My Sunshine Is You

68 3 0
                                    

Malam itu, aku baru saja pulang dari kantor. Aku iseng memainkan piano milikku, yang jujur....sudah kama tak pernah kumainkan. Mami sedang di Pontianak karena menjenguk saudaraku, Dhea, istri dari Willy, salah satu sepupuku yang sedang opname. "Mas. Hey.....Bagus banget lagunya, Sayang," sapa Renatta. Ia baru saja selesai mandi setelah seharian kerja, sepertiku juga. Malah, ia peluk aku dari belakang. "Iya. Lagunya belum selesai, Sayang. Tapi kayaknya bisa selesai sekarang. Wait. Kamu disini dulu. Duduk disebelahku," ucapku sambil tersenyum. Ya. Istriku itu makin cantik apapun kondisinya. Apalagi, kami memang merasa bahwa kehidupan pernikahan kami jauh lebih baik daripada saat pacaran dahulu.Aku segera memainkan lagu itu dan kusempurnakan liriknya. Malah, aku menyanyikan lagu itu didepan Renatta. Ini dia liriknya :

Sekian lamanya dalam sepiku
Menanti hiasi di hatiku
Hanya bersamamu ku temukan
Segala harapan yang ku impikanYou're the light of my life
You're the light of my love
You're the light in my sky
You're my only one
You're the lighting I need
You're the light shining down
All my life sunshine becomes youBeribu bintang yang hiasi malam
Tak seindah sinar yang kau pancarkan
Segenap cahaya yang terbentang
Tak sehangat terang yang ku rasakanYou're the light of my life
You're the light of my love
You're the light in my sky
You're my only one
You're the lighting I need
You're the light shining down
All my life sunshine becomes youUuh you're my sunshine
Sunshine becomes youYou're the light of my life
You're the light of my love
You're the light in my sky
You're my only one
You're the lighting I need
You're the light shining down
All my life sunshine becomes you


"Mas. Lagunya bagus banget, loh," puji Renatta sambil menatapku. "Iya. Itu untuk kamu, Sayang. Kamu tuh cahaya hidupku, kamu bintang yang terangi langit cintaku. Na. Kamu satu-satunya cinta dan satu-satunya cahaya yang kubutuhkan. Dimanapun aku, hanya cahaya cintamu yang sanggup kulihat. Na. Dalam hidupku, kamulah mentarinya. Well. Akhirnya......Aku menemukan kamu, wanita yang bisa membuatku menjadi lebih baik. Kamu sanggup hiasi kesepianku selama ini dan hanya bersama kamu, aku menemukan semua impian dan harapan dalam hidupku," sahutku. "Sayang. May I kiss you?," tanyaku lagi. Kupegang pipi Renatta dan tanpa banyak kata, kami malah saling berciuman. "Mas. Makasih ya. Kamu tetap mencintaiku walau aku itu....gak seperti apa yang kamu impikan," ujar Renatta usai kami berciuman. "Gak Sayang. Siapa bilang? Na. Diantara ribuan bintang, hanya sinarmu yang paling sempurna untuk menemaniku. Soal masa lalumu, once more, aku gak peduli. Kenapa begitu? Karena masa lalu hanya sejarah dan masa depan adalah saat kita berdua bisa bersama-sama," sahutku. Kupeluk sayang Renatta dan ia memelukku lalu berucap, "Kamu juga sinar yang selalu menerangi gelap hatiku, Mas. Kamu yang membuatku tahu apa itu cinta sejati. Kamu membuatku merasa bahwa aku mampu melewati apapun dan....untukku, kamu adalah mentariku, yang gak akan kutukar dengan apapun didunia ini." Kemudian, kami menuju kamar untuk segera tidur. Ini karena kami akan ke Bogor besok untuk merayakan ulang tahun Barkah sekaligus pernikahan Nindy, sepupu Renatta dan anak dari Om Bachtiar, adik dari mama mertuaku.

Esok harinya, aku menyetir mobil Lamborghini ku dengan Renatta disebelahku. Mama mertuaku bersama Uni Kareyca dan Aaron. Keluarga lain juga sudah berangkat ke rumah mama. Ya. Kami sebelumnya kumpul dulu di rumah mama. Uni dan Aaron memilih untuk tinggal menemani mama dan aku bersama Renatta menemani mamiku. Namun, kami sudah memiliki rumah sendiri untuk kami investasi saja. "Mas. Kalo kamu ngantuk, aku aja deh. Kamu semalam tidurnya jam berapa coba. Kan jam 2 pagi kamu bangun," tegur Renatta padaku. "Sayang. It's oke. Aku gak apa-apa," ucapku. "Ya udah. Nih. Minum dulu. Ini aku buatin kopi pake gula aren dan aku tahu, kamu gak bisa minum kopi hitam kan. Makanya, aku tambahin susu skim," sahut Renatta. Aku meminum kopi enak buatan istri tersayangku, lalu kami berangkat bersama keluarga lainnya. "Mas. Katanya sih, Barkah dan keluarga Om Bachtiar udah disana. Mama bilang tadi. Tante Ratih juga baruuuuu aja WA aku," ucap Renatta saat kami masih dijalan. "Iya sayang. Well. Bogor nya dimana?," tanyaku. Ini agar memudahkan bagiku untuk mengambil rute. "Di area Kebun Raya Bogor, Mas. Di The Melchior Hotel," jawab Renatta. "Oh. I know, sayang. Itu view nya bagus dan hotelnya klasik banget," sambungku sembari tetap konsentrasi menyetir. "Tapi....Kalau pake jalan yang baru, aku agak lupa," lanjutku. "Calm down. Mas. Aku bantu liatin maps deh," sambung Renatta. "Oke sayangku," timpalku sambil tersenyum. Kami sesekali ngobrol ringan dan beruntung, pagi itu jalanan belum terlalu macet lantaran kami berangkat tepat jam 5 pagi. Kami memang tak ikut party semalam karena itu hanya untuk Barkah serta keluarga inti dan sahabat dekatnya saja. Lagipula, aku dan Renatta masih ada kerjaan, begitupun Uni, Aaron dan mama mertuaku. 

Kesempurnaan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang