[R E M A K E]
Bukan salah Jeno jika ia membawa Jaemin ke tempat yang tidak pernah Jaemin bayangkan akan ia lihat di dalam hidupnya. Jaemin sendiri yang sudah memaksa bahkan memohon-mohon untuk ikut. Maka untuk apa pun yang akan menimpanya di masa de...
"Yang punya probabilitas paling tinggi untuk saat ini? Ya," jawab Mark.
Jaemin yang terduduk di tepi ranjang, menatap sangat cemas wajah Jeno yang menampakkan raut kesakitan meski matanya terpejam. Napasnya berat. Ia tidak bisa membuka mata. Tubuhnya gemetar. Jaemin menggenggam tangannya, mencium punggung tangan suaminya.
Jaehee bersama Chenle di kediaman Zhang Hao. Jaemin tahu Jaehee akan menangis khawatir jika melihat kondisi ayahnya yang sekarang. Jadi ia tidak akan mempertemukan keduanya untuk sementara waktu, hingga Jeno sembuh.
Ya, itu juga jika Jeno bisa.
"Kau akan segera sembuh, aku janji." Jaemin menempelkan keningnya dengan kening Jeno. Melupakan segala pecutan kalimat kasar yang terakhir kali Jeno hunjamkan padanya. Yang ia pikirkan adalah Jeno baru saja menanggulangi musibah yang terjadi pada Paradise Point yang disabotase sampai kerugiannya mencapai nyaris satu miliar won. Dan sekarang sudah terkena musibah yang lain. Jaemin merasa tidak tega, dan ikut sakit melihatnya.
"Jadi, apa yang membuatmu begitu yakin?" tangan Jaemin masih setia menggenggam tangan Jeno.
"Well, dengan sangat kebetulan aku me-notice Ningning melihat Jeno dengan tatapan sinis berkali-kali," ungkap Mark soal anggota termuda Black Mamba saat mereka sedang pemanasan gambling di casino. "Padahal anggota yang lain saja biasa-biasa, hanya fokus pada permainan. Kenapa dia sendiri harus menatap Jeno sampai segitunya?"
"Hanya itu? Tidak ada teori lain yang bisa lebih menguatkan lagi?"
"Kita berada satu negara dengan mereka sekarang."
"Lalu?"
"Begini, guna-guna, baik itu berupa santet maupun pelet, hanya bisa bekerja kalau targetnya tidak terhalang samudera dengan pelakunya. Yah, setidaknya itu yang pernah kudengar dari nenekku waktu kecil dulu. Kalau memang dia sangat membenci Jeno, kenapa tidak dari dulu saja dia melakukannya? Kenapa baru sekarang saat kita di sini?"
"Masuk akal, tapi kenapa juga tidak langsung dia lakukan sejak saat kita pertama sudah di sini?"
"She didn't wanna make it too obvious."
"Alasanmu sudah seperti alasan para polisi itu saat menuduh Jisung yang membunuh Hyeongjun. Dan ternyata pelakunya bukan Jisung kan?"
"Ini berbeda. Kita memang mencurigai Ningning, tapi tidak langsung gegabah memenjarakannya. Kita akan secara logis dan realistis menyelidikinya dulu. Kalau dia tidak terbukti bersalah, kita lepaskan dan kembali mencaritahu. Tapi kalau dia terbukti bersalah, langsung penjarakan."
Jaemin mengangguk-angguk. "Mereka masih di sini sekarang?"
"Berdasarkan informasi yang kudapatkan sih mereka menginap di sini selama beberapa lama, entah berapa lama, mereka tidak menyebutkannya secara spesifik." Mereka menginap di Planet Hollywood, hotel yang sama dengan tempat Rocket Paradise bernaung di sini.
"Tapi bukankah ini sudah terlalu lama, kalau dihitung sejak kita di sini? Pemanasan kalian malam itu saat sebelum Chenle mengalami kecelakaan kan? Sekarang Chenle bahkan sudah bisa melakukan aktivitas dengan baik. Mungkin mereka sudah kembali ke tempatnya sendiri?"
"We'll find out." Mark membuka ruang obrolannya dengan Sungchan saat ponselnya bergetar dan melihat pop up pesan dari bartender Lunar Labyrinth itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.