16

506 36 2
                                    

Yoongi membawa mereka naik ke lantai 2. Saat menaiki tangga menuju ruang VIP, mereka bertemu dengan dua orang gadis berparas cantik dengan pakaian sexy.

Keduanya menyapa Yoongi dengan sopan. Salah seorang gadis dengan rambut hitam panjang mendekati Jungkook dan mengamit lengannya dengan manja.

"Jungkook, kenapa kau tidak pernah menghubungiku lagi? Aku sangat merindukanmu?" Gadis itu menyapukan jemarinya didada Jungkook.

"Maaf irene, aku sibuk." Jungkook menurunkan tangan Irene dari dadanya.

"Lalu kapan kau punya waktu untukku?" Irene mendekatkan tubuhnya ke Jungkook, sehingga posisi mereka terlihat intim.

Jimin mengalihkan pandangannya ke arah lain. Melihat interaksi antara Jungkook dan Irene tiba-tiba membuat dadanya sesak.

"Maaf Irene, jangan melewati batas. Aku tidak ingin ada yang salah paham melihat kedekatan kita", Jungkook menjauhkan tubuhnya dari Irene.
"Maaf, aku harus pergi menyusul teman-temanku" Jungkook meninggalkan Irene tanpa menoleh ke arah gadis itu.

"Sepertinya kau ditolak" Wendy sahabat Irene berbisik di telinganya. Irene mengepalkan tangannya.
"Lihat saja, aku tidak akan menyerah semudah itu, kupastikan Jungkook akan jatuh cinta padaku dan jadi milikku" Irene menyilangkan tangan didepan dadanya sambil memandang Jungkook yang sudah masuk ke dalam ruangan VIP.

☆☆☆☆☆

"Ayo masuk!" Yoongi membuka pintu salah satu ruangan VIP. "Bagaimana, kalian suka?"
Jimin dan Hoseok serempak menganggukkan kepala. Yoongi tertawa melihat reaksi mereka. "Aku akan menyuruh pelayan membawakan wine untuk kalian". Yoongi berjalan keluar dari ruangan.

Ruangan VIP tersebut memiliki beberapa sofa dan meja, pembatas kaca menghadap ke arah lantai dansa ditutupi dengan gorden berwarna emas. Pintu kamar tidur ada di sudut ruangan.

Jimin berjalan mendekat ke arah pembatas kaca, memperhatikan orang-orang yang ada di lantai dansa yang asik meliukkan tubuhnya mengikuti irama musik.

"Tidak ingin bergabung?" Tanya Hoseok yang sudah bediri di sampingnya. Jimin tertawa, "Nanti saja Hyung".

Jungkook berjalan masuk dan duduk di sebuah sofa, matanya mengawasi Jimin. Dia bisa melihat raut wajah Jimin yang terlihat tidak nyaman melihat kebersamaannya dan Irene tadi. "Apakah Jimin cemburu?" Jungkook tersenyum sendiri.

Jimin mencuri pandang ke arah Jungkook. "Sepertinya dia sangat bahagia bertemu dengan gadis tadi, apa gadis itu kekasihnya, lalu bagaimana dengan Ji Eun Nunna yang akan bertunangan dengannya?" Kepala Jimin dipenuhi dengan pertanyaan.

Getaran dari saku celana mengalihkan perhatian Jimin. 'Oh... Ibu menelepon. Oh... iya disanakan pagi hari' batin Jimin. "Hyung aku angkat telepon dari Ibu dulu" kata Jimin kepada Hoseok.

Jimin berjalan keluar dari ruangan dan berjalan ke arah koridor yang agak sepi.
"Hai Bu, apa kabar? Jimin menyapa.
"Sayang kenapa lama mengangkat teleponnya, apa kau baik-baik saja?" Suara Ibunya terdengar khawatir.
"Aku baik-baik saja Bu, saat ini aku ada di pesta seorang temanku. Jadi aku harus mencari tempat yang tenang untuk berbicara dengan Ibu" jelas Jimin.
"Kalau begitu nanti kita bicara lagi kalau kau sudah di rumah, selamat bersenang-senang sayang" Ibunya mengakhiri pembicaraan mereka.

Jimin memasukkan kembali smartphonenya ke dalam saku celana dan berjalan masuk kembali ke dalam ruangan VIP. Tampak Hoseok, Jungkook, Mingyu dan Namjoon duduk menghadap meja. Di atas meja sudah terdapat beberapa botol wine yang disediakan Yoongi untuk mereka dengan kadar alkohol tinggi.

"Ayo Jimin kita bermain!" Ajak Hoseok.
"Jangan bilang kalau kalian akan bermain truth or dare" tebak Jimin.
"Kenapa? Kau takut?" Jungkook menatap Jimin.
Jimin balas menatap Jungkook.
"Aku tidak takut, ayo kita bermain" Jimin mengambil tempat duduk di sebelah Hoseok.

BIAR MENJADI KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang