Twenty two

724 192 12
                                    

Putri sedang membolak-balik halaman majalah Bridestory saat Reinald membuka pintu apartemennya.

"Hai, Beb... kok belum tidur?" sapa Reinald setelah menaruh gitarnya lalu mengecup sekilas puncak kepala Putri.

"Iseng ngeliat-liat majalah ini. Aku dipinjemin setumpuk tuh sama temen kantor. Padahal gak bilang mau nikah juga...." balas Putri. Dia membiarkan Reinald yang tiba-tiba saja berbaring dengan kepala berada di pangkuannya.

"Kok kamu ke sini? Izin sama Rena-nya gimana? Kamu jadinya nganterin Rena pulang ke rumah kan? Aku kelamaan nunggu kamu balik lagi, jadi mending aku pulang aja," goda Putri sambil mengusap-usap rambut Reinald.

"Mau bahas yang tadi pagi. Gimana jadinya sama Eza? Udah kamu balikin uangnya?"

Putri mencubit lengan Reinald. "Ih, gak dijawab!!"

Tangan Reinald terulur mencubit sekilas pipi Putri sebelum dia membetulkan posisi duduknya. "Iya... maaf ya aku lama. Soalnya Rena maksa buat ngomong sama aku. Hmmmm.... Yaaaa... akhirnya aku bilang kalau aku di tempat kamu setiap aku gak pulang ke rumah. Jadinya malah dimarahin deh...."

"Trus sekarang gak ada kapoknya?? Tetep ke sini?" sindir Putri.

"Kamu gak mau aku ke sini, beb?"

"Ya mau sih... kan kangen...." balas Putri manja sambil merangkul pinggang Reinald dan menyenderkan kepala di dadanya yang dibalas Reinald dengan mengusap-usap pelan lengan Putri.

"Rena janji dia gak akan ngasih tau ibu sama bapak kalau all these time... setiap aku gak di rumah, aku pasti nginep di sini. Tapi dia kecewa sama aku juga karena dia mikirnya ya seperti orang normal pada umumnya... apa yang bakal kejadian saat pasangan tinggal di satu atap yang sama tanpa pengawas sama sekali? Dia bahkan sampe ngasih tuduhan kalau rumah tangganya yang gagal bisa jadi karena aku bejat dan gak mau jaga diri trus akhirnya dia yang kena karmanya.

Korelasinya apa ya, beb??? Kok ya Arga yang selingkuh, aku yang disalah-salahin!!" gerutu Reinald.

"She worship you, beb... buat dia kamu itu panutan utama dan jangkarnya dia. Aku mewajarkan kekecewaannya dia, kok. Jangan-jangan dia ikutan marah sama aku juga?"

"Enggak, kok. Tenang aja... aku udah jelasin kalau semua base on consent walau sebetulnya gak perlu juga aku jelasin ke dia kan???? Tapi dia lebih suka maki-maki dan ngasih kesalahan sepenuhnya ke aku. Harusnya aku yang punya kontrol diri, bla bla bla...coz women is always right."

Putri tertawa. "I bet she thinks that I'm your first?!" godanya.

Lagi-lagi Reinald mencubit pipi Putri. "Gak usah diungkit lagi boleh kan???? Biarin masa lalu stays di tempat mereka yang seharusnya. Jauhhhh di belakang trus gak usah ditengok lagi!"

"Anak band apa harus se-player ini atau berlaku khusus buat yang cakep doang?" ledek Putri lagi.

"Aku bukan player!! Apa sih kamu seenaknya nuduh?? Enggak sih!!! Aku gak randomly hook up with someone loh, beb! Gak pernah begitu! Emang aku si Ujang???" seru Reinald berang.

"Iya astaga... bercanda, beb... bercanda! Aku percaya kamu kok... percaya banget!" ucap Putri mencoba meyakinkan pacarnya kalau dia memang hanya bercanda saja.

"Rena minta aku buru-buru nikahin kamu," tambah Reinald lagi.

"Boleh minta modalnya??" balas Putri. "Ini aku dari tadi searching harga gaun, harga MUA, biaya lamaran dan printilannya kok ya bikin mood drop! Soalnya walau bikin sesederhana mungkin ya tetep aja harus sewa resto kan? Undangan minimal 100 pax juga walau isinya cuma keluarga sama temen deket kita. Mamaku pasti seenggaknya minta kita undang keluarga inti dia. Mamaku aja udah 7 bersaudara, beb. Gak usah nikah aja gimana? Toh kamu udah di sini terus. Bantu aku isi apartemen aja mendingan," seloroh Putri.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang