🍁31

387 39 0
                                    

9 bulan kemudian

Suasana rumah sakit begitu ramai hanya karena seorang wanita cantik yang akan melahirkan anaknya.

"Suster, tolong istri saya".

"Pasti tuan, tuan bisa tunggu diluar dulu, biar kami yang menangani bersama dengan Dokter". Kata suster.

"Apa saya tidak boleh masuk sus"?

"Maaf tuan, lebih baik tuan tunggu diluar". Kata suster.

"Dokternya laki-laki atau perempuan"?

"Perempuan tuan". Kata suster.

"Baiklah, tolong selamatkan keduanya, saya mohon".

Suster itu hanya senyum lalu menutup pintu ruang persalinan.

Pria berbaju lebar itu terus saja mondar mandir di depan ruang persalinanan istrinya.

"Tuan, bisakah anda tenang dan duduk".

Pria itu berhenti mondar mandir dan menatap kearah sekretaris Cha dengan tatapan tajamnya.

"Kau tidak merasakannya Cha". Kesalnya.

"Saya tau tuan Kim Seokjin, tapi saya pusing melihat anda seperti ini". Kata sekretaris Cha.

"Ya sudah jangan dilihat". Kata Seokjin.

"Bagaimana caranya? Tuan berada didepan saya". Kata Cha.

Seokjin menatap sekretaris Cha dengan geramnya.

"Pejamkan kedua matamu"! Kata Seokjin dengan menekankan suaranya disetiap kata.

Sekretaris Cha menjadi ngeri sendiri melihat tuannya yang sedang gelisah begini.

"Baiklah-baiklah". Kata sekretaris Cha yang kemudian memejamkan kedua matanya.

Seokjin kembali kepada mode mondar mandir tidak jelas. Matanya sekali-kali melihat kearah ruangan istrinya.

"Kenapa lama sekali Cha"? Kata Seokjin.

"Saya tidak tau tuan, tanyakan saja pada dokternya". Kata sekretaris Cha.

"Aku tidak meminta kau menjawabnya". Kata Seokjin dengan kesal.

Sekretaris Cha langsung membuka kedua matanya dan menatap tuanya dengan tidak percaya, sudah jelas-jelas tuannya itu bertanya kepadanya.

"Cha, kenapa lama sekali sih"? Kesal Seokjin.

Sekretaris Cha hanya diam saja, dia takut seperti sebelumnya.

Seokjin melirik sekretarisnya yang diam saja.

"Kenapa kau diam saja? Aku bertanya padamu". Kata Seokjin.

Lagi-lagi sekretaris Cha hanya terbengong saja melihat tuannya yang seperti anak kecil itu.

"Tuan, tadi saya jawab salah, dan sekarang saya tidak jawab juga salah, lalu saya harus bagaimana"? Tanya sekretaris Cha dengan kesalnya.

"Kamu mau saya pecat"? Tanya Seokjin yang kesal mendengar protes dari sekretaris Cha.

"Saya rasa tidak buruk juga". Kata sekretaris Cha dengan santainya.

"Arrkkkk C...-"

Cklek

Suara pintu terbuka membuat Seokjin langsung terdiam dan melihat ke arah Dokter yang baru saja keluar.

Seokjin langsung mendekati sang Dokter dengan penuh khawatirnya.

"Dokter, bagaimana anak dan istri saya"? Tanya Seokjin.

Sang dokter tersenyum melihat kepanikan Seokjin yang mungkin baru pertama kalinya.

"Anak dan istri tuan baik-baik saja, untuk jenis kelaminnya, saya rasa tuan sudah tau". Kata sang Dokter.

"Maaf Dok, saya dan istri belum tau untuk jenis kelaminnya, saya dan istri sepakat untuk mengetahuinnya ketika anak kami lahir". Jelas Seokjin.

"Oh, baiklah, jenis kelaminnya laki-laki tuan". Kata sang Dokter.

Seokjin merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya, dia akan mempunyai 2 anak laki-laki.

"Boleh saya melihat anak dan istri saya Dok"? Tanya Seokjin.

"Silahkan tuan, saya permisi dulu". Kata sang dokter lalu pergi.

"Cha, jemput Jinjin disekolahnya dan bawa kesini, saya yakin dia pasti sangat senang". Kata Seokjin dengan bahagiannya.

"Baik tuan". Kata sekretaris Cha, lalu pergi.

Setelah sekretaris Cha pergi, Seokjin masuk kedalam ruangan istrinya. Hal pertama yang dia lihat ialah, kookie sedang memangku putranya.

"Sayang". Panggil Seokjin.

Kookie yang sedang memandangi putranya langsung mendongakkan kepalanya kepada suaminya.

Senyum manis terukir dibibir kookie yang merah seperti cerry.

"Putra kita". Kata kookie.

Seokjin langsung mendekati keduanya dan memeluknya. Seokjin menatap wajah putranya yang terlihat begitu tampan. Wajahnya perpaduan antara Seokjin dan kookie.

"Dia begitu tampan sayang". Puji Seokjin.

"Dia juga terlihat manis seperti Jinjin". Kata kookie.

"Kau benar, aku yakin ketika besar nanti, mereka akan terlihat mirip". Kata Seokjin.

Seokjin dan kookie terus saja memandangi wajah kecil putranya yang baru lahir.

"Papa! Mama"!

Seokjin dan kookie langsung melihat kearah pintu, terlihat Jinjin sedang berlari mendekati mereka berdua.

"Sayang, jangan berlari". Kata Seokjin namun terlambat, Jinjin sudah sampai dihadapan keduanya.

"Papa, gendong". Pinta Jinjin dengan merentangkan kedua tangannya pada Seokjin.

"Baiklah". Kata Seokjin.

Seokjin mengendong Jinjin dan mendekatkannya pada kookie.

"Adik kecil". Sapa Jinjin pada adiknya.

"Adik, ini Hyung Jinjin, nanti kita main ya". Lanjut Jinjin.

"Tunggu besar dulu sayang". Kata Seokjin sambil terkekeh.

"Oh, begitu papa"?

"Iya sayang, kan adiknya Jinjin masih kecil". Kata kookie dengan lembut.

"Baiklah, Jinjin akan tunggu sampai adik besar. Papa siapa nama adik Jinjin"?

Seokjin dan kookie langsung berpandangan seraya berkata 'siapa'.

"Menurut Jinjin, nama apa yang bagus? Adik Jinjin kan laki-laki". Kata Seokjin.

Jinjin sedikit berfikir dengan mengetukkan jari telunjuknya dikepalanya.

"Siapa ya? Emmm......bagaimana jika Ji-Sungie"? Kata Jinjin dengan bahagianya.

"Jinjin suka dengan nama itu"? Tanya Seokjin.

"Nde papa, Jinjin suka". Kata Jinjin.

"Bagaimana mama"? Tanya Seokjin pada kookie.

"Terserah kalian saja". Kata kookie.

"Baiklah, sekarang nama adik adalah Kim Ji-Sung ". Kata Seokjin dengan tegas.

"Yeehhhh, nama adik sekarang Ji-Sungie". Kata Jinjin.

Ketiganya terlihat begitu bahagia dengan kehadiran anggota baru diantara mereka.

"Terima kasih sayang, sudah menghadirkan malaikat kecil diantara kami". Kata Seokjin yang menatap penuh kearah istrinya.

Kookie hanya tersenyum manis pada Seokjin, dia bingung harus berkata apa, karena dia juga begitu bahagianya.

Seokjin mencium kening istrinya kemudian memeluknya, Jinjin sudah tertidur disamping kookie dan adik kecil sudah berada ditempatnya.



Terima kasih....
Papaiiiiii.....

LOVE ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang