Thirty

726 216 13
                                    

Eza
Ti, are you ok?

Putri mengecek sekilas pesan yang masuk. Saat melihat nama Eza, dia hanya membacanya dan memilih untuk membalasnya nanti-nanti saja. Lebih baik dia pergi ke laundry koin dengan semua pakaian kotornya.

Putri
Rei, besok jadi?

Putri mengirim pesan di sela-sela tontonan TV series yang dia ikuti sambil menunggu cuciannya kering.

Butuh 10 menit sampai Reinald membalas pesannya.

Reinald
Nanti aku kabarin lagi ya, Put.

Putri mengantongi ponselnya dengan kekecewaan yang tergambar jelas. Dia bahkan sudah tak bernafsu untuk melanjutkan TV series yang sedang dia tonton padahal adegan sedang seru-serunya.

Di tempat lain, Reinald sedang duduk termenung memandangi ponselnya.

"Mas!! Kok bengong?! Anterin aku ke kafe dong kalo Mas lagi gak ngapa-ngapain!" tegur Renata.

Alis Reinald terangkat. "Kamu mau ngapain ke kafe? Ada kerjaan?"

Renata mendekati Reinald, berbisik pelan. "Butuh me time... akhirnya Rehan baikan juga. Udah anteng, udah ceria lagi. Aku yang mentalnya ambrol ngurus dia sakit dua minggu! Capek banget, Mas!"

Reinald tersenyum kecil. "Kalau kita pergi, yang jaga Rehan siapa?" tanyanya.

"Ya ibu... tadi ibu yang nyuruh aku pergi kok. Katanya kalau aku kecapean sama stres, aku jadi suka marah-marah sendiri sama Rehan. Jadi mending aku pergi dulu aja deh cari hiburan. Ibu nyuruh aku ke salon, tapi sayang ah, uangnya. Mending kupake buat beli popok aja!" jelas Renata.

"Ke salon sama ke kafe bukannya keluar duitnya sama aja ya?" tanya Reinald tak mengerti.

"Kalau dianterin sama Mas, ongkos jadinya gratis. Trus aku mau ke tempat Mas Raka aja... pasti gak dibolehin bayar. Hemat kan jadinya."

Reinald memutar bola matanya. "Tunggu mas mandi dulu. Naik motor aja gapapa, kan?"

Renata tertawa ceria. "Siap!!" ucapnya sambil mengacungkan jempolnya.

Hanya butuh waktu 40 sampai Renata dan Reinald tiba di kafe milik Raka yang baru saja buka.

Raka yang sedang berdiri dekat kasir langsung menyapa. "Woi!! Tumben dateng, Rena? Kalau mas kamu mah gak perlu kutanya. Udah macem jailangkung, tak diundang, tak diantar dia nongol sendiri."

"Bangsattt!!!!" maki Reinald. "Mau tuna puff sama kopi gula aren. Yang less sugar ya. Ren, mau apa?"

"Kopinya bikin dua ya.... Sama aku mau burnt cheesecake aja deh," jawab Rena.

"Itu aja, Kak? Saya ulang pesanannya ya. Kopi gula aren less sugar dua, tuna puff sama basque burnt cheesecake."

"Iya, massss... bayar pakai Qris ya...."sahut Reinald.

"Baik, kak.... Atas nama siapa??

"Gue gebuk ubun-ubun loe ya!! Buruan!! Gue mau bayar!" seru Reinald.

"Customer ngehek begini nih emang!!" gerutu Raka walau sambil tertawa-tawa.

Selesai membayar dan menunggu sebentar pesanan disiapkan, Reinald dan adiknya bercakap-cakap ringan membahas tingkah Rehan di rumah.

Saat pesanan mereka siap, Rena bergegas mengambilnya. Baru saja dia memakan sesuap, Raka ikut bergabung bersama mereka dengan segelas es kopi yang dia bawa sendiri.

"Loe ngapain di sini?" seru Reinald memandangi sahabatnya keheranan.

"Gabut! Masih sepi soalnya...." jawab Raka seenaknya.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang