Aku pernah percaya bahwa menemukan Klao dan akhirnya kembali ke masa sekarang adalah satu-satunya hal yang dapataku pikirkan, tapi sedikit perubahan telah terjadi. Tujuan-tujuan ini tidak lagi menyita setiap pikiran ku, melainkan kehadiran pria bernama Phop..
"Selamat datang, Khun Klao."
"Di mana P'Phop?" Aku bertanya kepada kepala pelayan [1], yang sedang menaiki tangga sambil membawa banyak buku.
Dia memiringkan kepalanya untuk memberi hormat, menjawab dengan rendah hati, "Than Muen sedang berada di kamp pelatihan bersama para pelayan saat ini, Khun Klao. Apa ada masalah?"
"Sebenarnya tidak ada hubungannya denganku, tapi Bibi sedang mencari P'Phop. Dia perlu berbicara dengannya tentang sesuatu."
"Kalau begitu aku akan memberitahu Than Muen untukmu."
Dia mungkin bermaksud lari mencari tuannya, tapi aku menahannya dan berkata, "Tidak perlu, aku akan pergi sendiri. Aku akan mampir dan mengambil beberapa barang untuk para pelayan. Jika kau sibuk dengan sesuatu , kau boleh melanjutkan."
"Krap..." Dia tersenyum dan melanjutkan ke kantor P'Phop dengan membawa barang-barangnya, sementara aku, sebaliknya, langsung turun ke kamp pelatihan untuk mencari P'Phop.
Jika aku tidak memberikan mainan yang ku beli di pasar sehari sebelumnya kepada anak-anak itu, aku mungkin tidak akan repot-repot mencarinya sendiri. Aku berusaha menghindari bertemu dengannya sebisa mungkin. Awalnya aku tidak ingin menghadapinya karena takut dia akan mencurigaiku, tapi kini ada alasan lain kenapa aku khawatir bertemu dengannya.
Teriakan keras laki-laki terdengar dari belakang rumah. Aku mempercepat langkahku untuk menemukan P'Phop lebih cepat dan kemudian kembali melakukan tugasku sendiri. Melewati semak-semak menuju jalur latihan, aku berhenti ketika menemukan dua pemuda kekar dengan dada telanjang, mengenakan Chong Kraben. Tubuh mereka dilumuri minyak sebelum pertarungan. Keduanya memegang pedang di tangan mereka dan saling menyerang secara agresif.
Sejenak, aku terhenti dan lupa tujuanku datang kesini.
"Than Muen pasti akan menang!"
"Ai'Ming, jangan menyerah!"
Suara para pelayan dan pelayan terdengar di telingaku saat pedang mereka bertabrakan, menghasilkan suara yang memekakkan telinga. Terdengar suara-suara yang keras dan antusias, bercampur dengan tepuk tangan. Namun yang menarik minat ku bukanlah tentang siapa yang menang atau kalah dalam pertarungan tersebut. Sebaliknya, aku melihat siluet orang yang kucari di tengah lingkaran, menggenggam pedang di tangannya untuk menyerang lawannya.
Aku pernah mendengar para pelayan mengatakan bahwa P'Phop ahli dalam bertarung dan selalu datang untuk berlatih tinju dan adu pedang dengan para pelayan. Namun, ini pertama kalinya aku melihatnya dengan mata kepala sendiri. Dan dia tampak... sungguh menakjubkan.
Bilah bangsawan itu menembus udara, mengiris sangat dekat dengan sasarannya. Ilmu pedang P'Phop kuat dan hampir ajaib. Aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya, seolah-olah ada mantra yang ditujukan kepadaku. Matanya berbinar dengan ekspresi ceria dan bersemangat saat dia mengitari lawannya. Keringat berkilauan, bercucuran di sekujur tubuhnya, namun tak mengurangi kecantikan wajahnya sedikit pun. Sebaliknya, menurutku dia terlihat lebih gagah dari sebelumnya.
Traang!
Benturan pedang yang keras membuatku sadar kembali, dan pada saat yang sama aku mendengar seseorang menyapaku.
"Khun Klao."
"Chuay, kau meninggalkanku di rumah dan datang ke sini?" Aku menatap tajam ke arah pelayanku yang telah menghilang selama hampir satu jam. Dia tersenyum dan menundukkan kepalanya dengan menyesal.