Seokjin dan Jinjin sudah berada diparkiran kantor.
"Jinjin sudah siap"? Tanya Seokjin.
"Sudah papa, let's go...kita buat aunty-aunty didalam teriak histeris karena kita papa". Kata Jinjin semangat.
"Oke, tapi jangan beritahu mama, setuju"? Tanya Seokjin dengan mengacungkan jari kelingkingnya.
"Setuju". Kata Jinjin yang mengaitkan jari kelingkingnya dengan Seokjin.
"Kenapa jari Jinjin sangat kecil"? Kata Seokjin.
"Isshh papa, Jinjin kan masih kecil". Kata Jinjin.
"Okeh baiklah, ayok kita keluar". Ajak Seokjin.
"Ayok". Kata Jinjin.
Seokjin keluar lebih dahulu dari mobil dan dia sudah tebar pesona di samping mobilnya sambil menunggu Jinjin.
"Papa! Bukakan pintunya". Teriak Jinjin dari dalam mobil.
"Omo! Kau belum membuka pintunya"? Kata Seokjin dan segera membukakan pintunya.
Jinjin keluar dengan gayanya yang berlaga, kacamata yang bertengger dihidung bangirnya menambah ketampanannya.
"Jinjin, kenapa pakai kacamata"? Tanya Seokjin.
"Biar keren papa". Kata Jinjin.
"Kenapa tidak bilang? Papa tidak membawanya". Kata Seokjin sedikit kesal.
"Salah papa, tidak berinisiatif". Kata Jinjin lalu pergi meninggalkan Seokjin.
"Kenapa anak itu pintar sekali". Gumam Seokjin.
"Yakkk! Jinjin tunggu papa"! Teriak Seokjin ketika dia sadar jika ditinggal oleh Jinjin.
Seokjin mengejar Jinjin, hingga mereka bersama.
"Selamat pagi tuan kecil Jinjin, selamat pagi tuan Kim". Sapa sekretaris Cha.
"Pagi". Kata keduanya bersama lalu pergi.
"Anak dan papanya sama saja". Gerutu sekretaris Cha.
Semua karyawan menunduk dengan hormat pada Seokjin dan Jinjin. Keduanya menjadi pusat perhatian para karyawan terutama Jinjin yang selalu tebar pesona.
Seokjin dan Jinjin berjalan berdampingan hingga masuk kedalam ruangan Seokjin.
"Wah papa, ruangan kerja papa luas sekali". Kagum Jinjin dengan berlari kesana kemari bahagia.
"Kembali kemode bayi". Gumamnya.
"Jinjin suka"? Tanya Seokjin.
Jinjin menghampiri Seokjin yang sudah berjongkok menghadapnya.
"Suka papa". Kata Jinjin senang.
"Suatu saat nanti, jika Jinjin sudah besar ruangan ini akan menjadi milik Jinjin". Kata Seokjin.
"Sungguh papa"? Tanya Jinjin.
"Iya sayang, mangkanya Jinjin harus sekolah yang rajin agar menjadi anak yang pintar". Kata Seokjin.
"Tapi sekarang Jinjin tidak sekolah papa". Kata Jinjin polos.
"Oh iya ya, tak apa hanya sekali karena papa ingin mengenalkan perusahaan papa pada Jinjin". Kata Seokjin.
"Baik papa, Jinjin akan belajar dengan baik". Kata Seokjin.
Tok
Tok
Tok
"Permisi tuan".
"Masuklah". Kata Seokjin.
Seseorang masuk kedalam ruangan Seokjin dengan setumpuk dokumen.