Chapter 23

236 13 0
                                    


Alarm ponsel yang ku setel untuk membangunkanku berbunyi nyaring, menandakan pagi yang baru. Aku dengan lesu membuka mataku, meraih ponselku, dan memeriksa jam. Saat itu jam 7:30 pagi. Untuk hari Sabtu, itu dianggap awal bagi sebagian besar siswa yang tinggal di asrama yang lelah karena seminggu belajar yang berat. Namun tidak bagi ku yang sudah tidak sabar menantikan akhir pekan.

Karena hari itu adalah hari dimana aku dijadwalkan bertemu dengan P'Phop untuk belajar bersama.

Aku mematikan alarm, duduk dari tempat tidur, dan melawan rasa kantuk sebelum bangun untuk mengambil handuk. Lalu aku segera mandi dan mengganti pakaianku.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, dengan mengenakan T-shirt hitam dan celana jeans biru tua, aku berdiri di depan cermin, menyisir di tangan, mencoba merapikan rambutku yang berantakan selama beberapa menit. Aku mengoleskan lip balm yang tidak berwarna dan kemudian memeriksa diri ku sekali lagi. Puas dengan penampilanku yang rapi, senyuman tersungging di bibirku.

Sejujurnya, aku tidak pernah menyangka akan mengalami momen seperti ini bersama orang lain. Aku bahkan sudah menyiapkan pakaian ini pada malam sebelumnya, menghabiskan hampir setengah jam untuk memilih dari lemari pakaianku. Sebelum tidur, aku sudah memikirkan gaya rambut apa yang akan kupilih, apa akan memakai cologne atau tidak, padahal kami hanya akan belajar. Tapi di hatiku, ini lebih terasa seperti kencan. Belajar hanyalah sebuah alasan.

Mata pelajaran hukum dasar tidak terlalu sulit; Aku bisa mempelajarinya sendiri. Aku gagal dalam mata kuliah pada tahun pertama karena aku terlalu fokus pada jurusan ku dan mengabaikan mata pelajaran lainnya. Jika aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk membimbing ku, Thi bisa saja melakukannya. Tapi aku telah meminta P'Phop untuk membantuku, supaya aku bisa menggunakannya sebagai alasan untuk dekat dengannya. Lalu, aku lebih fokus pada pakaianku, wajahku, dan mencari topik untuk dibicarakan dengan P'Phop daripada studiku.

Janji temunya pada pukul 10:30, tapi aku sudah berpakaian dan siap sejak jam 8.

Bisakah kau menebak betapa bersemangatnya aku?

Aku mengangkat wajahku untuk melihat bayanganku di cermin. Setelah kembali dari rumah Thi, mataku tampak lebih hidup dari sebelumnya. Aku merasa seperti kembali menjadi diriku yang dulu, tanpa berpura-pura menyenangkan orang lain. Terlebih lagi, aku merasa lebih bersemangat dari sebelumnya, sehingga teman-temanku di kampus bahkan menggoda, "Apa kau sedang jatuh cinta? Kau terlihat sangat bahagia."

Bukan persis seperti itu, tapi hampir saja. Aku benar-benar jatuh cinta, itu saja.

Aku mengangkat telepon ku untuk memeriksa waktu dan menyadari bahwa masih banyak waktu sebelum janji temuku. Jadi, aku memutuskan untuk sarapan di restoran, dibawah asramaku. Ini masih pagi, dan sebagian besar siswa masih tertidur. Aku satu-satunya yang duduk sendirian, menyendok bubur ke dalam mulutku. Sambil makan, tanganku yang satu lagi sibuk menelusuri ponselku, membuka aplikasi LINE, dan masuk ke chatroom seseorang.

"Selamat pagi." Jantungku berdetak kencang saat aku mengetik dan mengirim pesan singkat, beserta stiker pagi, ke ruang obrolan P'Phop. Sejak aku kembali dari rumah Thi, aku berusaha mencari alasan untuk mengirim pesan kepadanya setiap hari. Cara paling sederhana adalah mengucapkan selamat pagi.

Setelah mengirimkan pesan tersebut, aku terus memakan buburku namun mau tidak mau aku melirik ponselku hampir setiap lima detik. Aku sangat menantikan balasannya. Sejujurnya, aku tidak pernah berpikir akan ada hari dimana aku akan merasa cemas hanya dengan melihat ponselku. Terakhir kali aku terpaku pada ponselku adalah ketika hasil penerimaan perguruan tinggi diumumkan.

Ding!

Kurang dari dua menit kemudian, balasan masuk. Aku segera meletakkan sendokku dan membuka chat. Senyuman lebar terlihat di wajahku saat aku melihat pesan P'Phop:

Winter Part 2 - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang