Thirty two

751 208 37
                                    

"Malah kamu yang nyampe sini duluan," tegur Rei sambil tersenyum lebar saat menyapa Putri.

Putri melirik jam tangannya. "Baru 10 menit lalu, kok. Aku naik TJ tadi trus tumben cepet. Eh... kita ke mana?"

Reinald menunjuk ke depan. Ke sana... aku udah bawa tiker di tas."

Mata Putri membulat tak percaya. "Serius??"

Reinald tertawa. "Beneran! Yuk, Put!"

Mereka berjalan beriringan tanpa kata sampai mereka menemui orang-orang lain yang juga sudah berkumpul dan duduk di tikar masing-masing.

Reinald menyapa panitia yang ada, mendaftarkan diri sebelum mengajak Putri mencari tempat agak kosong tak jauh dari sana.

Dia mengeluarkan tikar lipat dari ranselnya, dibantu Putri membentangkan tikar sampai rapi.

"Udah nih?" tanya Putri.

"Udah. Tinggal lepas sepatu trus baca... paling nanti ada yang gabung ke tiker kita," jawab Reinald yang mulai mengeluarkan komik dari ranselnya.

Mulut Putri membulat sambil mengangguk-angguk mengerti. Dia melepas sepatunya, duduk agak berjarak dari Reinald. Putri mengeluarkan buku yang sudah dia siapkan. Tak sengaja, bucket hat-nya terlempar dari tasnya dan jatuh di dekat kaki Reinald.

Sebelum Putri meminta tolong untuk diambilkan, Reinald sudah mengambilnya duluan, merapikan tepinya dan memakaikannya ke kepala Putri.

"Thanks...." gumam Putri yang kemudian menyibukkan diri dengan buku bacaannya. Dia terhanyut menyelesaikan bukunya sambil sesekali menyomot cemilan biskuit yang Reinald siapkan.

Banyak orang yang berdatangan dan persis seperti yang Reinald bilang, ada juga yang ikut bergabung membaca di tempat mereka. Sejauh ini Putri sudah berkenalan dengan 5 orang baru.

Saat hari makin siang, Putri diminta untuk menceritakan isi buku yang dia baca. Sambil agak malu-malu, Putri menjelaskan kalau buku yang dia bawa adalah buku yang dia temukan di rak tua milik neneknya. Karena sampulnya sudah rusak, kertasnya sudah menguning berbercak-bercak, Putri jadi malas membacanya dan tadinya hanya dia simpan sebagai kenang-kenangan saja. Namun, karena hari ini dia diajak Reinald ke event membaca dan satu-satunya buku yang tersisa di raknya dan yang belum dia baca hanyalah buku ini, dia mulai serius membacanya dan menyesal kenapa tidak dia baca dari dulu. Judulnya Dinamika Kehidupan karya Anni Iwasaki yang bercerita soal kehidupan perempuan Jawa yang punya mimpi besar, namun akhirnya menikah dengan pria warga negara Jepang. Buku itu menceritakan perjalanan hidupnya menghadapi aral rintang terutama culture shocked saat berumah tangga. Di sana diselipkan juga dengan ringan cara-cara mengurus rumah dan mendidik anak ala Jepang.

Putri belum bisa menjelaskan lebih karena dia masih belum tamat membacanya, tapi sejauh ini dia sangat terkesan dengan isinya.

Saat acara selesai, Putri sudah mendapat kontak beberapa teman yang mengantri untuk meminjam bukunya.

Reinald merapikan buku dan tikarnya. Memasukkannya dengan rapi ke ranselnya.

Tersenyum ke arah Putri, dia berkata. "As usual, kamu bisa dapet temen jauh lebih banyak dari aku yang udah dateng ke event ini sampai 4 kali. Gampang banget akrab ya... hebat, ih!"

"Ini karena bukunya langka tau, Rei!! Udah gak dicetak lagi!" elak Putri.

"Tapi ini seru, loh! Ihh kenapa aku baru tau ya?? Kamu tau acara baca buku di taman gini dari mana?" lanjut Putri lagi.

"Hmmmm.... Dari Gita. Temennya Ujang."

"Ummmmm... orangnya gak dateng?"

"Lagi terbang. Dia flight attendant," jelas Reinald singkat.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang