Mark merasa diberkati karena Rocket Paradise memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan diri.
Karena selama periode proses persiapan itu, ada banyak hal yang terjadi. Jika tidak cukup waktu, ia benar-benar harus menghadapi Black mamba seorang diri. Tapi sekarang masalah sudah diselesaikan, dan angka lawan berakhir tetap imbang.
Di dalam casino, mereka melihat ekspresi Ningning sungguh tenang, seakan tidak ada yang pernah terjadi. Tentu saja, ia tidak akan menunjukkan dirinya bermasalah, karena bisa memicu timbulnya masalah yang lain. Mark jadi semakin waspada, masih mengantisipasi apa yang ia rencanakan selanjutnya.
Sang dealer; pengatur kartu dan dadu yang sudah rapi dengan kemeja, vest, dan dasi kupu-kupunya, memperhatikan kedua lawan secara bergantian. "Okay ladies and gentlemen, let the game begins."
"Yeah, it's show time."
Kedua belah pihak pun bertarung dengan sengit, melancarkan kecerdikan dari strategi yang sudah disusun masing-masing.
Dan setelah beberapa permainan yang menyenangkan dan menegangkan, seperti biasa, hasilnya adalah seri. Keduanya benar-benar lawan yang imbang, hingga seluruh penonton yang menyaksikan pun tidak bisa memprediksi siapa yang akan menjadi pemenang.
Maka dari itu, permainan belum berakhir. Masih ada Hearts, yang terkesan paling mudah, tapi tidak semudah kelihatannya. Tidak ada di dalam daftar rencana, tapi yang akan menjadi penentu kemenangan antara kedua kelompok gambler. Dan yang maju untuk menjadi perwakilan saat ini adalah Mark, Chenle, Giselle, dan Ningning. Keempatnya duduk di hadapan meja bundar, masing-masing memegang beberapa kartu yang dibagikan sama rata, disembunyikan dari pandangan lawan.
Permainan sudah berjalan selama dua puluh menit. Banyak keheningan di setiap jeda setiap kali satu pemain baru saja melempar keluar kartunya. Terus berpikir dalam hening, seperti bermain catur. Mark tidak pernah menerka jika permainan yang sekilas tampak mudah, bisa menjadi sesulit ini. Entah kemampuan lawannya yang semakin meningkat, atau kemampuannya sendiri yang semakin menurun. Tidak, yang kedua tidak mungkin. Dan jangan sampai terjadi.
Mata Jaemin memicing saat mengawasi gerak-gerik Ningning. Ia masih dendam padanya atas apa yang sudah diperbuatnya pada Jeno. Dan satu waktu ketika ia melihat gadis itu bergerak cepat meraih sesuatu dari bagian dalam bajunya,
Brak!
Seketika casino itu berubah ricuh hanya dalam sekejapan mata, mendengar permulaan keributan dan melihat sebuah pistol terjatuh ke lantai.
Mark dan Giselle spontan bangkit ketika melihat tangan kiri Chenle menggenggam kedua pergelangan tangan Ningning di belakang punggungnya, dan tangan kanannya mencengkeram bagian tengkuk gadis itu dan mendorongnya hingga tulang pipi gadis itu membentur meja. Rupanya hal ini yang menimbulkan keributan barusan. Pergerakan Chenle terlalu cepat, hingga tidak ada yang bisa mendeteksinya. Kartu pegangan Ningning berceceran di meja dan sebagian berjatuhan ke lantai.
"She tried to kill Rocket Paradise's leader!" teriak seorang penonton, terdengar seakan memprovokasi, padahal itu adalah reaksi alami.
"Lepaskan!" seru Ningning sambil terus memberontak, mencoba untuk melepaskan diri. Chenle masih mengunci seluruh pergerakannya.
"If you even try to get an inch closer to my leader, I'll destroy you thousand times worse." Chenle memperdengarkan intonasi datar, membuat merinding siapa pun yang mendengar.
Sisa ketiga anggota Black mamba benar-benar tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi. Bahwa Ningning akan bertindak semacam ini.
Ningning berhasil lolos dari cengkeraman Chenle dan segera meraih kembali pistolnya di lantai. Ia mengarahkan lubang pistolnya ke arah semua orang secara bergantian, membuat mereka menghentikan langkah untuk mendekatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rocket Paradise (NOMIN)
Fanfiction[R E M A K E] Bukan salah Jeno jika ia membawa Jaemin ke tempat yang tidak pernah Jaemin bayangkan akan ia lihat di dalam hidupnya. Jaemin sendiri yang sudah memaksa bahkan memohon-mohon untuk ikut. Maka untuk apa pun yang akan menimpanya di masa de...