31

1.5K 55 0
                                    

Ketika Max membuka matanya, ia menyadari kalau dirinya tidak lagi ada di tempat yang sebelumnya, tapi ia berada di sebuah ruangan dan ada dokter serta beberapa pengawalnya di sana. Ingatan tentang Hera kembali terlintas di benak Max yang membuatnya langsung terbangun.

Max ingin segera pergi mencari keberadaan Hera, tapi kakinya terasa masih lemas sampai membuatnya jatuh tersungkur. Dokter dan juga pengawalnya sigap membantu Max berdiri dan kembali membawanya ke ranjang untuk beristirahat.

"Tolong tenangkan diri Anda, Tuan Max. Anda terkena obat bius dan pengaruhnya belum benar-benar hilang," ucap pria dengan jas putih ini.

"Obat bius?" guman Max, lalu ia menatap salah pengawalnya yang sebelumnya ia tugaskan dalam tim yang menjaga Lucy.

"Bagaimana aku bisa ada di sini?" tanya Max.

"Kami khawatir karena Anda dan Nona Hera belum kembali di jam yang seharusnya, jadi kami melakukan pencarian dan menemukan Anda terlegetak tidak sadarkan diri. Dua pengawal yang pergi bersama Anda tewas di tempat. Sedangkan Nona Hera tidak kami temukan." Pria ini menjelaskan situasi yang terjadi pada Max.

"Lalu, kalian hanya diam saja? Cepat cari Hera!" bentak Max.

"Sudah ada tim yang bergerak mencari Nona Hera, tapi kami kesulitan karena tidak ada petunjuk yang tersisa. Namun, kami curiga ini berhubungan penggagalan transaksi Lucy. Kami juga sudah menghubungi Ravi dan dia dalam perjalanan ke sini."

Mendengar penjelasan pengawalnya membuat Max berpikir kalau sepertinya memang benar kalau ini semua berhubungan dengan kegagalan transaksi Lucy. Jika memang seperti itu, maka bukankah Bobby terlibat dalam semua ini?

Saat Max tampak sedang melamun, ponselnya berdering karena telepon dari nomor tidak dikenal. Max pun langsung menjawabmya karena bisa saja telepon itu ada hubungannya dengan orang yang menculik Hera. Max akan membuka segala kemungkinan yang ada.

"Jadi, kau sudah sadar, Max? Tepat seperti dugaanku. Sayangnya Hera belum sadar sekarang." Suara seorang pria terdengar dan Max tidak mengenali suara pria ini.

Max meremas ponselnya dan tangannya terlihat mengepal. "Siapa kau? Jika kau memiliki masalah denganku, maka selesaikan denganku. Hanya pengecut yang melakukan penculikan seperti ini." Max terlihat begitu marah saat ini.

"Sebut aku pengecut sekali lagi, maka aku akan kirimkan potongan tangan dari wanita kesayanganmu itu. Apa itu yang kau inginkan?" pria ini, Jack memberikan ancaman yang membuat Max seketika terdiam.

Jack menghisap rokoknya, lalu menyemburkan asapnya ke udara. Asap putih tipis memenuhi ruangan Jack, pria yang saat ini mencoba untuk membuat dirinya terdengar menakutkan di tengah kekhawatirannya pada kondisi putrinya.

"Aku tidak sedang bermain-main, jadi perhatikan setiap kata-kataku. Bawa Lucy padaku, maka aku akan mengembalikan Hera dalam keadaan selamat. Aku akan mengirimkan alamat lengkapnya padamu dan kau harus tiba di sana sebelum jam 10 pagi atau siapkan ucapan selamat tinggal pada Hera." Ancaman yang lebih menakutkan Jack berikan pada Max.

"Jika kau terlambat atau mencoba mempermainkanku, maka kau akan mendapatkan bagian yang terburuk. Kau akan menjadi seorang ayah, kan? Jadi pikirkan anakmu. Jika anakku tidak selamat, maka anakmu dan juga Hera tidak akan selamat. Apa kau mengerti?" lagi, Jack kembali memberikan ancaman pada Max sebelum akhirnya telepon itu terputus.

"Maaf, Tuan Max, apa saya boleh tahu siapa yang menelepon? Apa dia yang menculik Nona Hera?" pengawal Max kembali bertanya, tapi Max hanya diam saja.

Max melihat jam di ponselnya yang sekarang sudah menunjukkan pukul 08.15 pagi. Di saat bersamaan ada pesan masuk ke ponsel Max yang berasal dari nomor yang tadi meneleponnya. Itu adalah alamat dari tempat di mana Max harus meninggalkan Lucy di sana. Tidak hanya alamat, tapi juga foto Hera yang ada dalam kondisi tidak sadarkan diri dengan sebuah pisau ditodongkan padanya. Max menjadi semakin panik, khawatir, dan takut saat melihat foto itu.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang