Me and My Brother's Love Story

240 1 0
                                    

"Hey bro. Congrats ya adekku...Finally...udah sah loh Ph.D kamu di UK," sapa Dani saat aku dan kekasihku tersayang, Renatta, menjemput abangku itu di bandara bersama Ajeng, calon tunangannya. Mereka memang ke Jakarta hari itu dari Jogja. Ya. Abangku memang kerja di Jogja usai merampungkan kuliahnya dan di kota itu juga, abangku berhasil menemukan sosok yang kini menjadi calon tunangannya, yaitu Mbak Ajeng. "Hahaha...Makasih abangku. Ya...Walau gak lengkap tanpamu, Bang. Lalu...Papi juga udah gak sama kita lagi," balasku sembari memeluk abang kandungku, yang usianya terpaut 6 tahun dariku. Namun, jalan karier kami berbeda. Aku memang tertarik dengan public health dan hospital management sejak SMA karena mendiang papi adalah dokter sekaligus kepala rumah sakit dan memiliki perusahaan di bidang farmasi yang cukup bonafide. Jadi, setelah kuliah S1 hingga S2 ku di Jogja selesai, aku lanjut kuliah S3 di UK. Kalau abangku sendiri, usai menyelesaikan SE nya, ia memilih berkarie rdi jalur musik sesuai hobi nya selama ini. Aku juga sebenarnya bisa bermain musik dan bernyanyi serta membuat lagu. Tapi.....Tentunya tak semahir abangku. Mungkin karena aku berlatihnya kurang fokus. Dunia musik juga lah yang mempertemukan abangku dengan Mbak Ajeng, calon tunangannya. Walau selisih usia mereka 9 tahun dan aku lebih tua dari Mbak Ajeng 3 tahun, tapi kami tetap bisa dekat dan akrab. "Iya. Tapi..Tunggu. Ini kan Renatta. Masya Allah...calon iparku makin cantik aja," ujar Dani sambil melirikku. "Lah iya Bang. Ini Renatta. Sayang. Kamu udah kenal donk sama abang dan mbakku," balasku. "Iya, Sayang. Kan, udah beberapa kali ketemu," sahut Renatta, yang langsung dengan sopan menyalami abang dan mbakku. "Apa kabar nih, chef cantik?," tanya Ajeng pada Renatta. "Baik. Mbak gimana?," Renatta balik bertanya. "Ya...Lumayan baik. Tapi beneran. Kamu terkenal banget loh," sahut Ajeng. "Iya sih mbak. Sampe aku tuh beberapa kali jadi truck photo model alias banyak truk yang pake fotoku untuk cat mobil mereka. Kadang aku mikir, sampe begitu banget sih, hehehe," timpal Renatta. "Kamu wajar kok dapetin itu semua, Sayang. Aku tahu, gak mudah untuk kamu bisa sampai ke tahap ini," balasku sembari merangkul Renatta dengan bangga dan sayang. Renatta tersenyum saat mendengar ucapanku. "Mmm. Well. Kita langsung makan aja. Sekalian bahas rencana mau surprise in mami. Mami besok ulang tahun," lanjutku. Semua setuju.

Nah. Sekarang untk kisah asmaraku sendiri. Aku menjalani proses perkenalan dengan Renatta, tepatnya disaat aku sedang kuliah di Jogja. Waktu itu, aku bersama gank ku menghadiri acara fine dining dinner untuk acara amal bagi anak-anak penderita kanker di Royal Ambarrukmo Jogja. Ya. Proses perkenalan berlangsung saat itu karena aku nekad meminta nomor kontak chef yang memasak makan malam kami plus aku beranikan diri mengajaknya ngobrol. Saat itu, sosok Renatta belum setenar saat ini, dimana sekarang, semua orang mengenalnya sebagai juri cantik di Masterchef Indonesia bersama 2 juri lainnya. Malahan, ada jargon harta, tahta, dan Renatta yang membuat kekasihku makin terkenal saja. Tapi menurutku, tak ada yang berubah dari Renatta ku. Dia tetaplah sosok wanita cantik yang penuh perhatian walau ia pendiam jika orang belum mengenalnya dengan baik. "Oh...Jadi kalian kenal pas Doni masih di Jogja, Ren?," tanya Ajeng pada Renatta sat kami di café nya. Ya. Renatta mengajak kami semua ke café nya untuk sarapan lantaran pesawat yang ditumpangi abang dan mbakku baru landing pagi. "Iya, Mbak. Pas aku di Royal Ambarrukmo sih kenalannya," jawab Renatta sambil tersenyum. "Iya. Aku modal nekad waktu itu. Abisnya.....Dia emang mempesona banget sih," selaku sambil menggandeng tangan Renatta dengan sayang.

"Nah. Kalau ini kakak saya. Namanya Kareyca. Uni. Sini dulu. Kenalin. Ini Bang Dani dan pacarnya, Mbak Ajeng. Mereka baru aja dari Jogja," lanjut Renatta sembari memanggil kakaknya. "Uni ku...Haha..Makin kece dah," sapaku pada kakak kandung Renatta itu. "Heh. Lu jangan panggil Uni lah. Gue lebih muda dari lu, Don," protes Kareyca. "Kalo gue nikah sama Rena, kan gue jadi adik iparnya Uni Kareyca," balasku lagi. Aku memang sudah akrab dengan keluarga kekasihku. "Un. Kenalan dulu. Ini abang gue dan pacarnya," lanjutku. "Oke. Mmm. Kamu lumayan mirip sama abangmu deh Don," komentar Uni Kareyca. Mereka saling berkenalan. Kami malah ngobrol sebentar sebelum Uni Kareyca menemui tamu lainnya sejenak berdua dengan Renatta. Malah, Uni Kareyca juga mengenalkan kekasihnya, Aaron, pada kami semua. Kebetulan, kekasih uni adalah salah satu pemilik pusat kebugaran di Jakarta yang sudah memiliki beberapa cabang. Rupanya, aku termasuk member dari fitness centre beliau. Haha....Kadang dunia memang sempit. "Oh...Kamu member kami juga?," tanya Aaron dengan bahasa Indonesia yang agak kaku. Maklum, ia baru 5 tahun tinggal di Jakarta dan memang, ia asli Inggris. Namun, ia dan daddy serta mommy dan sebagian keluarganya telah memeluk agama Islam. "Iya, Bro. Aku member baru. Nih, diajak Rena dan Uni. Lah....Gak tahunya malah owner nya tuh pacar uni," balasku. "Heh. Gilingan. Aku waktu itu belum sama Aaron. Masih PDKT, belum jadian," sambung uni padaku. Kemudian, ia dan Renatta serta Aaron pamit karena mereka ada briefing sejenak dengan karyawan lain dan harus menemui beberapa tamu. Aku dengan Dani dan Ajeng menunggu mereka sambil ngobrol santai. Tapi sebelum itu, Uni iseng selfie dengan kami, yang ia kirim ke hp ku dan Renatta. Kami upload foto itu dengan caption, 'Triple date pertama yang gak sengaja ala kami sambil makan healthy food ala Fedwell.'

"Gila ya Don. Dua kakak adek itu emang kece. Udah cantik semua, pinter bisnis pula Pantesan aja para cowok ngefans," ucap Dani sambil melirik Ajeng. "Iya. Aku yang cewek aja ngefans loh dengan mereka. Mereka cantiknya beda. Beneran alami. Gak pake oplas," sahut Ajeng. "Iya Bang, Mbak. Rena dan kakaknya sampe dibilang Karishma Kapoor dan Kareena Kapoor from Indonesia sama beberapa teman yang orang India waktu aku kuliah di UK. Well. Kami LDR dari waktu aku di UK sih. Kan aku di UK tahun 2016 sampai sekarang. Total 3 tahun LDR sih. Tapi kami pacarannya dari 2015 akhir, beberapa bulan sejak pertemuan pertama," jelasku. "Iya lah. Kamu wisuda S2 aja udah Rena yang nemenin. Ya...Ada mami, papi, juga aku, Ajeng dan Renatta. Sampe kamu beli undangan 2 kan untuk kami semua diluar undangan untuk mami dan papi," sambung Dani. "Iya. Cuma dia emang belum seterkenal sekarang sih waktu itu, walau semua orang mulai tahu kehebatan dia dalam memasak dan juga di bidang food consultant. Rena dulu pernah kerja di Garance Saint Dominique di Paris tahun 2014, segera setelah dia lulus dengan nilai summa cumlaude karena bisa dapat 3 gold medall. Gak kebayang kalau waktu itu Rena udah kayak sekarang. Auto makin sesak GSP dah, gegara antri mau foto sama pacarmu," canda Ajeng. Ia memang fans berat Renatta dan masih tak menyangka kalau sosok wanita idolanya itu akan menjadi saudara perempuannya jika ia dan Dani menikah. "Iya Mbak, Bang. Pasti GSP penuh deh kalau Rena udah top banget. Mbak tahu betul tentang Rena deh. Bener semua loh itu," balasku sambil tersenyum bangga lantaran memiliki kekasih seperti Renatta. "Cuma....Pas papi meninggal, aku gak bisa datang ke pemakamannya, walau Rena yang bela-belain datang disela kesibukannya sebagai chef dan food consultant. Soalnya di UK lagi cuaca ekstrim dan penerbangan gak bisa diprediksi," curhatku. Wajahku berubah sendu. "Don. Aku yakin papi udah bahagia sama Allah dan gak sakit lagi. Aku ingat betul, Don. Saat papi mau meninggal, ada mami, aku, Ajeng dan Rena juga. Malah, aku dengar sendiri, papi maunya, Rena jadi istri lu, trus sama Ajeng juga papi bilang hal yang sama," sahut Dani. "Iya Bang. Karena itu juga....Insya Allah, saya hanya akan menikahi Renatta. Dia beneran perempuan berhati baik walau sebagian mempertanyakan kenapa ia bertatto. Tapi sungguh. Itu bukan masalah. Renatta bisa setia banget di 3 tahun LDR kami. Malah, dia sering main ke rumah untuk jenguk mami walau aku gak ada dirumah. Kadang dia yang nginep dirumah untuk nemenin mami, atau malah jalan sama mami," timpalku. "Nah. Itu baru bagus. Walau gak sering, pas mami ke Jogja dan aku gak bisa nemenin, Ajeng yang giliran nemenin mami. Atau pas Ajeng ke Jakarta juga, pasti kerumah. Tandanya, baik Ajeng maupun Renatta memang bisa dekat sama mami dan aku lega melihat itu," balas Dani. Ia lirik sayang Ajeng. Tak lama, Renatta datang lagi dengan membawa 1 kue yang sangat cantik dan pastinya enak.

"Mas. Ini kue yang aku bilang. Ini healthy cake tapi enak. Mami kan suka strawberry cheese cake. So, aku buatin aja," jelas Renatta. Kurangkul pinggang kekasihku, yang hari itu memakai kaos dan celana serta sepatu hitam, sepertiku juga. Abangku sendiri memakai kaos dan jeans yang warnanya senada dengan kekasihnya tercinta. "Beneran deh Sayang. Aku malah laper lagi loh, gitu liat ini," sambungku sembari mendaratkan kecupan ke bahu Renatta walau terhalang kaos yang ia kenakan. "Mas....Udah. Nih. Mamam sayur kalo laper," balas Renatta sambil tersenyum kearahku dan menyuapiku sayuran. Senyum itulah yang membuatku jatuh cinta selalu padanya. "Iya Sayang. Duh...Disuapin loh," ucapku sambil tersenyum pada kekasih tercinta. "Iya donk. Kamu kalo disuapin gini, baru bisa makan sayur yang bener, Mas," sambung Renatta sambil menyuapiku. "Ren. Doni emang agak susah makan sayur, kayak aku. Tapi sejak kami jadi anak kost, baru deh, kami bisa makan sayur. Cuma....Kadang bingung aja ngolah sayur tuh gimana biar gak bosan," sela Dani. "Iya. Aku juga. Tapi pas liat beberapa resep simpel punya Fedwell dan Berrywell di IG, aku cobain dan emang enak loh, walau bumbunya gak banyak," balas Ajeng. Dani juga merangkul Ajeng dengan sayang, sama sepertiku yang merangkul Renatta sepenuh cinta. "Iya. Soalnya, sayur dan lainnya yang disini tuh emang pada dasarnya enak, plus udah ada rasanya sih Mbak," ujar Renatta sambil tersenyum. Kuusap sayang rambut wanita yang sangat kusayangi itu. "Oh iya. Kado untuk mami udah kan? Aku dan Rena udah siap kalo kado," selaku. "Udah donk," sahut Dani dan Ajeng kompak. Kami pun segera pulang karena kami tahu, mami baru pulang sore hari dari butiknya. Ya. Mami memang memilih untuk memulai bisnis butik usai pensiun dari pekerjaannya sebagai psikolog pernikahan. Namun sesekali, mami juga menerima pasien di butik yang juga memiliki ruang khusus untuk konsultasi bagi klien setianya.

Kesempurnaan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang