Jaemin berada dalam kondisi dimana ia tidak lagi sanggup untuk tidur telentang.
Selain akan membuatnya sesak posisi itu akan membuat rahim menekan tulang belakang, otot punggung, usus, dan pembuluh darah utama. Ia tidak akan mengambil risiko sakit punggung dan penurunan peredaran darah ke janinnya.
Hanya satu pilihan posisi yang bisa ia gunakan. Menyamping. Dan menyamping ke kiri adalah pilihan terbaik untuk meningkatkan aliran darah dan nutrisi ke plasenta dan janinnya. Dan sesak napas bukanlah alasan dirinya tiba-tiba membuka mata di tengah-tengah tidur nyenyaknya tengah malam itu.
Dengan satu tangan memegangi perut buncitnya, tangan lainnya menyangga. Menyokong tubuh beratnya ketika bersusah payah untuk bangkit dan terduduk.
Ia mengguncang-guncangkan tubuh Jeno yang terlelap begitu pulas di sampingnya. "Jeno."
"Hm." Dijawab setengah mengigau. Jeno baru saja memejamkan mata selama kurang lebih satu jam. Ia begitu kelelahan dengan aktivitas sekolah seharian. Dan saat ini ia hanya ingin menikmati waktu istirahatnya yang begitu singkat sebelum harus kembali memulai kesibukan padat mulai dari delapan jam dari sekarang.
"I'm starving." Malam begitu hening hingga ucapan pelan Jaemin tetap bisa didengar dengan jelas. "Get me some supper."
Jeno menepis tangan Jaemin yang baginya itu begitu mengganggu tanpa membuka mata sedikit pun. Ia justru membalik badan untuk memunggungi Jaemin. "Buat sendiri saja sana. Aku sangat mengantuk."
Jaemin bisa mengerti itu. Ingin merasa kesal sebenarnya namun ia tahu betul Jeno tidak bersalah. Hanya melakukan penolakan manusiawi atas dasar biologisnya.
Jaemin menarik selimut untuk menutupi tubuh Jeno hingga ke perbatasan punggung dan lehernya. "Baiklah. Maaf sudah membangunkanmu." Ia mengelus kepala Jeno. "Selamat tidur." Dan mengecup singkat bagian belakang kepala itu.
Mau tidak mau ia turun dari tempat tidur dan berjalan pelan menuju dapur. Berniat untuk membuatkan makan untuk diri sendiri. Sama seperti Jeno, ia juga mengantuk. Namun rasa lapar yang memprotes dalam perutnya mengalahkan segalanya.
Ia sudah mendidihkan air dalam sebuah panci kecil dan mulai membuka sebuah kemasan makanan cepat saji. Rasa kantuk yang mendera dirinya membuatnya terlalu malas untuk meraih dan membuka buku resep masakan.
"Jaemin. Apa yang sedang kau lakukan?" ujar sebuah suara mengantuk yang datang dari belakang Jaemin. Ia bahkan menguap setelah mengatakan itu.
Yang ditanya berbalik untuk menoleh. "Doing some ramen, I guess?" Ia menjawab tidak yakin. Lebih karena keheranan mendapati sosok yang tadi menolak untuk bangun tapi sekarang tahu-tahu sudah menyusul dirinya ke dapur?
"Astaga itu sangat tidak sehat." Jeno menggosok mata dengan ekspresi seperti ia merasa kesilauan. Masih beradaptasi dengan cahaya lampu di sana sepertinya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau sangat lelah? Kembalilah tidur. Aku bisa mengurus diriku sendiri." Jaemin berusaha agar suaranya tidak terdengar marah.
"Kau sangat lapar?"
Jaemin mengehentikan gerakan tangan pada bungkus ramen.
Ia mengangguk pelan.
Jeno membawa Jaemin, membimbingnya untuk duduk di salah satu kursi bar.
"Kau duduk saja di sini jadi anak manis. Aku akan membuatkan sup ikan salmon untukmu, oke?" Ia memahami dirinya sendiri yang sedang kelelahan. Namun melihat Jaemin yang tidak memaksanya memasak dan turun sendiri ke dapur membuatnya merasa tidak tega. Terutama Jaemin sama sekali tidak marah dan malah menyelimuti dan mengecup kepalanya. Bagaimana bisa Jeno membiarkan sosok sebaik itu mengurus dirinya sendirian dalam keadaan hamil besar?

KAMU SEDANG MEMBACA
Rocket Paradise (NOMIN)
Fanfiction[R E M A K E] Bukan salah Jeno jika ia membawa Jaemin ke tempat yang tidak pernah Jaemin bayangkan akan ia lihat di dalam hidupnya. Jaemin sendiri yang sudah memaksa bahkan memohon-mohon untuk ikut. Maka untuk apa pun yang akan menimpanya di masa de...