16

192 29 4
                                    

"Chenle."

Jaemin secara spontan menggumam ketika melihat satu persona yang tidak sengaja ia temui di bagian sayuran segar pasar swalayan. Sosok yang sepertinya sudah tidak ia lihat selama bertahun-tahun lamanya. Katakan Jaemin berlebihan. Tetapi itu adalah apa yang benar-benar ia rasakan.

"Jaemin." Chenle juga refleks membalas gumaman. Mereka secara takdir memiliki perasaan yang sama untuk satu sama lain.

Jaemin melangkah melewati trolinya dan milik Chenle. Menyerbu teman terdekatnya itu dengan sebuah dekapan erat. "Dasar bodoh. Ke mana saja kau? Aku sangat merindukanmu!" Dari sentuhan yang Chenle merasakan kehangatan itu Jaemin menyalurkan segala kerinduan dan kehilangannya. Jaemin akhirnya bisa mencium kembali aroma khas Chenle. Aroma itu, bau keju yang sangat ia rindukan.

Yang dipeluk, membalas dengan keeratan yang sama. "Maafkan aku." Chenle berujar lirih di dekat telinga Jaemin sehingga Jaemin bisa mendengarnya dengan jelas. Dan Jaemin melepaskan pelukannya begitu dirasa sudah cukup puas.

"Ada di mana kau selama ini?" Jaemin terdengar tergesa di dalam pertanyaannya. Sekali lagi mari katakan, ia terlalu merindukan Chenle.

"Heeseung residence, joining him to be rare weaponry distributor in black market." Chenle menjawab apa adanya.

Sepasang alis tebal Jaemin bertaut. "Tunggu. Ia bilang ia tidak tahu keberadaanmu?" Ia ingat betul ia dan Jeno pernah menanyakan tentang Chenle pada Heeseung melalui sambungan telepon. Bahkan sampai mendatangi tempatnya untuk memastikan bahwa Chenle memang benar-benar tidak sedang berada di sana bersamanya. Tetapi Heeseung hanya mengatakan,

"Apa? Jadi ia benar-benar hilang?"

"Bagaimana bisa?"

"Maaf, aku tidak tahu. Ia tidak di sini."

"Semoga kalian bisa segera menemukannya."

"Baiklah, aku akan segera mengabari kalian begitu aku melihatnya."

"Maaf. Aku yang memintanya untuk tetap bungkam. Aku benar-benar tidak ingin diganggu."

"Dan membiarkan pria tinggi itu terlibat dalam kehidupanmu."

"Ia memberiku tempat bernaung. Tentu ia merupakan bagian dari hidupku juga sekarang."

"Sekarang bukanlah saat yang tepat untuk terus menghindar seperti itu. Kembalilah."

Chenle menundukkan kepala, tidak menjawab lagi.

"Ada apa?" tanya Jaemin heran. Dan Chenle masih tetap berada dalam posisi keterdiamannya. "Jangan bilang ini semua hanya karena kau memiliki masalah pribadi dengan Jisung." Jaemin menerka, namun ia meyakini kebenaran dalam isi kalimatnya.

"Kau tidak akan mengerti. Kau tidak tahu bagaimana rasanya karena kau tidak berada di posisiku."

"Berhentilah menjadi egois Zhong Chenle. Rocket Paradise membutuhkanmu. Kau dengar itu? Ini demi kita semua." Ya, bahkan Jaemin sendiri menarik kembali keputusannya tentang berhenti berjudi karena ingin memprioritaskan Jaehee untuk ia urusi. Tapi sirkumstansi saat ini berbeda. Ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja dan tidak mempedulikan harga diri Rocket Paradise yang selama ini sudah melakukan banyak hal untuknya.

"Jisung berciuman dengan Hyeongjun. Apa tidak wajar kalau aku melarikan diri karena tidak ingin melihat wajahnya?"

Jaemin sempat berhasil dibuatnya diam sejenak. Tiba-tiba saja bayangan tentang Jeno yang saling bercumbu dengan Siyeon saat itu berkelebat dalam benaknya. "Percayalah. Aku sangat mengerti bagaimana rasanya. Tapi apa kau yakin bahwa Jisung sengaja melakukan itu dan menikmati ciuman mereka?" Jaemin bertanya memastikan. Karena siapa tahu saja yang Chenle alami juga adalah sebuah kesalahpahaman yang serupa dengan apa yang pernah ia dan Jeno alami.

Rocket Paradise (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang