2

490 61 3
                                    

Untuk pertama kali di sepanjang hidupnya, Jaemin menaiki sebuah mobil sport mahal. Lykan Hypersport. Mobil termahal ketiga di dunia.

Jaemin bukan penggemar Fast Furious. Tapi ia tahu bahwa mobil ini pernah muncul di series ketujuh film tersebut. Ia masih ingat sesuatu yang menurutnya adalah hal paling mencolok pada mobil berwarna merah darah ini. Yaitu benda ini bisa berakselerasi dari nol hingga seratus kilometer hanya dalam waktu dua koma delapan detik.

Itu terlalu cepat, dari yang tercepat.

Ia sempat takut Jeno akan menggunakan kecepatan itu saat ini.

Tapi untungnya pria itu tidak cukup gila untuk melakukannya. Karena ia tahu bahwa itu adalah kecepatan yang sama dengan roller coaster. Dan wanita hamil dilarang menaiki wahana itu karenanya. Dan sekarang penumpang mobil berkecepatan roller coaster milik Jeno adalah wanita hamil.

"Kita harus membuat kesepakatan." Jeno dengan tampang datarnya. Selagi mengemudi, pandangannya tetap terfokus ke arah jalan lengang di depan.

"Ya?" tanggap Jaemin yang tidak mengerti. Matanya tadi terlalu sibuk menjelajahi bagian dalam mobil dimana segala hal di setiap sudut bisa dikagumi dan dinikmati. Memanjakan indra penglihatannya. Itu mungkin membuatnya terlihat kampungan dan norak. Tapi Jaemin memang kampungan dan dengan kemiskinannya tentu saja ia terheran-heran dengan kemewahan yang sedang ia tumpangi.

Jeno mengembuskan karbondioksida dengan lelah, entah untuk apa? Jaemin berpikir tidak mungkin menyetir mobil secanggih ini membuatmu lelah. Mungkin lelah psikis? Yah, ketika seorang pria tiba-tiba berkata bahwa ia mengandung anakmu dan memintamu untuk bertanggung jawab itu pasti melelahkan. "Aku tidak akan membawamu begitu saja. Aku memiliki aturan. Dan kau harus mematuhinya."

"Tergantung." Jaemin terdengar begitu yakin. Seakan dia punya cukup kekuasaan untuk tawar menawar dalam hubungan ini. Hubungan yang tidak akan terjadi jika Jaemin tidak hamil dan jika Jaemin tidak memaksa—memelas—Jeno untuk bertanggung jawab.

"Tergantung apa?" dan benar saja Jeno mengernyit heran. Tidak mengerti dengan nyali pria di sampingnya ini. Seakan Jeno tidak cukup tega untuk menurunkannya begitu saja di tengah jalan.

"Tergantung pada aturannya. Apakah terlalu sulit untuk dijalani atau tidak." Jaemin dengan suara yakin dan polos berkata. Untuk sesaat Jeno terdiam, sedikit terenyak dengan keberanian—kekurangajaran—Jaemin berkata demikian.

Begitu tersadar dari keterenyakannya, Jeno menghentikan mobil begitu saja dan langsung menarik kerah mantel Jaemin dengan kasar. Membuat pria itu terkesiap dengan gerakan sang pengemudi yang begitu cepat.

Untungnya mereka sedang berada di jalanan sepi.

"Kau lihat? Aku sudah bersedia melakukan apa yang kau minta. Kau pikir ini mudah? Jadi kau juga harus melakukan sesuatu untukku." Wajah mereka begitu dekat saat ini.

Ekor mata Jaemin menangkap sebuah objek di kaca mobil bagian depan. Spontan ia membulatkan mata ketika menggerakkan otot leher untuk menoleh.

TIIINNN!!!

Suara klakson memekakkan terdengar bersamaan dengan cahaya terang yang mengiluminati mereka.

"AWAS!" Jaemin membanting stir Jeno ke kanan ketika berteriak, yang membuat Jeno spontan menginjak pedal gas.

Tentu saja ide berhenti di tengah jalan meskipun jalanan sepi tetap sebuah ide buruk. Untung saja mesin mobil masih menyala dan mereka pun terselamatkan dari tabrakan dengan mobil mini van ugal-ugalan barusan. Bersamaan dengan itu terlepas cengkeraman kuat dari kerah mantel Jaemin.

Napas Jaemin memburu. Berlomba untuk keluar dari paru-parunya. Fungsi alat vital lain bekerja lebih signifikan. Jantungnya. Seakan dilempar lagi dan lagi melawan tulang rusuk. Dan jika tidak ada AC yang berembus di depan mereka, bulir keringat pasti sudah bercucuran dari pelipisnya. Ia ketakutan, di saat bersamaan merasa begitu diberkati bisa diselamatkan dari bahaya yang luar biasa. Tadi itu nyaris sekali.

Rocket Paradise (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang