Chapter 21

206 14 0
                                    


Aku masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana perasaan ku pertama kali ketika mengetahui bahwa aku telah melakukan perjalanan kembali ke masa lalu. Aku sangat terkejut, aku hampir pingsan. Sejak saat itu, aku terus mencari cara untuk kembali ke rumah. Namun, ketika saatnya tiba di mana aku akhirnya bisa kembali ke masa sekarang lagi, emosi awal ku sama sekali bukan perasaan senang atau lega. Tubuhku menjadi dingin, hatiku tenggelam. Aku tidak merasakan sedikitpun kebahagiaan.

"Tidak... tidak... tidak mungkin..." Aku melihat sekelilingku. Kedua kakiku tersandung, berkeliaran tanpa tujuan. Aku mengulangi kata-kata yang sama berulang kali, seolah-olah aku sudah gila. Tubuhku menggigil hebat saat aku berbelok ke kiri dan ke kanan, mencoba mencari jalan kembali. Tapi bagaimana aku bisa kembali padahal aku bahkan tidak tahu bagaimana bisa kembali ke sini?

Tangan dan kakiku mati rasa, aku hampir tidak bisa merasakannya. Aku tidak yakin apa itu karena angin dingin yang menerpa tubuhku, atau karena guncangan yang sangat hebat. Lingkunganku sangat tenang dan hening, hanya samar-samar suara musik dari rumah di seberang jalan yang terngiang-ngiang di telingaku. Semakin banyak waktu berlalu, hal itu hanya memperkuat kenyataan pahit bahwa ini bukanlah mimpi. Sudut mataku mulai perih, dan kakiku yang lemah lemas, membuatku terjatuh ke tanah.

Suara desiran angin dan gemerisik dedaunan hampir terdengar seperti tangisan sedih. Aku mengedipkan mataku berulang kali, masih berharap ini semua hanya mimpi, atau mungkin festival ini hanya mimpi buruk. Mungkin ketika aku membuka mataku lagi, aku akan mendapati diriku berada di tempat tidur, dengan P'Phop di sisiku.

Namun, tidak peduli berapa kali aku mencoba, tidak ada hasil. Aku tidak bangun, dan aku tidak dibawa kembali. Aku hanya tinggal di halaman belakang rumahku. Aku tidak bisa berpikir dengan baik, tidak bisa menerima kenyataan. Di sana aku duduk dengan linglung di bawah pohon mangga, tidak tahu berapa lama aku berbaring di sana sebelum aku berhasil mengumpulkan pikiranku. Akhirnya, aku perlahan mengangkat tubuh ku yang berat dan berjalan dengan susah payah kembali ke rumah.

Mendorong pintu hingga terbuka, aku melangkah ke dalam rumah yang ku tinggali sejak kelahiranku. Semua yang ada di dalamnya masih sama seperti yang kuingat – perabotan yang terbuat dari bahan sintetis, televisi, komputer, AC. Dulu aku mendambakan semua hal ini, namun sekarang hal-hal tersebut terasa begitu asing, dan sangat berbeda dengan perabotan kayu yang lazim di rumah Phraya Pichai Phakdi.

Tunik tradisional lengan pendek dan chong kraben yang kukenakan terasa tidak cocok di rumah modern berlantai dua yang terbuat dari semen, dikelilingi oleh teknologi dan kenyamanan. Aku merasa seperti orang luar, orang asing. Aku tidak pantas berada di sini...

Aku melirik ke arah dinding ruang tamu, hatiku tenggelam saat melihat jarum jam menunjukkan waktu sudah menunjukkan pukul 21.45. Aku bergegas mengambil ponselku yang tertinggal di atas meja, dan menyalakannya untuk memeriksa.

Kalender di layar menunjukkan tanggal yang sama yang kuingat sebelum aku melakukan perjalanan waktu.

Kalau tidak salah, aku meninggalkan rumah sekitar jam 9 malam, duduk di taman sebentar sebelum pingsan dalam keadaan mabuk. Saat itu pasti sedang terjadi gerhana bulan yang menyebabkan ku melakukan perjalanan waktu. Apa itu berarti aku kembali ke masa sekarang karena gerhana bulan?

Tujuh bulan hidup di masa lalu, hanya memakan waktu beberapa menit di sini saat ini.

Saat ini, tubuhku bergetar tak terkendali. Aku terjatuh ke lantai, menggigit bibirku kuat-kuat, berusaha menahan isak tangisku, namun pada akhirnya, air mataku pecah.

Apa ini? Bagaimana aku sampai di sini? Dan apa yang terjadi di belakang sana? Apa P'Phop aman? Aku mendengar suara tembakan. Dia tidak terluka saat melindungiku, bukan? Betapa terkejutnya dia saat mengetahui aku menghilang? Bagaimana aku bisa kembali padanya?

Winter Part 2 - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang