⭕️⭕️⭕️Jane dan Amelia saling menatap tajam, seperti dua singa betina yang siap bertarung untuk mempertahankan wilayah mereka. Mereka berjalan melingkar, saling mengatisipasi, tangan mereka terkepal di sisi tubuh, mengancang-ancang penuh taktik.
"So, you're Ruby Jane?" Amelia menyeringai, nadanya terdengar mengejek. "Perempuan yang bikin Joe Roger ngga bisa tidur, yang katanya worth every risk?" Matanya memicing, tatapan julid pada Jane dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Gue pikir secantik apa... tapi ternyata ngga sesuai ekspektasi, huh."
Jane terkekeh kecil, tidak terpengaruh sedikit pun oleh sindiran itu. "Beauty is in the eye of the beholder, babe. And you're looking from way down there, so yeah... your standards are naturally lower than mine."
Amelia tertawa, namun nada tawanya dingin dan menyebalkan. Mereka terus berputar, seakan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. "Gaya lo pede banget." Amelia tiba-tiba berhenti, senyumnya memudar seketika, berganti dengan ekspresi serius yang menyeramkn. "But let's see how confident you are once we're toe-to-toe."
Tanpa peringatan, Amelia meluncurkan pukulan cepat ke arah wajah Jane. Namun, Jane dengan sigap mengangkat tangannya, menangkis serangan itu dan mencengkeram lengan Amelia dengan kuat. "Nice try," ujar Jane sambil tersenyum santai. "But you gotta be faster than that, honey."
Amelia mendengus marah, dengan cepat menarik kembali lengannya dan berputar melancarkan tendangan tinggi. Jane dengan gesit menghindar ke samping, seakan tubuhnya punya sistem deteksi yang mampu menyelaraskan diri ketika Amelia bergerak. "Come on, Amelia. Is that all you got?" pancing Jane dengan menggoda, jelas memprovokasi.
"Gue belum mulai serius, babe," Amelia menggeram sambil bersiap lagi. "And when I do, you won't even see it coming."
Jane dan Amelia kembali saling serang, adu fisik tanpa ampun. Pukulan dan tendangan mereka saling mendarat berusaha tepat pada sasaran, mencari titik lemah untuk saling menjatuhkan. Gerakan mereka begitu cepat dan akurat, heels mereka menghentak dengan bunyi nyaring, bergema. Walau seorang perempuan, tak diragukan bagaimana kekuatan dan keahlian mereka bertarung.
Di sudut ruangan, Hans menoleh ke Rose saat mereka di sisi tubuh Danny yang tergeletak. "Rose, cepat bantu aku angkat Danny. Kamu bagian kaki, aku bagian badannya." Mereka harus segera membawa bajingan itu keluar untuk mendapatkan banyak informasi dan memancing Joe Roger keluar dari persembunyiannya.
Rose mengangguk dan bergerak cepat, menggenggam pergelangan kaki Danny.
Namun, saat itu, seorang pengawal menyadari pergerakan mereka dan berteriak, "WOI!" Suaranya menggema, pistolnya teracung ke arah Rose. "Turunin bos! Angkat tangan kalian!" perintahnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION : The Unknown Enemy ✔️
Fiksi PenggemarMantan kapten agen rahasia, Ruby Jane, dihadapkan dengan pilihan sulit antara memilih kembali bergabung pada timnya demi menuntaskan misi yang mengacaukan negara atau menolak misi itu. Di sisi lain, dia sedikit terusik ketika Rico Jenson, saudara ka...