"Katanya makan siang, malah jadinya malem gini!" gerutu Putri sambil meraih satu tusuk sate taichan.
"Maap ya... aku tadi tuh udah siap-siap dari jam 11.45, ehhhh gak taunya malah ditraktir lunch sama yang kemarin ulang tahun. Gak enak kan kalau gak ikut karena rombongan satu team. Maap ya, Put...." bujuk Reinald dengan wajah memelas.
Putri meninju bahu Reinald, kesal. "Kamu tuh ngebatalinnya di last minutes gitu! Bikin gak mood makan tauk! Kesel banget!!"
Reinald kembali memohon-mohon. "Hari ini makan sepuasnya, aku yang traktir. Besok juga deh gapapa... asal dimaapin."
Putri menatap Reinald tajam sampai matanya hanya tinggal segaris. "Minta satu porsi yang kulit aja! Baru ntar kumaafin!"
Reinald tersenyum dikulum dan langsung memesan satu porsi tambahan khusus untuk Putri.
"Puput ternyata makannya banyak ya... gak nyangka...." goda Reinald. "Tapi kok gak gemuk?" tambahnya lagi.
"Ya gak lah... orang lagi depresi...." balas Putri sekenanya sambil mengunyah kulit ayam.
Alis Reinald terangkat sedikit, namun dia tidak bertanya apa-apa seakan menunggu Putri bercerita sendiri.
"Kamu ngekos sendiri?" tanyanya tiba-tiba.
Putri mengangguk. "Lumayan sih, jadi tinggal jalan kaki kalau mau diet... atau ya tinggal naik satu halte aja langsung nyampe. Kosan khusus cewek, Rei... jadi ya kalau kamu minat di situ gak bisa. Tapi, sebelah kosanku ada kok yang campur gitu.
"Aku masih numpang sama orang tua, Put. Satu-satunya yang belum terdepak dari rumah."
"Loh... kamu bukannya punya kakak sama adek? Itu pada kemana? Luar kota?"
"Kakak no 1 lagi di Jerman, dapet beasiswa S2... kayaknya dia gak minat balik. Yang ke 2 sekarang tinggal di Balikpapan. Ditempatin di sana, PNS. Nahhh adekku nihhh... yang cewek satu-satunya. Susah-susah kuliah, begitu lulus malah milih nikah!"
"Ya emang udah jodohnya, Rei... kenapa juga kamu sewot," tegur Putri.
"Ya bukan begitu, Put. Maksud aku sama kakakku yang pertama tuh, ya jangan langsung nikah. Minimal ngerasain kerja dulu barang setahun-dua tahun. Nikmatin masa muda biar ada pengalaman hidup gitu, loh... tapi ya anaknya ngotot minta nikah. Gak enak udah pacaran lama dari SMA kelas 1. Ya iparku IT sih emang... jadi dari masih kuliah udah punya sampingan lumayan. Adekku juga pas kuliah suka jualan online... apa sih itu? Yang foto-foto idol gitu lah... jadi mereka ngumpulin modal nikah dari sana. Bikin yang sederhana intimate wedding aja, sih. Nikah di KUA, sewa restoran buat keluarga sama temen-temen deket jadi gak makan banyak biaya. Mama-papa, aku, sama kakak-kakak cuma nambahin seadanya aja soalnya kami juga udah ngancem gak mau biayain kalau mereka sendiri belum siap materi."
Putri tertawa kecil. "Ancamannya gak mempan ya?" ledeknya.
"Gagal total!! Mereka kayaknya udah nabung modal nikah dari masih SMA kali!!" gerutu Reinald.
"Udah saling manggil mama-papa dari SMA...." tambah Putri yang membuat Reinald meledak tertawa.
"Ayah-Bunda dong, Put.... Yang kalau saling texting di sekolah bilangnya, Ayah.. aku mau jajan batagor, nih... ayah mau juga gak? 5000 cukup?" ucapan Reinald membuat Putri meledak tertawa sampai semua orang menengok ke arahnya.
"Ah sial, aku ngakak sampe sekenceng ini!! Rei, ihhhhh!!!" seru Putri sambil meninju bahu Rei berkali-kali.
Setelah tawanya reda, Putri bertanya lagi. "Trus si ayah-bunda sekarang tinggal di mana?"
"Ngontrak di pinggiran kota. Si "ayah" kerjanya kan hybrid. Si "bunda" nerusin jualan online kecil-kecilan aja. So far sih keliatannya baik-baik aja. Efek pacaran setara ngelunasin KPR... hampir 8 tahun, ya kali malah bermasalah saat rumah tangga...."
"Hmmmmm...." gumam Putri.
"Eh... maap... kamu juga ya, Put?" ucap Reinald ragu-ragu.
"Sama Eza? Iya... 8 tahun," jawab Putri.
"And??"
Putri meraih gelasnya, minum sedikit sebelum menjawab. "He said he was cheating on me...."
"Anjing goblog! Eeehh... maap kasar!" Reinald buru-buru meminta maaf. "Tapi asli goblog banget! Kamu gitu loh, Put! Diselingkuhin??" tambah Reinald lagi.
Putri tertawa. "Ya emang aku kenapa???"
"Ya... errr.... Ummmm... dulu kamu inget gak sih di kelas kalian diledekin apa?" ucap Reinald agak salah tingkah.
Tawa Putri kembali meledak. "Kopi susu?"
"Errr itu versi ringan, sih... yang parahnya kamu gak perlu tau lah...." elak Reinald.
"Buahahaha... Eza manis tauuukkkk...." bela Putri.
"Ya... ya... soal tampilan itu relatif sih ya... tergantung sudut pandang."
Putri memukul bahu Reinald sekali lagi, bergumam. "Jahat, ih!"
"Ini, udah diseligkuhin tapi masih belain? Hebat, ih... salut!" Reinald mengacungkan jempolnya.
Putri kembali tertawa. "Soalnya dia bohong! Dia cuma cari aman aja supaya dia yang disalahin."
"Kok gitu?" tanya Reinald tak mengerti.
Tersenyum getir, Putri menjawab. "Orang tuanya gak setuju sama aku soalnya aku dari keluarga miskin. Mamanya yang bilang langsung ke aku tanpa sepengetahuan Eza."
"Dihhh!! Kok picik banget pemikirannya??"
Masih dengan senyum yang sama, Putri menjawab. "Wajar lah, Rei... emang aku siapa? Papanya Eza tuh kaya banget, loh. Kontraktor, punya usaha tambang juga. Mamanya dokter spesialis, punya klinik sendiri. Ya wajar lah kalau mereka mau yang terbaik buat anak satu-satunya. Aku yang harusnya lebih tau diri dari awal."
"Gak ada yang salah dari kamu, loh, Put."
"Iya tau... aku cuma kurang harta aja."
Reinald tersenyum tipis, mengacak pelan rambut Putri. "Aren't we all??"
———————————
"Kamu mau ke mana lagi setelah ini?" tanya Eza.
"Pulang, lah... Eh, mau beli sabun dulu sama pelembab. Udah tinggal sedikit."
"Kutemenin boleh?"
Putri mengangguk. "Boleh... bentar doang, kok. Cuma dua item aja." Dia membiarkan Eza berjalan di sebelahnya, menunggu Putri memilih-milih sabun dan pelembab dan malah keluar membawa tak hanya sabun dan pelembab, tapi juga shampo, pasta gigi, sun screen, hair mask, hair oil, styling gel, vitamin nails-hair-skin, dan lip balm."
"Hanya sabun dan pelembab...." ledek Eza.
"Gak usah comment!!!" balas Putri. "Ngurus rambut curly itu susah, tauk!"
"Rambut kamu memang makin bagus aja keliatannya...." puji Eza.
"Harus! Investasinya banyak di sini soalnya...." jawab Putri sekenanya.
Sampai di dekat pintu keluar, Putri tiba-tiba saja menghadap ke arah Eza. "Sebetulnya kamu ngajak aku ketemu itu buat apa, Za?"
"Isn't it obvious? Aku mau ketemu kamu. Mau tau kabar kamu. Mau pastiin apa benar kamu akan menikah secepatnya kayak yang Rizki bilang...."
Kening Putri berkeriut. "Hold on a second... memangnya penting banget untuk tau aku mau nikah atau enggak?"
"Untuk aku... iya, penting," jawab Eza tegas.
"For??"
Eza menatap Putri tajam. "Untuk menawarkan apa yang seharusnya aku lakukan 4 tahun lalu."
————————————
Neng mulai memasuki masa-masa dimana sayah bingung ini cerita mau ditulis ke arah mana. 🤣🤣🤣🤣
Mohon dukungannya... dan juga ide tambahannya biar bisa lancar updatenya.
Nuhunnnnn...
Luv,
NengUtie
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
RomanceKetemu masa lalu yang sudah di flush jauh-jauh itu memang ibarat membuka pandora box atau makan sekotak coklat ala Forrest Gump. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Seperti yang dialami Putri saat dia bertemu kembali dengan cin...