Curhatan Cinta

39 1 0
                                    

Tiba dirumah. "Mi. tadi sempat agak debat sama Rena soal pembagian biaya pernikahan. Doni maunya ya...Doni yang nanggung semua. Tapi Rena gak mau. Dia beralasan bahwa pernikahan adalah penyatuan 2 manusia dan kesediaan berbagi apapun, termasuk biaya nikah. Jadi, dia mau biaya nikah kami dibagi 2. Doni heran, kok bisa Rena mikir begitu," curhatku. "Itu artinya, Renatta beneran perempuan berkelas, modern, juga mandiri dan terpelajar. Dia begitu ya....karena ajaran kedua orang tuanya dan tempaan hidup saat dia di Paris. Dia terbiasa melakukan apapun sendiri. Beneran Don. Kamu harus jaga dia dengan baik. Jangan kamu sia-siakan kado Allah berupa wanita terindah untukmu. Mami dan papi dari awal melihat Renatta malah merasa seperti melihat bidadari di bumi ini. Aura nya positif banget walau sebagian keluarga kita memandang aneh pada tattoo nya. Tapi itu bukan masalah. Tattoo atau nggak kan pilihan orang. Yang penting tuh karakter, attitude dan kecerdasan. Renatta memiliki 3 hal itu plus dia juga sangat cantik layaknya putri kerajaan. Eh...Gak tahunya benar. Dia ada turunan bangsawan kerajaan Minangkabau. Ya udah. Komplit lah Don. Rena beda karena dia spesial, Nak," sahut mami. "Iya Mi. Mami benar. Rena malah bilang sama Doni untuk selalu jaga kondisi supaya tetap sehat karena perjalanan kami gak stuck sampai hari pernikahan saja," timpalku. "Lagi-lagi dia benar. Di usianya yang terpaut lebih mudah 7 tahun darimu, pemikirannya sangat dewasa dan memang, mami melihat ada kharisma sendiri di diri Renatta yang beda dengan wanita lain, apalagi mantan-mantanmu. Buat mami, dia yang terbaik. Dia sangat dewasa dalam berpikir dan bijaksana dalam bertindak. Wanita yang karakternya seperti Rena adalah wanita yang cocok untuk mendampingi kamu, anakku," sambung mami sambil menatapku. "Iya Mi. Rena udah membuat saya merasa bahagia dan sempurna. Benar kata orang bahwa bahagia pria adalah harta, tahta dan Renatta. Alhamdulillah. Ketiga hal itu sudah saya miliki dan Insya Allah akan semakin lengkap setelah saya resmi menikahi Renatta," ujarku sembari memeluk mami. "Iya Nak. Doa restu mami selalu mengiringimu dan abangmu. Mami bersyukur. Kamu dan abangmu mendapat calon istri yang sama-sama baik, pintar dan berkelas sesuai passion mereka. Walau banyak yang bilang kalian menikahnya agak 'telat' di usia sekarang, tapi menurut mami..kalau dengan itu kalian bisa menikahi wanita terbaik ya...kenapa nggak," dukung mami. "Oh iya. Mami juga mau nambah 1 kitchen lab dan beberapa ruangan lagi di rumah ini. Kan mau nyambut 2 calon mantu. Sesekali toh abang dan mbak mu juga main kesini kan," lanjut mami semangat. "Iya. Mami benar. Malah saya juga mau sedikit merenovasi kamar dengan menggabungkan selera saya dan Rena," balasku. Mami setuju. "Malah mi, Rena mau undangannya tanpa gelar kami sih awalnya. Cuma...Mami tahu kan, sebagian keluarga kita masih ada yang remehkan dia. Makanya, kami putuskan untuk buat 2 versi undangan, ada yang pakai gelar akademik dan ada yang tanpa gelar akademik. Kalau tanpa gelar akademim, untuk keluarga Rena dan sahabat kami yang paling dekat. Kalau yang dengan gelar akademim sama pekerjaan kami, itu untuk keluarga kita dan tamu undangan lainnya," ucapku lagi. "Asal ini bisa membuat calon mantu mami nyaman...Gak masalah, Nak. Kan....Mami mau besanan sama trah Moeloek, itu trah yang gak sembarangan. Kumpulan orang-orang hebat dan calon istrimu adalah salah satunya. Makanya. Papi tuh bangga sekali sama kamu, karena bisa menambatkan hati ke salah satu keturunan mereka. Ya....Siapa yang gak tahu kiprah mereka di bisnis dan kemanusiaan," timpal mami. "Iya. Kan Bang Dani juga dapat calon istri dari keturunan yang gak sembarangan, Mi. Lagian, kalau mami bahas ini didepan Rena, dia agak kurang nyaman. Dia kan gak terlalu suka disanjung kalau untuk keturunan dan gelar bangsawannya, Mi," curhatku. "Iya. Makanya itu. Ajeng juga anak baik. Makanya. Papi langsung setuju pas Ajeng dikenalkan ke kita semua. Kan Om nya Ajeng juga ada yang sahabat karib papimu. Mereka sampe kerja sama bisnis loh. Kalau ke Rena, papi auto setuju pas liat naka belakang dia. Trus kan....Papimu paham betul gimana sosok keluarga calon istrimu. Belum lagi, baik Rena maupun Ajeng memang wanita-wanita yang baik dan bisa mencintai kalian," balas mami. Beliau malah akan merenovasi rumah demi menyambut 2 calon menantu kesayangannya.

Hari berlalu dan aku bersama Renatta memang tenggelam dalam rutinitas pekerjan, juga hal lain terkait persiapan pernikahan kami. Aku juga ikut membantu persiapan pernikahan Bang Dani dan Mbak Ajeng. Renatta ikut membantu dengan menghubungi beberapa rekan kerjanya sesama chef dan food consultant di Jogja untuk membantu urusan catering di pernikahan abang dan mbakku walau pernikahan mereka berlangsung di Jepara. "Mas. Untuk catering nikah Bang Dani dan Mbak Ajeng, udah aku urusin. Karena mereka temanku, aku malah dapat special price sih. Mereka juga yang nanti bantu kita untuk catering nikahan kita yang di Prambanan nanti. Kan kalau untuk catering akad nikah sama resepsi di Royal Ambarrukmo udah include pake catering hotel. Ya....walau nambah menu khas Padang pas resepsi dari luar sih Mas," cerita Renatta sat kami makan malam berdua di warung sop langganan kami. Kekasihku itu tak canggung makan di tempat yang tergolong 'biasa saja' walau saat ini semua orang sudah mengenalnya sebagai chef handal, food consultant, enterpreneur sekaligus juri Masterchef Indonesia. "Iya sayangku. Trus total biayanya berapa? Udah dibayar sama abang belum?," tanyaku sembari menatap sayang Renatta. "Kata abangmu sih udah. Tadi sempat videocall sama mereka pas mereka lagi ke tempat temanku," jawab Renatta. "Aku pengen kasih mereka tiket bulan madu ke Irlandia deh sayang. Kan pas untuk petualang kayak mereka," ucapku pada Renatta. "Loh. Kasih aja Mas. Kenapa nggak. Kan sama abangmu sendiri. Selama ada rejekinya, nyenengin keluarga tuh satu keharusan. Untuk masalah itu, aku rasa..kamu gak perlu ijinku deh Mas," sahut Renatta. "Na. Aku hanya berusaha untuk terbuka. Nanti kalau kita udah menikah, aku juga harus terbuka untuk masalah keuangan ke kamu loh sayang," timpalku. "Iya. Aku juga sama sih Mas. Intinya, ada keterbukaan dan kita kurangi debat tapi perbanyak diskusi kaaaannn....," sambung Renatta sambil mencubit iseng pipiku. "Iya cintaku. Bener banget loh kamu," balasku seraya menjawil hidung Renatta yang mancung alami. Ia tertawa dengan perlakuanku padanya. "Mas. Untuk desain undangan, nih. Aaron kasih beberapa contoh. Kamu mau yang mana? Kan nanti undangannya beda antara untuk akad dan resepsi di Royal Ambarrukmo sama untuk di Prambanan," ujar Renatta sembari memperlihatkan beberapa contoh desain undangan yang dibuat oleh pacar dari kakaknya itu dari smartphone nya.

Kami sejenak melihat beberapa desain. Setelah itu, aku bertanya pada Renatta, "Untuk yang undangan akad, pake yang ini aja gimana? Perpaduan putih dan navy blue gitu. Nanti ada foto waktu kita di Irlandia. Kan pas. Ada nuansa lautnya juga plus digabung sama nuansa garden karena ada bunga-bunga plus ukiran putih sama pink muda dan baby green." "Mas. Kalau undangan akad nya gak pake foto gimana? Biar lebih simpel aja," usul Renatta. "Mmmm...coba kulihat. Well....Oke sih sayang. Without photo tapi tetap simpel elegant ya. Cuma kalau untuk tamu VIP nya gimana? Kan di 3 acara kita, Insya Allah ada beberapa menteri. Bahkan yang menjadi saksi nikah dari pihak kamu adalah Om Faried dan Pak Presiden. Yang langsung menikahkan kita juga Sultan Yogyakarta kan, karena beliau adalah teman almarhum papi pas sama-sama kuliah di Jogja dulu. Kalau saksi dari pihakku, ada Om Iwan dan Pak Sandiaga Uno. Apa dibedain aja nih. Untuk undangan VIP, kita pakai yang ini aja. Tuh, pake cover nuansa gold. Undangannya juga dominan gold dengan kertas putih yang bagus, ada ukiran-ukiran mewah gitu dan tulisannya nanti bisa warna hitam dengan jenis huruf yang kece, biar kelihatan tulisannya. Soalnya kan, akad nikah kita nanti bertema adat juga. Didalam undangan, ada foto kita waktu tunangan di Bali, plus keterangan lain seperti waktu, juga tempatnya kan. Gimana?," tanyaku. "Kalau itu untuk undangan akad keseluruhan gimana? Biar kesannya gak ada beda antara VIP dan non VIP. Menurutku disamakan aja. Janan dibedakan antara undangan VIP dan non VIP deh Mas. Pake 1 desain aja. Desain kedua tuh keren. Simpel tapi mewah dan elegan. Kita kemas undangannya pake boks kalau untuk tamu yang diundang di semua sesi acara sampai acara di Jakarta. Kurasa lebih praktis. Kalau yang kita undang hanya di acara tertentu ya udah. Kasih undangan per acara aja," balas Renatta. "Oke juga. Nah. Cover undangan kita nanti tuh senada dengan cover undangan pas akad. Gimana?," tanyaku pada Renatta. "Bisa. Cuma pas akad tuh..gimana kalau kita pake undangan yang ukirannya sama tapi warnanya silver? Untuk di Prambanan, baru warna gold. Kan resepsi sesi 2 di Prambanan tuh memang full adat Jawa dan emang identik dengan gold," jawab Renatta seraya mengajukan usulnya. "Bisa. So, cover undangan yang boks itu, kita samakan dengan warna undangan yang di Prambanan aja. Kan itu puncak acaranya untuk yang di Jogja. Untuk undangan resepsi adat Minang dan resepsi di Jakarta malah belum nih," timpalku. "Iya. Kan untuk acara di Jakarta, katanya abang kamu yang buat. Uni buat undangan untuk acara resepsi adat Minang. Kalau uni udah kirim beberapa desain sih. Coba lihat yuk Mas," ujar Renatta.

Kami melihat contoh undangan tersebut. Memang, ada beberapa desain yang menggoda kami. "Mas. Ini keren banget. Tuh. Nuansa red and gold yang Padang banget plus ada karikatur wajah kita dengan busana Padang dan ditambah latar belakang Rumah Gadang. Pas. Nyambun sama boks cover untuk undangan kan," usul Renatta. "Iya ya. Keren nih. Padang modern. Ini aja ya untuk undangan resepsi adat Padang yang diadain habis nikah," sahutku. Aku setuju dengan desain undangan yang dipilih Renatta. Undangan tersebut tetap memiliki kesan tradisional namun dikemas modern. "Nah....Sayang. Abangku baru aja ngirim desain untuk undangan di Jakarta seminggu setelah acara di Jogja. Itu emang dibuat beda dari cover sih. Soalnya ada yang hanya dapat undangan untuk di Jakarta aja kan, seperti rekan bisnis kita dan orang tua kita yang gak terlalu akrab juga. Liat yuk," timpalku. Renatta setuju. Kami dengan seksama melihat beberapa desain undangan yang menurut kami memang disesuaikan dengan tema undangan di Jakarta yang lebih mengusung konsep gabungan antara royal wedding, stardust and floral yang mewah serta elegan sesuai keinginan calon mama mertuaku dan mamiku sendiri. Abangku memang membuat desain undangan dengan warna navy blue dan gold yang dominan. "Bagus banget kalau yang ini, Mas. Beneran dominan navy blue dan gold dengan foto pertunangan kita. Trus, ada barcode juga nanti, karena diadakan di Ritz Carlton Pasific Place. Beneran. Undangannya mewah karena dikasih bludru warna navy blue plus pake warna gold juga. Mewah tapi ada simpel nya," ucap Renatta. Ia malah mengirim desain undangan itu ke mamanya dan...sang mama setuju. Malah beliau senang dengan desain undangan itu. "Huft.....Undangan udah oke sayang. Aaron udah aku kasih tahu desain yang kita mau, uni juga. Mereka besok mau ke percetakan langganan keluarga kami. Untuk undangan di Jakarta.....Kamu tinggal bilang sama abangmu ya sayang," lanjut Renatta. "Iya cintaku. Untuk undangan di Jakarta, itu memang langsung dikerjakan sama abangku, kerjasama dengan temannya yang biasa nanganin undangan royal wedding di keraton," timpalku. "Ya udah. Well. Untuk nama kita....ya....kalau undangan khusus keluargaku, menurutku..jangan pake gelar akademik deh, Mas. Cukup nama kita. Kalau untuk yang lain...up to you," ucap Renatta. "Emang kenapa, Sayang? Aku mau, semua orang tahu betapa hebat dan sempurnanya kamu, Na. Biar kamu gak diremehkan keluarga, terlebih keluargaku. Kamu tahu kan maksud aku," sahutku. "Aku tahu. Tapi, itu untuk undangan keluargamu, sama rekan bisnis kita. Untuk keluargaku sama sahabat kita yang paling dekat....kurasa..jangan pake gelar deh Mas," timpal Renatta. "Kalau itu membuat kamu nyaman, why not. Kita tinggal bilang sama abangku dan Aaron, yang urusin undangan. Gimana?," tukasku. Renatta mengangguk tanda setuju. Alhasil, untuk undangan nikah, dibuat 2 versi, 1 versi undangan tanpa gelar akademik maupun pekerjaan kami dan 1 lagi versi nama kami dengan gelar akademik serta pekerjaan kami berdua. Usai diskusi dan makan, kami segera pulang karena besok, kegiatan kami sudah padat lagi.

Kesempurnaan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang