Kado Terindah

38 2 3
                                    

Saat yang dinanti pun tiba juga. Hari itu, sesuai dengan prediksi dokter dan jadwal yang ditetapkan, aku bersama Renatta menuju RSPI. Ya. Rumah sakit tersebut memang kami pilih sejak awal kehamilan istri tersayangku. Renatta memang akan menjalani operasi caesar untuk persalinan karena ia memiliki riwayat asma dan aku tak mau ambil risiko. Walau istriku itu ingin melahirkan secara normal seperti Uni Kareyca seminggu lalu, tapi atas pertimbangan kondisi kesehatan dan riwayat penyakitnya, aku dan tim dokter tetap memutuskan kalau istriku harus menjalani operasi caesar. Mami ikut menemaniku, sedang mama mertuaku akan menyusul karena ia juga ikut membantu menjaga baby Alton Yusuf Armando Thomson, buah hati Uni kareyca dan Aaron yang baru berusia 7 hari. "Mas. Mamaku belum datang ya?," tanya Renatta padaku. "Sabar ya sayang. Kata mama sih, bentar lagi beliau kesini. Nah...Kan disini ada mami juga yang nemenin. Insya Allah minggu depan juga ada Bang Dani, Mbak Ajeng sama Keanu," jawabku sambil berusaha menghibur istri tersayang. Aku tahu, ia agak tegang menghadapi persalinannya. Jadi, sebagai suami yang baik, aku juga harus siaga dan setia menemani istri tersayang. Tak lama, mama mertuaku datang. Beliau diantar driver. "Ini Ma. Rena nungguin mama," ucapku. "Iya. Ma. Doain Una ya," ujar Renatta sambil memeluk mama tersayang. "Iya sayang...Doa mama selalu untukmu, my angel," sahut mama sambil memeluk sayang Renatta. Lalu, Renatta memeluk dan mencium mamiku. Kemudian, datang juga ayah dan ibu, juga Celia. Renatta sekalian meminta restu pada ayah dan ibu tirinya sebelum kami masuk ke ruang operasi. 

Saat di ruang operasi, aku menemani Renatta dan juga....aku sudah memakai kostum khusus. "Mas. Maafin aku ya. Kalau aku ada salah, aku minta maaf. Doain aku, Mas, biar semua proses persalinanku ini lancar," ujar Renatta padaku sebelum ia dibius lokal. "Sayang...Listen. Kamu gak ada salah. Kamu istri terbaikku, sayang. Jangan bilang maaf, ya. Aku sayang banget sama kamu, dan aku temenin kamu disini. Kamu kuat ya sayang," sahutku. Kucium sayang kening dan dua pipi Renatta, wanita yang sangat kucintai. Renatta mulai disuntik obat bius. Tim dokter memulai proses operasi dan aku juga menyaksikan semua. Jujur, ini menjadi hal paling menegangkan karena kalau biasanya aku sering melihat proses itu pada beberapa pasien, tapi hari ini, aku melihat sendiri proses operasi caesar yang dilakukan tim dokter pada istriku tersayang. Ada rasa tak tega. Tapi, aku juga penasaran dengan wajah buah hati kami yang selama 9 bulan 4 hari bertumbuh di rahim Renatta, istriku. "Ya Allah. Lancarkan semua proses persalinan istriku," doaku dalam hati sembari membelai rambut Renatta. Istriku melihatku dan ia tersenyum. Aku tahu, ia merasakan tiap sayatan pisau bedah di perutnya demi kelahiran buah cinta kami. Kucium kening istriku agar ia tenang. Tak lama, terdengar tangisan bayi dan...itu buah hati kami! "Masya Allah...Allahu Akbar...Sayang...Makasih ya," ucapku spontan. Kucium sayang Renatta. "Mas.....Bilang makasih sama Allah sayang...," ingat Renatta. "Iya sayang. Allah..Makasih udah memperlancar segalanya," ujarku. Lalu, seorang dokter mendekatkan bayi perempuan cantik itu pada kami. "Ini anak pertamanya ya Pak, Bu. Masya Allah...Sehat, sempurna dan cantik sekali," ujar Dokter Tiwi, dokter anak yang juga ikut dalam proses persalinan istriku tersayang. "Hey sayang....," sapa Renatta sambil mencium pipi bayi kami. Aku juga menciumi pipi bayi kami tersayang. "Sayang..selamat datang didunia ini. Makasih ya Nak, udah datang di hidup papa dan mama," ucapku sambil menggendong sayang bayi perempuan kami yang menurutku, mirip dengan Renatta selaku ibunya. Ia memiliki mata indah, rambut lebat serta alis dan bulu mata yang indah seperti Renatta. Kalau hidung, ia juga memiliki hidung yang mancung seperti kami berdua. Kehadiran buah hati kami memang mampu merubah segalanya. Sejak hari itu, aku berjanji untuk selalu membahagiakan istri dan juga putri kami.

Saat aku membawa bayi kami keluar karena Renatta sedang pemulihan, spontan mama dan mami menghampiriku. "Masya Allah...Cantiknya..Jenk. Akhirnya..Kita punya cucu perempuan loh ya," ucap mami. "Iya Jenk. Ini kayak Rena kecil. Cuma emang, ada unsur Doni nya dikit nih...," sahut mama. "Iya. Don. Ini bayinya langsung dibawa ke ruang bayi dulu?," tanya mama padaku. "Iya, Ma. Ini bayinya dibawa ke ruang bayi sebentar," ujarku.  Lalu, aku membawa bayi cantikku ke ruang bayi. Aku juga melihat bayiku saat ia diperiksa. "Pak. Bayinya sehat ya. Lengkap dan sempurna. Beratnya 3,3 kg dan panjang 49,5 cm," jelas Suster Hera. "Baik, suster. Ah....Anakku sayang...Hey...Iya nak..Ini papa. Nanti minum ASI sama mama ya, anak cantik," ujarku sambil membelai sayang pipi putriku. Ya. Aku merasa kalau hari itu, aku menjadi pria paling bahagia. Bagaimana tidak. Aku akan jadi pria terganteng dirumah setelah mamiku, Renatta, lalu....si mungil kesayangan kami yang baru saja lahir ke dunia.

Kesempurnaan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang