Putri baru saja menyelesaikan riasannya saat Reinald menelepon.
"Beb, maaf banget... Rena mules-mules. Aku antar dia ke RS ya...." ucap Reinald dengan nada panik.
"Hmmm... udah due date-nya ya?"
"Harusnya sih dua minggu lagi. Tapi dari tadi dia udah meringis kesakitan. Aku berangkat dulu ya... I'm so sorry... kamu tetep berangkat atau enggak?"
"Ya aku udah rapi gini. Nanti naik taksi aja. Hati-hati ya...." balas Putri datar.
"You too... nanti aku telepon lagi....." Panggilan telepon segera diputus oleh Reinald.
Putri menatap pantulan wajahnya di cermin, menggerutu. "Gak usah nelpon juga gapapa...." ucapnya sambil meraih clutch yang tadi dia siapkan dan memindahkan isinya ke tas tangan agak besar karena dia harus pergi naik kendaraan umum.
Malam ini adalah acara resepsi Rizki dan Putri sudah bersiap-siap dari 2 jam lalu dengan asumsi dia akan dijemput oleh pacarnya namun ternyata rencananya gagal total. Walau situasi seperti ini harusnya bisa dimaklumi, namun kali ini Putri merasa amat muak dengan kondisi yang harus dia jalani karena lagi-lagi dia dipaksa untuk mengalah.
Mengenakan kebaya janggan pink dengan kain jarik senada, Putri masuk ke ruang resepsi dan langsung bersalaman dengan mempelai yang heboh bertanya soal kehadiran pacarnya. Putri meminta maaf, mengatakan kalau Rei harus menemani adiknya yang mau lahiran namun dia menitip salam dan ucapan selamat untuk Rizki dan juga mempelai wanita.
Turun dari podium, Putri berkeliling mencari makanan sampai akhirnya dia terdampar di depan stan kambing guling, berbaris mengantri dengan rapi di sana sampai ada suara yang menyapanya.
"Kamu cantik...."
Putri cepat-cepat menoleh dan melihat Eza berdiri tepat di belakangnya sambil tersenyum lebar.
Putri menaruh tangan di dadanya sendiri seakan terkejut. "Gak sia-sia aku dandan sampai 2 jam kalau begitu...." jawabnya sambil tersenyum sama lebarnya.
Eza memberi kode agar Putri cepat-cepat berjalan untuk mengambil kambing gulingnya. Setelah mendapat jatah masing-masing, mereka mencari tempat untuk bisa mengobrol berdua.
"Aku perhatiin dari tadi, kayaknya kamu dateng sendiri," ucap Eza membuka percakapan.
"Rena... adiknya Rei lahiran. Ini aku lagi nunggu update-nya."
"Owww... cewek atau cowok?"
Putri menatap Eza dengan mata yang nyaris segaris. "Kan tadi aku bilang aku nunggu update! Kalau udah tau ya aku gak nunggu lagi dong, Za!"
Eza memegangi dadanya, pura-pura terkejut. "Galak amat! Aku kan cuma nanya...Laper pasti kamu! Sampe galak begitu!"
"Iya ih, laper... mau kambing gulingnya lagi deh, tapi kok kayaknya udah abis...." keluh Putri.
"Tunggu di sini! Jangan kemana-mana!" seru Eza yang segera pergi dari hadapan Putri dan muncul 10 menit kemudian dengan kambing guling di tangannya. "Nih... biar gak galak-galak amat!" ledeknya.
Putri tertawa. "Makasih ya... Mas Ezaaaaa...."
"Mau ngiter ke mana lagi?" tanya Eza setelah Putri menghabiskan kambing gulingnya.
"Mau somay...." jawab Putri sambil menunjuk booth somay.
Eza tertawa kecil. "Gak berubah ya kamu... tiap kondangan cuma mau makan yang di booth aja, gak pernah mau makan prasmanannya."
"Makan porsi mini-mini gitu enak, Za... gak berasa makan banyak padahal ya sebetulnya itu mah perasaan doang. Aslinya sama aja makan gak kira-kira."
"Pinter aja ngejelasinnya!" goda Eza lagi.
"Harus! Gak mau kalah pinter aku sama kamu tuh!"
"Bentar, bentar.... Ini dendam IP 3.5 vs 3.6 semester 6 masih kebawa sampe sekarang???" tanya Eza sambil tergelak ceria.
"Kubawa sampe mati kayaknya. Nyesek loh, beda 0.1 doang aku harus traktir kamu marugame udon. Mana duit lagi tipis-tipisnya!" gerutu Putri.
"Ya kan janji adalah janji, sayanggg...."
"Hehhh... heehhh... manggil sembarangan aja! Sadar, Za!! Sadar!!!" omel Putri.
Eza tertawa. "Maaf kebiasaan...."
Bibir Putri mengerucut lucu. "Gak mau maafin, ah...."
"Kamu pulang naik apa?" Eza cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.
"Ya taksi... tadi juga ke sini naik taksi."
"Aku anterin ya...." ucap Eza cepat.
"Gak usah. Jauh soalnya...." elak Putri.
"Ya kalau jauh mending aku anterin aja. Udah malem soalnya. Aku malah khawatir kalau kamu pulang sendiri."
"Hmmmm....."
"Pleaseeeee????" bujuk Eza mengatupkan tangan memohon.
Putri terdiam, menimbang-nimbang, namun tiba-tiba saja ada pesan masuk ke ponselnya. Dari Reinald.
Reinald
Beb, aku sama Rena tadi diminta pulang dulu karena masih kontraksi palsu. Sekarang udah di rumah, eh Rena ngeluh kesakitan lagi. Jadi aku berangkat lagi ke RS ya. Untung tadi tas melahirkannya gak aku keluarin dari begasi. Kamu hati-hati pulangnya ya....Putri membaca sekilas isi pesannya, lalu menatap Eza. "Oke... apartemen ku di Tangerang loh. Gapapa???"
Eza tersenyum lebar. "Gak masalah sama sekali."
—————————
Luv,
NengUtie
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
RomanceKetemu masa lalu yang sudah di flush jauh-jauh itu memang ibarat membuka pandora box atau makan sekotak coklat ala Forrest Gump. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Seperti yang dialami Putri saat dia bertemu kembali dengan cin...