Seventeen

782 204 28
                                    

Reinald baru saja tiba di apartemen Putri. Dia memaksakan diri untuk berangkat pagi walau nyaris tidak tidur semalaman. Berbekal kartu cadangan yang memang Putri serahkan saat dia pindah, Reinald tidak perlu meminta Putri untuk menjemputnya di lobi.

Reinald membuka pintu. Dia melihat sekeliling, Putri tidak terlihat batang hidungnya. Sepertinya dia masih tidur. Reinald menaruh kue jajanan pasar yang tadi dia beli di perjalanan, lalu berjalan menuju ke kamar Putri, mengetuk pintunya pelan sebelum membuka pintu. "Beb, aku masuk ya...."

Tidak ada sahutan dari dalam sana membuat Reinald memberanikan diri membuka pintu perlahan. Dilihatnya Putri masih tertidur pulas memakai penutup mata bergambar sailor mars yang dulu Reinald belikan sebagai oleh-oleh saat dia dinas ke Jepang.

Reinald berjalan menghampiri Putri, duduk di sisi ranjangnya lalu mengusap pelan kening Putri.

Putri menggeliat, namun malas membuka mata. Dia bergumam tak jelas. "Aku masih ngantukkkk, beb.... Berantemnya nanti aja ya...."

Reinald tersenyum tipis. Apalagi saat Putri menggeliat lagi dan bergeser ke pojokan demi memberi ruang untuk dirinya. "Peluuukkk...." gumam Putri manja.

Reinald menurut. Dia melepas kacamata dan menaruhnya di atas nakas kemudian ikut berbaring sambil memeluk Putri dari belakang, menghidu dalam-dalam aroma tubuhnya dan tak lama ikut tertidur pulas.

Saat Reinald terbangun, Putri sudah tidak ada di kamarnya. Reinald mengusap-usap mata, menguap lebar sambil memakai kacamatanya lagi dan mengecek jam tangannya. Ternyata dia tertidur nyaris 3 jam.

Dia menggeliat sejenak sebelum menyeret tubuhnya ke ruang depan. Putri ternyata sudah mandi. Dilihat dari rambutnya yang masih basah dan wajahnya yang sudah cerah. Dia tersenyum lebar saat melihat Reinald dan segera menuangkan secangkir kopi untuknya.

"Kok gak bangunin aku?" tanya Reinald sambil mengecup bibir Putri sekilas.

"Gak tega... gak tidur pasti kamu," balas Putri sambil mengusap rambut kekasihnya. "Makan dulu, yuk. Makasih loh udah dibawain makanan jadi aku gak perlu makan oat lagi, oat lagi...."

Mereka makan dalam diam, hanya sesekali Putri bertanya bagaimana proses kelahiran Rena yang dari pengakuan Reinald biasa saja hanya dia tak menyangka Rena bisa memakinya sekasar mungkin karena kesakitan di pembukaan terakhir sampai akhirnya ibunya mengambil alih menemani saat proses mengeluarkan bayi.

"Bapak sama siapa?" tanya Putri.

"Tetangga sebelah yang nemenin. Ibu minta tolong soalnya takut aku kebingungan ngurus Rena sendirian. Tapi untung ada ibu. Pas aku diminta bawain celana dalem ganti sama gurita aku udah gak tau harus bersikap gimana... mana aku disangka suaminya Rena."

Putri tertawa mendengar keluh-kesah Reinald. "Memangnya kalian kurang mirip bagaimana sih sampe dikira suaminya segala?"

"Mungkin perawatnya berprinsip yang jodoh biasanya yang mirip."

"Yahhh... gak jodoh dong kita... kan gak mirip...." goda Putri.

"Yah jangan gitu dong, beb!" bantah Reinald segera yang disambut gelak tawa dari Putri.

Selesai makan, putri menggelar karpet dan mengeluarkan bantal-bantal untuk bersantai sambil menonton TV.

"Beb...." panggil Reinald membuat Putri mengalihkan perhatian dari film action yang sedang dia tonton.

"Aku minta maaf ya... akhir-akhir ini aku memang agak mengabaikan kamu. Sibuk sama urusanku sendiri sampai gak bisa ngasih perhatian lebih ke kamu. Kamu pindahan kemarin pun aku gak bisa banyak bantu. Maaf ya, beb...." ucap Reinald tulus.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang