🍁23

446 50 4
                                    

Sudah seminggu ini, kookie selalu makan dengan porsi yang besar, membuat berat badannya menaik.

"Yeobo, karena hari ini libur, bisakah kau antar aku kerumah sakit"? Kata kookie.

Ketiganya berada diruang keluarga sedang menonton tv.

"Kenapa? Apa kau sakit"? Tanya Seokjin panik.

"Bukan yeobo, hanya saja aku mau periksa kesehatanku, lihatlah badanku menjadi gemuk, aku tidak mau". Kata kookie sedikit rengekan.

"Apa kau berniat untuk diet"? Tanya Seokjin penuh selidik.

"Aku jelek yeobo jika gendut, nanti kau cari wanita lain". Kata kookie cemberut.

Seokjin memeluk tubuh istrinya yang duduk disampingnya.

"Sayang, aku mencintaimu apa adanya dan aku juga tidak masalah dengan keadaanmu sekarang ini". Kata Seokjin penuh pengertian.

"Tidak yeobo, ayolah antar aku kedokter, pliisss". Pinta kookie dengan mata mambinya.

Jika sudah begini, maka Seokjin tidak dapat menolaknya.

"Baiklah-baiklah, sekarang kalian siap-siap". Kata Seokjin.

Kookie langsung menuju kamarnya diatas.

"Padahal, badanya masih terlihat kecil seperti itu, malah dikata gendut, aneh". Gerutu Seokjin.

"Papa tidak siap-siap "? Tanya Jinjin.

"Papa sudah tampan walau tidak siap-siap ". Kata Seokjin.

"Jinjin juga". Kata Jinjin.

Tak lama, kookie datang dengan pakaian yang sudah rapi.

"Kalian tidak siap-siap "? Tanya kookie.

"Kita sudah tampan". Kata keduanya bersamaan.

"Kenapa akhir-akhir ini kalian sangat kompak sekali "? Tanya kookie heran.

"Ingin saja ". Kata keduanya lagi, membuat kookie speakless.

"Sudahlah ayok berangkat". Ajak Seokjin.

Ketiganya berangkat kerumah sakit, selama diperjalanan, Seokjin dibuat pusing oleh istrinya yang tidak mau berbagi makanan dengan Jinjin.

"Mama, Jinjin mau". Rengek Jinjin.

"Ini punya mama Jinjin, itu punya Jinjin". Kata kookie.

"Tapi Jinjin mau punya mama juga, sedikit aja mama". Pinta Jinjin dengan memelas.

"Dikit saja ya". Kata kookie.

"Iya". Kata Jinjin.

Kookie memberikan sedikit dari makanannya, sangat sedikit.

"Ini sedikit sekali mama, tidak akan terasa dilidah". Protes Jinjin.

"Big no, itu untuk Jinjin". Kata kookie.

"Ihh, mama pelit". Kesal Jinjin dan meletakkan kedua tangannya di dadanya dengan bibir cemberutnya.

"Sayang berikan sedikit pada Jinjin, makananmu". Kata Seokjin lembut.

"Tidak mau, Jinjin sudah aku kasih". Kata kookie tanpa menghiraukan keadaan Jinjin yang merajuk.

"Jinjin, nanti kita beli ya, sehabis dari rumah sakit". Kata Seokjin sambil melihat dari spion tengah.

"Janji"? Kata Jinjin.

"Janji". Kata Seokjin.

Kookie yang melihat itu menjadi cemburu, jadinya dia memberikan makanannya pada Jinjin.

"Jinjin, ini untuk Jinjin". Kata kookie dengan menyodorkan makanannya.

"Tidak mau". Kata Jinjin.

"Jinjin ambil ya". Mohon kookie pada putranya.

"Mama, sebenarnya mama itu kenapa? Mama beda, tidak seperti biasanya". Kata Jinjin.

Kookie masih menatap Jinjin dengan wajah memohonnya.

"Mama aneh ya? Jinjin malu ya punya mama seperti mama kookie ini"? Kata kookie dengan wajah sedihnya.

"Aniyo mama, Jinjin menyukai mama kookie, sungguh". Kata Jinjin bersungguh-sungguh.

"Jika begitu, ambilah ini". Kata kookie, menyodorkan makanannya pada Jinjin.

Jinjin sedikit berfikir dan melihat wajah melas mamanya.

"Ambilah sayang". Kata Jinjin.

Jinjin mengambil makanan yang diberikan oleh kookie, membuat sang mama bahagia dan tersenyum manis lagi.

"Seperti memomong dua bayi". Hati Seokjin.

Seokjin memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit, ketiganya keluar mobil dan langsung menemui dokter yang sudah membuat janji dengan mereka.

Didalam, kookie langsung diperiksa oleh sang dokter.

"Sekarang nyonya, silahkan duduk dengan suami anda, saya akan memberi tahukan hasil periksanya". Kata sang dokter.

"Baik Dok ". Kata kookie.

Kookie menghampiri Seokjin dan Jinjin yang sedang duduk bersama.

"Bagaimana"? Tanya Seokjin.

"Dokter akan memberi tahunya di sini". Kata kookie dan duduk disamping Seokjin.

Tak lama sang dokter datang menghadiri mereka.

"Bagaimana Dok hasil periksa istri saya "? Tanya Seokjin penasaran.

"Maaf tuan, apa dia putra anda "? Tanya sang dokter, menunjuk pada Jinjin.

"Benar dokter, memangnya kenapa"? Tanya Seokjin.

"Tak apa......nak siapa namamu"? Tanya dokter pada Jinjin.

"Kim Jinjin dokter". Kata Jinjin.

"Kau tampan sekali, pasti adikmu juga tampan". Puji sang dokter.

"Tapi Jinjin tidak punya adik Dokter ". Kata Jinjin polos.

"Kata siapa? Didalam perut mama Jinjin ada adik Jinjin". Kata Dokter, membuat Seokjin dan kookie tidak mengerti.

"Maksud Dokter"? Tanya Seokjin penasaran.

Sang dokter menatap Seokjin dan kookie dengan wajah bahagianya.

"Selamat tuan Kim, nyonya Kim sedang mengandung, kandungannya memasuki Minggu ketiga". Kata Dokter.

Seokjin hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya sedangkan kookie sudah terlihat bahagia bahkan hampir menangis.

"Ap-apa itu artinya? Artinya aku akan menjadi papa lagi"? Tanya Seokjin dengan terbata.

"Benar tuan Kim". Kata Dokter.

Seokjin menatap istrinya yang sudah tersenyum manis padanya. Seokjin langsung memeluk tubuh istrinya dan mengucapkan 'terima kasih' berkali-kali dan menciumi puncuk kepala istrinya.

"Papa! Jin.jin se.sak". Teriakan Jinjin menyadarkan Seokjin dan kookie jika Jinjin terjepit diantara keduanya.

"Oh astaga! Maafkan papa sayang". Kata Seokjin.

Jinjin hanya diam saja, dia menatap wajah kedua orang tuanya bergantian lalu tersenyum.

"Apa adik bayinya masih lama keluar"? Tanya Jinjin dengan polosnya.

"Haha masih lama sayang, masih beberapa bulan lagi". Kata kookie.

"Jinjin harus jaga mama oke ". Kata Seokjin.

"Baik papa, Jinjin akan menjaga mama". Kata Jinjin dengan bahagianya.

Setelah berbincang-bincang dengan dokter mengenai kandungan, Seokjin dan keluarga kembali kerumah mereka. Seokjin menjadi lebih siaga dan hati-hati pada istrinya.

Terima kasih....
Papaiiiiii.....

LOVE ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang