Prologue

2.7K 33 5
                                    


Pada tahun 2564 dalam kalender Budha (kalender Gregorian 2021), ilmu pengetahuan telah berkembang sedemikian rupa sehingga rencana wisata luar angkasa sedang dibuat, namun masih ada sesuatu yang belum hilang seiring berjalannya waktu. Hal ini justru bertolak belakang dengan ilmu pengetahuan, yaitu fakta bahwa manusia terus mempercayai hal-hal yang tidak dapat dilihat, hal-hal seperti pertanda dan takdir.

Saat ini, aku sedang duduk dihadapan seorang ahli dalam bidang ini, mendengarkan dia berbicara.

"[Ya, Rahu juga lahir dengan tanda zodiak ini]. Kau akan menemui nasib buruk."

Suaranya agak serak, seorang wanita paruh baya berpakaian serba putih. Setelah mengetahui tanggal dan tahun lahir ku, dia mulai mencoret-coret di selembar kertas. Wanita bertubuh agak kekar itu menatapku dengan tatapan tajam. Aku melakukan yang terbaik untuk menjaga sikap sopan, tapi yang terpikir olehku hanyalah:

Kenapa aku datang ke sini?

"Aku bisa melihatnya, di masa lalu kau telah mengalami terlalu banyak hal. Bintang-bintang memberitahuku bahwa akan ada lebih banyak kejadian malang di masa depanmu."

"Benar, akhir-akhir ini dia sangat tidak beruntung. Bulan lalu, dia kehilangan ponselnya dan kemudian minggu lalu dia hampir tertabrak sepeda motor. Hal buruk apa lagi yang akan menimpanya?" Orang yang duduk di sampingku dan buru-buru menanyakan pertanyaan ini adalah seorang anak laki-laki dengan rambut pirang pucat yang mengenakan seragam kampusnya dengan sedikit berantakan. Aku melirik ke arah teman baikku; dia mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak seperti diriku.

"Ini tidak akan terlalu berbahaya, tapi melihat bintang-bintang, tidak akan lama lagi kau akan menghadapi kejadian beruntun yang sangat serius. Kejadian ini mungkin timbul dari dosa masa lalu, dan apapun yang kau lakukan, kau tidak bisa menghindarinya. Mulai sekarang, kau perlu sering mengunjungi kuil untuk melakukan kebajikan, berdoa dengan semangat, dan melakukan banyak perbuatan baik. Itu akan membantu menghilangkan beberapa kemalangan. "

"... Krap." Aku memaksakan diri untuk menjawab. Aku kemudian harus terus mendengarkan ketika temanku menanyakan pertanyaan demi pertanyaan kepada peramal tentang masa depanku. Semua pembicaraan tentang tanda bintangku atau apapun, masuk ke satu telinga dan keluar dari telinga yang lain.

Nama ku Nakhun Phatthanathada, aku berusia 20 tahun bulan lalu. Saat ini aku sedang mengambil jurusan bahasa Inggris tahun ketiga, belajar di universitas terkenal di Bangkok. Kehidupanku sejauh ini relatif lancar; Aku telah bertemu sebagian besar orang-orang baik dan aku tumbuh di lingkungan yang baik. Nilai ku tidak buruk, selama ujian aku berhasil mencapai nilai yang cukup memuaskan. Tapi ketika aku berusia 20 tahun, tiba-tiba karena alasan yang tidak diketahui, keberuntungan ku mulai memburuk.

Pertama, aku kehilangan ponsel, kemudian aku gagal dalam ujian dan peringkat kelas ku hampir turun. Esai yang seharusnya ku serahkan kepada profesorku tercabik-cabik, dan aku mulai sering tersandung kakiku sendiri saat berjalan. Baru-baru ini, seperti yang dikatakan temanku, aku hampir ditabrak sepeda motor.

Tentang nasib buruk, atau dosa dari kehidupan masa lalu yang kembali menghantuiku seperti yang dikatakan peramal, sepertinya tidak satupun dari pilihan tersebut yang mungkin terjadi. Itu semua salahku sendiri karena terlalu ceroboh. Hampir tertabrak sepeda motor karena tidak melihat ke dua arah sebelum menyeberang jalan, kehilangan ponsel karena kebetulan lupa di toilet umum, dan mendapat nilai buruk karena sakit kepala pada hari ujian dan tidak bisa fokus. Tapi teman ku, Thi, sangat percaya dengan hal-hal mistis itu, dan dia tidak setuju. Dia percaya bahwa aku sedang mengalami nasib buruk dan menyeretku keluar untuk melakukan perbuatan baik dan menemui peramal. Sebenarnya aku tidak ingin pergi, namun pada akhirnya dia tetap berhasil mengelabuiku agar meramal nasibku di kuil, di bawah pohon Asam.

Winter Part 2 - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang