⭕️⭕️⭕️"Gue ngga setuju dia gabung lagi!" bentak Jane di depan Rico dengan amarah.
Rico mencoba tenang. "Tapi kita butuh bantuan Lalizara, dek."
"What? Say it again!" Jane menatap Rico dengan tatapan tidak percaya.
"Jane. Kita benar-benar butuh bantuan Lalizara. Kita tau kemampuannya bisa nolong kita buat menyelesaikan kasus ini," ucap Rico. Sedari tadi dia selalu sabar, mengatur nada suaranya agar tetap lembut.
Jane menggeleng dengan keras. "Have you lost your mind? Lo ngga ingat gimana dulu dia tiba-tiba ngilang waktu kita satu tim buat nyelesaiin kasus? Lo bahkan hampir mati, Ric. Gue gak mau berurusan dengan orang kayak dia lagi!"
Tidak bisa dipungkiri betapa kecewanya seorang Ruby Jane ketika waktu itu dihadapkan dengan misi penting, Lalizara malah pergi begitu aja. Bayang-bayang kekacauan hari itu sangat membekas di benaknya. Dan sekarang, dengan gampangnya dia datang menunjukkan wajahnya tanpa merasa bersalah. Who does she think she is?
"Aku ingat kok, Jane. Aku juga marah waktu itu. Tapi udahlah. Untuk saat ini, kita gak bisa terlalu lama mikirin yang lalu-lalu. Kita harus cepat, berpikir dengan kepala dingin. Lalizara punya keterampilan yang kita butuhkan saat ini."
"Lo udah janji sama gue ngga bawa dia, Ric! Tapi sekarang apa? You disappoint me!"
Keduanya terus berdebat, sementara Lalizara di sisi kiri, menarik kursi di sebelahnya lalu duduk dengan santai sembari menikmati cokelat cadbury miliknya. Bingung dia. Kenapa abang-beradik itu gak selesai-selesai sih? Padahal kan bisa dibicarakan baik-baik tanpa harus marah-marah. Heran. Teriak-teriak gak cape apa?
Lalizara melanjutkan kegiatan makan cokelatnya sambil mendengarkan lagi pertengkaran antara Rico dan Jane. Cadbury is the best. Selalu menjadi favorite-nya sejak kecil.
"Za!" panggil Chu sedikit berbisik.
Lalizara menoleh. "Pa'an?"
"Lo ngomong kek atau apa kek biar si Rico sama Jane berhenti. Malah enak-enakan makan cokelat. Mereka berantem tuh karena elo, btw."
Lalizara menghentikan kegiatan makan cokelatnya sejenak dan melihat Chu dengan tatapan bingung. "Gimana caranya?"
"Dih. Malah nanya. Ngomong tinggal ngomong. Udah, buru! Lama lo!"
"Iya, iya." Lalizara menghabiskan cokelatnya dengan cepat lalu berdiri. Dia menepuk tangannya dengan suara lantang membuat perhatian Rico dan Jane beralih ke dirinya.
"Kalian berdua!" ucap Lalizara dengan tegas.
Raut amarah di wajah Jane tidak sedikitpun berubah. Matanya menyalang memandang perempuan itu. Siap menyemburkan kemarahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION : The Unknown Enemy ✔️
FanfictionMantan kapten agen rahasia, Ruby Jane, dihadapkan dengan pilihan sulit antara memilih kembali bergabung pada timnya demi menuntaskan misi yang mengacaukan negara atau menolak misi itu. Di sisi lain, dia sedikit terusik ketika Rico Jenson, saudara ka...