9

230 43 14
                                    

Previously ...

Ketika telapak tangan Chenle membentur sesuatu di depannya, ia menyentuhkan telapak tangan itu sekali kali lagi di sana selama beberapa detik lebih lama.

Hingga dinding itu bergeser, perlahan cahaya terang mengiluminati lorong gelap itu. Semakin lebar dinding terbuka, semakin terang asupan cahaya yang bisa mereka rasakan. Kedua pasang kelopak mata secara spontan menyipit seiring pupil yang menyusut dihabiskan irisnya.

Mereka melepaskan genggaman. Menginjak tempat itu. Menelusurkan pandangan ke sekeliling dengan bingung.

"Kenapa kita berada di tempat seperti ini?"

.

Flashback

.

Yang mereka lihat, mereka berada di dalam sebuah tempat tertutup.

Cukup luas untuk dijadikan ruang makan. Cahaya terang yang menyinari mereka bukanlah matahari melainkan cahaya artifisial dari sebuah lampu besar.

Mereka juga tidak sedang menghirup bersihnya udara segar di alam terbuka melainkan udara seadanya di sebuah tempat di bawah tanah.

Beberapa peti kayu yang entah apa kontennya. Siapa pun yang melihat mungkin ingin menerka? Tapi tidak jika rak yang berdiri kokoh mengitari seluruh penjuru ruangan berisi botol-botol persediaan minuman beralkohol dan berbagai macam permen itu berhasil membuat perhatian mereka terdistraksi. Dan lebih memilih untuk menjadikan pet-peti yang tersebar di beberapa sudut ruangan itu sebagai tempat duduk terlebih karena tidak ada kursi di sana.

Ketika deritan pintu terdengar, keduanya memutar otot leher untuk menoleh ke sumber suara.

"Lorong darurat yang Mark rancang memang sangat berguna," ujar seseorang yang baru saja memasuki ruangan.

"Sungchan." Gumaman Jaemin bisa didengar siapa pun di sana. Ia menatap heran pria itu dan bertanya-tanya tempat apa ini? Mereka masih berada di dalam Dreamland kan? Lalu kenapa ada Sungchan di sini? Apakah pria itu tidak termasuk dalam daftar hitungan orang lain yang seharusnya tidak boleh memasuki markas Rocket Paradise itu?

"Hai Jaemin. Dan ... kau pasti Chenle? Member baru Rocket Paradise lainnya?"

"Ya. Jisung yang membawaku." Chenle sedikit menjelaskan tanpa diminta. Ia merasa bangga karena menjadi pihak yang dibutuhkan salah satu kelompok gambler paling tangguh dan berpengaruh di ibukota hingga direkrutnya.

"So you're Jisung new boyfriend?"

"Nah, we're just ... a regular friend." Chenle tersenyum singkat yang bercampur canggung pada pertanyaan di mimik wajah Sungchan. Ia jadi terpikir, benarkah dirinya dan Jisung hanya bisa menjadi sekadar teman?

Sungchan tertawa ringan. "Tentu saja. Ia tidak akan secepat itu melupakan Hyeongjun." Kalimat itu membuat dahi Chenle mengerut. Entah bagaimana ia tidak menyukai kalimat itu.

Entahlah. Ia tampak tidak senang dengan pernyataan tentang Jisung yang belum bisa melupakan mantan pacarnya. Sok tahu sekali orang ini.

Tapi bagaimanapun, itu hanya prejudice Chenle. Sungchan tidak pernah sama sekali bermaksud demikian atau mengatakan hal ofensif apa pun. Ia adalah tipe pria baik-baik yang bisa dikagumi dan disukai banyak orang, sampai membuat Shotaro salah paham. Dan Chenle belum mengetahui itu karena kesan pertama yang ia dapatkan adalah hal yang ia tidak sukai.

"Sekarang kalian sedang berada di Lunar Labirynth. Dan ruangan ini adalah tempat penyimpanan minuman keras. Dan permen." Ekspresi kebingungan kedua tamu Sungchan itu dijawab kilat.

Rocket Paradise (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang