Jimin berpapasan dengan Ji Eun. Hampir saja mereka berdua bertabrakan. Jantung Jimin masih berdebar-debar mengingat kejadian tadi.
"Jimin... apa kau melihat Jungkook?" Tanya Ji Eun.
"Eh...eh... dia masih di toilet Nuna" jawab Jimin dan menunjuk ke arah toilet, suaranya bergetar.
"Kau... kenapa?" Tanya Ji Eun memperhatikan Jimin yang terlihat gugup.
"Aku tidak apa-apa Nuna, aku mau melanjutkan makan siangku dulu" kata Jimin dan berlalu meninggalkan Ji Eun dengan tergesa-gesa.
'Dia kenapa sih?' Batin Ji Eun.
Ji Eun berbalik dan terkejut karena Jungkook sudah ada di belakangnya.
"Ah... kau mengagetkan aku saja Kook'ah" kata Ji Eun.
"Kau terlihat seperti banyak pikiran, apa kau memikirkan soal pertunangan kita?" Tanya Ji Eun hati-hati.
Wajah Jungkook terlihat tegang tanpa ekspresi mendengar perkataan Ji Eun.
Jungkook memandang Ji Eun. Dia menyadari perasaan Ji Eun padanya. Sebelum bertemu Jimin dia yakin dia straight, tapi setelah kejadian tadi, dia tidak yakin lagi akan hal itu.
Seharusnya dia mulai belajar untuk mencintai Ji Eun, karena Ji Eun adalah calon tunangan bahkan calon istri pilihan keluarganya, tapi kehadiran Jimin seperti mengacaukan akal sehatnya.
Jimin membangkitkan sesuatu dalam hatinya yang tidak dapat disentuh orang lain. Ji Eun yang sudah dikenalnya bertahun-tahun pun tidak bisa melakukannya.
Jungkook menyayangi Ji Eun seperti kakaknya sendiri. Dia pun tidak ingin mengecewakan apalagi menyakiti hati Ji Eun. Terlebih dia tidak mau mengecewakan keluarganya terutama Kakeknya.
"Kook'ah kau melamun" suara lembut Ji Eun menghentikan lamunannya.
Jungkook tersenyum tipis lalu memegang tangan Ji Eun dengan lembut mengajaknya kembali ke ruang makan.
Ji Eun tersenyum, hatinya terasa hangat mendapat perlakuan manis dari Jungkook.
Sampai di ruang makan, Jungkook tidak mendapati keberadaan Jimin.
"Jimin mana Bu?" Tanya Ji Eun pada Shin Hye.
"Mungkin di kamarnya. Dia tadi minta ijin untuk lebih dulu menyelesaikan makan siang" kata Shin Hye.
Mereka melanjutkan makan siang tanpa kehadiran Jimin. Tiba-tiba Jungkook kehilangan selera makannya karena memikirkan Jimin.
☆☆☆☆☆
Jimin berbaring di kasurnya masih mencoba menetralkan degup jantungnya yang menggila.
Pikirannya masih kacau mengingat kejadian dimana dia dan Jungkook hampir berciuman.
Jimin membenamkan wajahnya di bantal. Dia masih bingung dengan dirinya yang seperti terhipnotis akan pesona Jungkook. Yah... Jungkook sangat tampan, tubuhnya juga kekar dengan dada bidang. Jimin akui ia merasa nyaman dalam pelukan Jungkook. Tapi dia bingung dengan reaksi tubuhnya yang seolah pasrah didominasi Jungkook.
Bukan kali pertama Jimin melakukan skinship dengan pria tampan. Tapi tidak ada yang memberikan efek seperti yang Jungkook lakukan padanya.
Tidak, Jimin tidak boleh jatuh dalam pesona Jungkook. Jungkook adalah calon tunangan sekaligus calon suami Nunanya. Hampir saja Ji Eun memergoki mereka berdua yang hampir berciuman.
Tentu saja Jimin tidak mau menyakiti hati Nunanya. Yang harus dilakukannya saat ini adalah mulai menjaga jarak atau menghindar dari Jungkook. Yah... itu adalah jalan keluar terbaik saat ini batin Jimin sebelum jatuh dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIAR MENJADI KENANGAN
FanfictionJungkook yang akan bertunangan dengan Ji Eun tapi hatinya juga menginginkan Jimin.