. Well. Pengukuhan Paskibraka tahun ini akan sangat spesial, Ma. Kan, salah satu pesertanya adalah anak kita sendiri, Qiana," ucapku dan kuletakkan 2 tanganku di pinggang Renatta. "Iya Pa. Mama juga gak sabar mau nemenin papa seperti biasanya. Trus, pas nanti upacara di hari H, semua keluarga inti kita berdua juga akan hadir dan mereka menempati tenda tamu. Mereka udah bilang kalau...mereka pengen liat Qiana langsung, apalagi oma, opa dan uti plus nena nya Qiana. Udah gak sabar semua," balas Renatta. "Iya, sayang. Well. Pastinya, kita sangat-sangat bangga sama Qiana. Meski dia anak presiden, tapi dia bisa tumbuh sangat baik dan prestasi serta kecerdasannya..Masya Allah. Makasih ya, Ma. Peran mama untuk jadikan Qiana sebagai anak yang hebat dan beradab tinggi tuh luar biasa. Mama tetap bisa berkarya sambil nemenin papa plus didik Qiana. Makasih, cintaku," sahutku. Kuraih tangan Renatta dan kukecup mesra seperti yang seringkali kulakukan. "Pa. Kamu juga sama. Kamu bisa jadi bapak ngara tanpa lupa akan kewajibanmu sebagai papanya Qiana dan suamiku. Pa. Ayo. Bentar lagi acara dimulai dan...udah ada Paspampres yang mau kesini. Yuk. Mama juga nungguin banget prosesi ini. Jujur, 5 bulan gak ketemu Qiana dan mama kangen," ujar Renatta dan ia cium tanganku. "Iya, sayang. Yuk. Papa juga kangen sama Qiana. Bener, Ma. Lima bulan Qiana gak sama kita, udah bikin kangen banget," balasku. Kugandeng tangan Renatta untuk menemaniku mengikuti prosesi pengukuhan tim Paskibraka tahun ini. "Ma. Lagi nostalgia?," bisikku saat kami berjalan bergandengan menuju lokasi acara yang juga berada di kompleks Istana Negara. "Ya...jadi inget pas mama Paskibra di Bogor puluhan tahun lalu, sih, Pa. Dulu, mama kan pengen jadi tim Paskibraka Nasional. Tapi, justru Qiana yang wujudkan mimpi mama," bisik Renatta pula padaku. "Iya, sayang. Tapi saat ini, tepatnya 7 tahun ini kan, mama adalah ibu negara," balasku sambil berbisik pula. Renatta tersenyum mendengar ucapanku. Kami pun bergandengan menuju ruangan dimana pengukuhan tim paskibraka akan dilakukan.

Saat pengukuhan tim Paskibraka, aku berpesan agar semua tim tetap solid, saling jaga dan selalu mendengarkan arahan pengajar. Kepada para pengajar, kungatkan agar mengajari anak-anak tim Paskibraka dengan humanis selayaknya anak sendiri. "Kepada anak-anakku, tim Paskibraka, jalankan tugas di Hari Kemerdekaan 2 hari lagi dengan senyum dan ikhlas. Untuk para pengajar, tolong, buat suasana bimbingan dan arahan kepada anak-anak kita, tim Paskibraka ini dengan sekondusif mungkin. Perlakukan mereka selayaknya anak-anak kita, karena masa depan Indonesia ada di tangan mereka," pesanku secara singkat pada semua tim paskibraka plus pengajar mereka hari itu. Kemudian, prosesi pemasangan tanda tim Paskibraka dilakukan secara simbolis. Kukenakan lambang tersebut pada 2 perwakilan Paskibraka, 1 putra dan 1 putri yang masing-masing berasal dari D.I. Yogyakarta dan Papua Barat. Usai pengukuhan, semua anggota paskibraka dibolehkan untuk bertemu sejenak dengan kedua orang tua mereka yang secara khusus kami undang, kecuali Qiana karena ia hari itu bisa pulang sebentar ke Istana Negara dan bertemu denganku serta Renatta meski hanya sebentar. "My girl...Do your best, Nak. Gak lama lagi, sayang," ujarku. Kurentangkan tanganku dan kupeluk erat putri tunggal yang 5 bulan ini tak bisa kupeluk. "Yes, Pa," sahut Qiana sembari memelukku dan hari itu, aku bangga melihat Qiana memakai busana khas tim Paskibraka yang menjadi impiannya sejak kecil. "Sayang. Hey. One step again," ujar Renatta. Ia peluk dan cium putri kami seperti yang kulakukan. "Yes, Ma. Always pray for me, ya," sahut Qiana sembari memeluk sang mama. "Iya, sayang. My pray always be with you," timpal Renatta. Ia cium kening Qiana. Kami juga sempat beberapa kali mengambil gambar. Ada pose saat aku memasangkan lencana tim paskibraka ke putriku yang tentu secara simbolis kulakukan bertiga saja antara aku, Qiana dan Renatta. Lalu, nantinya ada  momen saat Renatta menyerahkan piala estafet buatannya untuk Qiana sebagai tanda regenerasi tim Paskibraka karena Qiana meneruskan jejak Renatta sebagai tim Paskibraka, bahkan di level yang lebih tinggi. Semua di abadikan dan akan kami upload di sosial media masing-masing segera usai acara pengukuhan. Kemudian, ada 1 momen yang memang request dari Renatta untuk ia lakukan dengan Qiana secara khusus. "Nak. Ini. Mama sengaja bikin piala khusus untuk kamu, begitu mama tahu kalau kamu masuk seleksi di Jakarta Selatan. Rencana mama, ini akan mama serahkan saat kamu dilantik jadi tim Paskibraka DKI. Tapi, mama serahkan sekarang di level tertinggi kamu sebaga tim Paskibraka Nasional. Ini piala estafet tim Paskibraka dari mama yang mantan Paskibraka Kota Bogor puluhan tahun lalu dan sekarang, mama minta, Qiana lanjutkan itu di Istana Negara. Mama dulu masuk tim 8, sama seperti Qiana sekarang," ujar Renatta dan ia serahkan piala estafet itu kepada Qiana. Ya. Ini seolah tradisi Paskibraka yang diciptakan keluarga Renatta , dan wanita kedua di keluarga Renatta yang menjadi tim Paskibraka adalah Qiana, sedang yang pertama tentu Renatta, sang mama. "Iya, Ma. Qiana terima pialanya dan mama sama papa doain ya, biar perform Qiana and team bisa maksimal lusa," balas Qiana. "Iya, sayang. Ada doa papa dan mama bersama kamu, Nak" ujarku. Kupeluk Qiana dan Renatta, 2 wanita yang menjadi cahaya hidup serta penyemangatku. Tak lama, ada pemberitahuan bahwa semua tim paskibraka harus kembali ke camp mereka karena waktu pertemuan dengan orang tua sudah selesai. Acara berakhir dengan foto bersama antara keluarga kepresidenan alias aku dan Renatta bersama tim Paskibraka yang baru saja di kukuhkan. Sebelum itu, aku menitipkan makanan plus oleh-oleh kecil untuk semua peserta Paskibraka. Baru usai acara, Renatta dan aku kembali ke Istana Negara dan mengecek segala persiapan upacara lusa, seperti yang sebelum-sebelumnya kami lakukan.

Kesempurnaan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang