Seojun terus mendekati kookie, ya kookie bekerja di perusahaan Seojun namun kookie tidak tau atasannya itu karena dia bekerja sebagai karyawan bawah.
"Kookie, apa nanti malam kau ada acara"? Tanya Seojun.
Keduanya sedang makan siang bersama, Seojun menjemput kookie dan membawanya kerestoran terdekat.
"Tidak ada, kenapa"? Kata kookie.
"Jika aku mengajakmu menonton bioskop bagaimana? Apa kau mau"? Tanya Seojun
Kookie terdiam dan mempertimbangkan ajakan Seojun, hingga kedua matanya melihat melihat seseorang yang sedang berjalan dengan wanita.
Seketika, emosi kookie meluap tapi dia harus bisa menahannya.
"Aku mau". Kata kookie dengan mata yang terus memandangi dua orang sedang berjalan bersama.
"Bahkan kau tidak memcariku? Berarti aku tinggal tunggu surat cerai darinya saja". Batin kookie.
"Terima kasih kookie". Kata Seojun bahagia.
Keduanya melanjutkan makan siang mereka sebelum kookie kembali kekantor.
🍁🍁🍁🍁🍁
Seokjin sedang dirumahnya, duduk disofa seorang diri dengan menatap laptopnya yang ada di pangkuannya.
Seketika kedua matanya membulat, dengan cepat Seokjin mengambil kunci mobil dan pergi keluar.
Sebelum keluar dari rumahnya, Seokjin sedikit berbincang dengan pak security penjaga rumahnya setelahnya dia pergi.
Didalam mobil, kookie hanya diam saja entah mengapa firasatnya tidak baik untuk pergi kali ini, namun dia tidak mau membuat Seojun kecewa jadi dia membuang jauh-jauh firasak buruk itu.
Lamunanya buyar ketika mobil Seojun berhenti disebuah gedung.
"Kenapa berhenti disini"? Tanya kookie yang mulai gelisah.
Seojun tak menjawab pertanyaan kookie, dia memilih keluar dan bertepatan dengan itu 2 orang bertubuh besar datang dan membuka mobil Seojun dengan paksa.
Kookie memberontak ketika kedua orang besar itu menyentuhnya.
"Siapa kalian"! Teriak kookie dan berusaha melawan keduanya.
"Diam"! Bentak kedua orang bertubuh besar itu.
Kookie tersentak dan terdiam takut, kookie mengikuti mereka kemana dia akan dibawa.
Ruangan yang gelap dan pengap, itulah yang dirasakan oleh kookie hingga sebuah cahaya menyoroti seseorang yang duduk di bangku.
"Seojun". Terka kookie.
Orang itu membalikkan tubuhnya dan tersenyum sangat manis.
"Hai, kookie...sepertinya kita akan menonton disini saja, dan kau jadi peran utamamu". Kata Seojun.
"Apa maksudmu"? Tanya kookie mulai meninggikan suaranya.
Seojun mendekati kookie yang dipegang oleh kedua orang suruhannya.
"Sstttt, jangan meninggikan suaramu padaku, baiklah aku akan memberi tahumu maksudku.
Sebenarnya sejak aku melihatmu untuk pertama kalinya, aku sudah mulai menyukaimu dan aku berniat akan menjadikanmu sebagai kekasihku namun, semua itu aku urungkan dan ku pendam,Karena apa?
Karena kau sudah memiliki seorang suami, yang membuat aku terkejut adalah suamimu adalah Kim Seokjin sialan itu.
Kemudian aku mendengar kabar dari mata-mata ku jika Seokjin mengusirmu dari rumahnya. Dan aku berfikir itu adalah kesempatan yang bagus untukku, namun tak kusangka, aku kalah lagi karena aku melihatmu dengan Seokjin ketika di Ilsan, bersama.
Ya, aku bisa menemukanmu disana dan aku berniat untuk menemuimu namun aku menemui sekaligus menemui musuhku sendiri.
Sejak saat itu, aku juga membencimu kookie! Kenapa aku harus mencintai seorang wanita yang sudah bersuami, terutama suaminya adalah musuhku sendiri.
Apa kau tau? Seseorang yang menembak anak laki-laki kecil yang berlari menyelamatkan musuhku itu, itu adalah orang suruhan ku, aku berharap Seokjin mati ditanganku namun aku gagal lagi.
Aku sempat bingung bagaimana cara untuk menjebaknya masuk kedalam perangkapku, karena setelah kepulangannya dari Ilsan, aku tidak melihatmu disekitarnya, namun aku salah, ternyata Seokjin menyembunyikanmu dariku hingga kau sendiri yang melarikan diri dari Seokjin dan masuk kedalam sini.
Aku rasa Seokjin tidak akan datang kesini, karena dia tidak akan tau kau dimana". Jelas Seojun dengan senyum smirknya.
Kookie memejamkan kedua matanya dan butiran bening sudah keluar dari kedua matanya. Kookie mengingat semua perlakuan Seokjin kepadanya yang tiba-tiba menjadi dingin dan cuek dan menempatkannya dirumah asing, ternyata untuk melindunginya.
"Maafkan aku". Lirih kookie.
"Ikat kedua tangannya dan jangan biarkan dia kabur". Perintah Seojun.
Kedua anak buahnya langsung menjalankan tugasnya. Kookie hanya diam saja dan menerimanya, karena dia sendirilah yang membuatnya seperti ini.
Yang kookie pikirkan sekarang adalah perasaan Seokjin yang terluka karena perkataan kasarnya.
"Jaga dia". Kata Seojun lalu pergi.
Kedua anak buahnya itu menghempaskan kookie kelantai hingga lutut kookie tergores lantai yang kasar yang sudah pasti berdarah.
"Awww sakit". Kata kookie.
Kedua tangannya sudah terikat dan juga kakinya.
Kookie pikir, Seojun sudah pergi namun nyatanya dia kembali lagi dengan cambuk ditangannya.
Tubuh kookie bergetar ketika melihat Seojun yang terlihat seperti psikopat itu. Kookie berusaha untuk menjauh hingga punggungnya menabrak dinding dibelakangnya.
"Mau apa kau"? Tanya kookie.
"Mauku"? Kata Seojun yang berdiri dihadapan kookie.
Tarrr
Satu cambukan mendarat ditubuh kookie memuat sang empu meringis kesakitan.
"Ini mauku, karena kau adalah istri dari Seokjin musuhku". Kata Seojun.
Tarrr
"Ini untuk kesalahan Seokjin padaku".
Tarrr
"Ini untuk katamakan Seokjin".
Tarrrr
"Ini untuk dirimu yang sudah membuat aku menyukaimu".
Empat kali cambukan sudah mendarat ditubuh kookie, hingga dibeberapa bagian pakaiannya terlihat sobek dan mengeluarkan darah.
Kookie sudah tidak kuat lagi, kookie tumbang. Seojun berhenti mencambuk namun dia menarik tubuh kookie kemudian didorongnya kebelakang hingga menabrak dinding. Dan itu terus menerus hingga terdengar suara seseorang.
"HENTIKAAANNNN"!
Seojun melihat kebelakang terkejut namun sedetik kemudian dia tersenyum bahagia.
Terima kasih...
Papaiiiiii.....