Twenty four

662 189 62
                                    

Karena sakit yang malah bertambah parah, Putri memutuskan untuk pulang ke rumah kakaknya dan beristirahat di sana sejenak sampai dia pulih kembali.

Putri meminta tolong mamanya untuk mengirimkan barang-barang titipan Rena melalui pos segera setelah dia menginjakkan kaki di rumah kakaknya walau diiringi pandangan cemas dari mama dan kakaknya sampai akhirnya ipar dan juga kakaknya melarikan Putri ke IGD karena demamnya nyaris 40 derajat celcius.

Di IGD dia sempat bermalam satu hari dan tidak bersedia dirawat lebih lama. Putri lebih memilih untuk beristirahat di rumah kakaknya saja.

Di hari ke-dua dia menginap, Reinald yang baru pulang dari luar kota baru bisa menjenguknya walau hanya sebentar saja karena Putri masih terlihat pucat.

Setelah dia merasa lebih baik, Putri akhirnya kembali ke apartemennya sendiri, menunggu Reinald yang berjanji akan datang sepulang kerja.

Tak berapa lama, Reinald datang. Dia mencium kening dan bibir Putri sebagai ucapan selamat datang.

"Kamu udah makan?" tanya mereka serempak.

Sama-sama tertawa, Putri menjawab duluan. "Aku tadi makan bubur Manado. Kamu udah makan belum?"

"Aku tuh ikut rapat sore-sore dan cemilannya banyak. Keburu kenyang jadinya. Kamu udah mendingan, beb?"

"Udah, kok... besok kayaknya udah bisa kerja."

"Paket buat Rena udah sampai dari kemarin dan ternyata banyak banget yaaa... dia ngerepotin kamu ya? Maaf ya, beb. Kamu pasti sakit gara-gara capek keliling cari titipan dia," sesal Rei sambil mengusap-usap rambut Putri.

"Gak juga. Sebelum berangkat aku memang udah gak enak badan."

Mata Reinald memicing kesal. "Kenapa juga kamu maksa pergi?!"

Putri menunduk, menyesal. "I know... my bad. Harusnya memang aku batalin aja." Lalu Putri menatap mata Reinald dalam-dalam. "Beb, aku mau ngomong."

Mendengar nada suara Putri berubah, Reinald menegakkan tubuhnya. "Okay... its sound serious... kenapa, Beb?"

Menarik napas dalam, Putri berkata. "Pas hari terakhir aku nginep... aku gak sengaja ketemu Eza di Marina Bay Sands."

Rahang Rei terlihat mengeras. "And?" ucapnya dengan nada dingin.

"Ya aku ngobrol... tiba-tiba keujanan trus demamku makin parah... jadi aku diajak ke tempat dia."

"Lalu???"

Putri kembali menarik napas dalam. "Aku ngeringin badan, istirahat juga... then we talked. Pertama kalinya aku ungkapin semua hal yang membebani aku selama ini. Dulu aku cuma diam, diam, dan diam. Gak pernah protes, gak pernah ungkapin emosi aku dan amarah aku karena dia karena aku anggapnya percuma juga... Toh semuanya sudah berakhir. Yang kesisa di aku cuma getirnya aja."

Reinald diam, menunggu Putri melanjutkan ceritanya karena instingnya mengatakan kalau cerita Putri tidak berakhir sampai di situ saja.

"Well, dia juga mengatakan banyak hal ke aku. Semua alasan... marahnya dia, sedihnya... semuanya....

Lalu... tiba-tiba aja...

He kissed me....

And I... I kissed him back."

Reinald memejamkan mata, tangannya mengepal secara otomatis. Dia sekuat tenaga mencoba mengatur amarah yang menggelegak di dadanya.

"I have no excuse, Rei... aku tahu aku salah. Thats why I stopped... dan aku cepet-cepet pulang. Sendiri! Gak diantar atau apa. I went to my hotel alone.

Aku mau langsung menghubungi kamu, meminta maaf sama kamu. Tapi aku terlalu sakit untuk ngapa-ngapain. Untungnya, salah satu temen kantor aku punya keluarga yang tinggal di Singapore. So, aku reach out dia. Minta tolong banget untuk bantu aku packing segala barang dan besoknya aku ditemenin plus dianterin sampe ke bandara sama dia. Dia cewek, kok, Rei.

As you know... aku tumbang berapa hari sampai akhirnya baru sekarang aku bisa jujur ke kamu. I'm sorry... I'm so sorry, beb...." sesal Putri.

Reinald terlihat menarik napas beberapa kali sebelum akhirnya dia berucap dengan nada dingin dan sarat dengan kekecewaan. "Jadii... coz its just a kiss... not sex... kamu minta aku untuk mengerti??"

"Enggak, Rei! Aku gak minta kamu untuk memaklumi. Aku salah, Rei! Salah banget ke kamu...."

"Kenapa sih kamu bisa setega ini???" potong Reinald. "For God sake! Kita mau nikah, Put!!!! Tapi bisa-bisanya kamu... damn!!" tinju Rei menghantam coffee table Putri.

"Aku gak punya pembelaan apapun, Rei... ini murni kesalahan aku...." ratap Putri yang air matanya menetes satu-persatu.

"Sebetulnya apa sih yang kamu minta dari aku sekarang? Minta aku maafin? Minta aku untuk maklumin khilaf kamu? You betrayed me, Put!!"

Putri menggeleng-gelengkan kepala. "Aku sadar aku gak berhak minta apapun dari kamu, Rei... I'm sorry...." isaknya.

"Aku tanya sekali lagi, Putri. Mau kamu apa? Minta pengampunan? Supaya saat kamu kembali lagi ke Eza, batin kamu bisa merasa tenang?" cecar Reinald.

"Enggak, Rei!! Enggak! Aku gak mau kembali ke dia!"

"Tapi kamu masih cinta dia!! Karena kalau enggak... you wont kiss him back dan mungkin kamu udah ditangkap karena kamu ngelawan sampai dia bonyok!

Udahlah, Put. Sekalian aja ngaku ke aku! Pengakuan kamu gak akan bisa nyakitin aku lebih dari ini, kok!"

"Gak gitu, Rei!"

"GAK GITU APANYA, PUT?!" geram Reinald frustrasi. "Sekarang aku tanya, deh... did you ever love me?"

Air mata Putri berderai tak terbendung. "I do love you, Rei...."

Reinald tersenyum miris, matanya mulai berkabut karena air mata yang sebisa mungkin dia tahan. "Tapi gak sebesar perasaan kamu ke Eza, kan?"

"Rei... gak gitu... aku sayang kamu, Rei... please maafin aku, Rei...."

Reinald berdiri, mengibas tangan Putri yang tadi coba menyentuhnya. Dia mengeluarkan kunci apartemen dari sakunya. Menaruhnya di meja.

"We're done!" ucapnya tegas kemudian berbalik pergi meninggalkan Putri yang masih memanggil-manggil namanya lirih.

Setibanya Reinald di mobilnya sendiri, pertahanannya runtuh seketika. "ANJING!!!" raungnya murka. Dia memaki berkali-kali sambil memukul-mukul kemudi. Setelah dirasa agak tenang, dia mengambil ponselnya dan menghubungi Raka.

Reinald
Bro, minum...

Raka
Siap! Aman! Loe di mana?

Reinald
OTW. Sejam lagi nyampe.

Raka
You ok?

Reinald
No, I'm not.

Raka
Gue jalan sekarang. Careful, Bro.

———————————

Sesuai judul cerita... ayo main tebak-tebakan. Yang dapet kesempatan kedua pasangan yang mana?

Reinald-Putri atau Eza-Putri?

Let me know ya... (biar kolom komennya rame 🤣🤣🤣)

Luv,
NengUtie

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang