22

2.3K 63 8
                                    

Max kembali mengangkat tubuh Hera untuk didudukan di atas meja, tapi Max melihat ada ekspresi lain dari wanita itu. Pasti karena Yura, pikir Max. Yura bisa pergi tanpa mengatakan apa-apa, tapi dia malah mengatakan semua kalimat sialan itu.

"Bisakah kita melanjutkannya?" ucap Max.

Max kembali mencium bibir Hera, hanya saja kali ini tidak ada balasan dari Hera sampai membuatnya menyudahi ciuman itu. Sial, Max benci hal seperti ini. Hera telah berhasil membuat gairahnya naik begitu tinggi, lalu sekarang dia bersikap seperti tidak menginginkannya.

"Ada apa denganmu?" tanya Max.

"Apa aku akan berakhir seperti Yura? Kau akan meninggalkanku untuk wanita lain."

Ini tepat seperti yang Max pikirkan. Namun, ia tidak mengerti kenapa Hera mengkhawatirkan hal itu saat dia telah begitu yakin untuk membuat keputusan meninggalkannya setelah anaknya lahir. Apa yang sebenarnya Hera inginkan?

"Untuk apa kau berpikir seperti itu?" ujar Max.

"Tentu saja aku harus berpikir. Jika kau memang akan seperti itu, maka kita hentikan saja semua ini." Hera mendorong Max menjauh darinya, lalu ia turun dari meja.

"Kenapa kau mengkhawatirkan hal itu saat kau sendiri yang akan pergi meninggalkanku setelah melahirkan anak kita?" Max balik bertanya pada Hera.

"Aku tahu, tapi aku ingin kita berhenti melakukan ini. Aku ...."

"Hentikan katamu? Baiklah, kita hentikan saja semua ini. Tapi kau yang akan meninggalkanku, bukan aku yang mengusirmu, jadi berhentilah bersikap seolah aku yang membuangmu," ucap Max lagi, kemudian pergi meninggalkannya karena ia telah kehilangan suasana hatinya yang tadinya sangat baik.

Semangat Max telah lenyap begitu saja setelah pertanyaan Hera membuatnya mengingat kesepakatan yang telah terjadi sebelumnya. Belum lagi penolakan Hera setelah memberinya persetujuan untuk bercinta dengannya. Semua itu sangat menyebalkan karena ia tidak bisa melakukan pemaksaan pada Hera. Max pikir, ini akan menjadi malam yang menyenangkan karena ia telah berbaik hati untuk membalaskan dendam Hera, tapi semuanya malah kacau.

Walau ia ingin menahan kepergian Max, tapi Hera tetap mengunci mulutnya saat melihat Max yang pergi meninggalkannya. Benar yang Max katakan kalau ia akan pergi dalam beberapa bulan lagi, lalu untuk apa mengkhawatirkan semua itu? Namun, kenapa Max terlihat begitu marah karena pertanyaannya?

***

Max meninggalkan Hera bukan hanya sekadar untuk ke kamarnya saja, tapi ia pergi dari rumah. Max tidak tahu kenapa ia sangat kesal karena tahu kalau Hera pada akhirnya akan pergi darinya, tapi dia malah bertanya dengan wajah sedihnya apakah dia akan berakhir seperti Yura atau tidak.

Apa maksudnya? Apa Hera ingin diperlakukan seolah dia adalah satu-satunya wanita yang akan mengisi hidupnya? Lalu, kenapa dia malah ingin pergi?

"Ada apa denganku?" gumam Max setelah mobilnya berhenti tepat di depan salah satu bar miliknya.

Max mulai menyadari kalau reaksinya pada Hera telah berlebihan tadi. Hera hanya bertanya dan sangat kekanak-kanakan jika pergi hanya karena pertanyaan seperti itu. Itulah yang Max pikirkan dan ia berniat untuk kembali pulang setelah merasa cukup tenang, tapi gerakan Max tertahan saat melihat Jean yang baru saja datang dan ingin masuk ke barnya. Atap mobil Max terbuka saat ini, jadi Jean bisa melihatnya dengan jelas.

Kedatangan Jean ke sini adalah setelah ia tidak sengaja tahu dari Kevin kalau ini adalah satu bar terbaik di kota Seoul dan pemiliknya adalah Max. Jean pikir, jika datang ke sini, maka ia akan bertemu dengan Max dan itu sungguh terjadi.

Max tidak ingin terlalu berlarut-larut dengan semua ini, jadi ia buru-buru memutar mobilnya untuk pergi dari sini. Max ingat pernah meminta Hera untuk melupakan masa lalu dan hidup dengan masa sekarang, tapi ia sendiri malah menatap masa lalu. Memalukan sekali, pikir Max.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang