17

2.3K 48 0
                                    

Kini, Hera telah sampai di tempat Aaron dipenjara, tapi saat sampai di sana, Hera melihat tubuh Aaron yang sudah terkapar tidak berdaya dengan mulut penuh muntahan. "Apa kau tidak bisa menolongnya?" Hera bertanya pada Ravi.

"Dia sudah meninggal." Bukan Ravi yang menjawab, tapi anak buah Max yang lain yang berjaga di penjara itu.

"Aku akan melaporkannya pada Tuan Max," ucap Ravi, lalu memberi isyarat pada Hera agar pergi bersamanya dengan menunjuk ke arah jalan keluar. Tidak ada yang bisa Hera lakukan di sini, jadi Ravi pikir lebih baik jika dia pergi saja.

"Bagaimana jika dia tidak benar-benar meninggal?" Hera bertanya pada pria yang menyampaikan kabar kematian Aaron.

"Aku sudah memastikannya. Kalaupun dia masih hidup, kau tidak akan bisa melakukan apapun tanpa persetujuan dari Tuan Max," jawab pria ini dan setelahnya pergi mengurus mayat Aaron.

"Akan lebih baik jika kau bersikap sesuai dengan posisimu. Diperlakukan sedikit lebih istimewa bukan berarti kau bersikap sesuka hatimu. Sejauh yang aku tahu, Tuan Max tidak punya banyak kesabaran, jadi berhati-hatilah dengan kalimat atau sikapmu." Ravi terdengar seperti sedang memperingatkan Hera.

"Jadi, menurutmu benar jika seorang anak membunuh ayahnya sendiri?" Hera membalas ucapan Ravi.

"Walau bekerja dalam dunia gelap seperti ini, aku tahu kalau membunuh adalah kesalahan, tapi orang-orang seperti kami tidak membunuh sembarang orang. Ada alasan kuat kenapa seseorang harus mati dengan cara dibunuh dan itu sudah menjadi takdirnya. Aku juga tidak percaya saat melihat Tuan Max bisa sesantai ini saat ayahnya sekarat, tapi aku yakin pasti ada alasan kuat kenapa dia seperti ini. Sesekali, coba lihat dari sudut pandangnya, bukan hanya sudut pandangmu. Lagi pula, bukankah Aaron meninggal karena perbuatannya sendiri?" Ravi bicara panjang lebar pada Hera dan setelahnya kembali menunjuk ke arah pintu keluar.

"Silahkan, kau duluan," ucap Ravi, masih dengan menunjuk ke arah pintu keluar.

Hera masih menatap Aaron selama beberapa saat, sebelum akhirnya ia pergi dari sana. Max sudah mengatakan apa yang ayahnya lakukan padanya, tapi mungkin itu hanya sebagian kecil dari luka yang dia dapatkan. Ada tumpukan luka yang membuat Max melakukan semua ini pada Aaron. Hanya saja, Hera masih sulit membenarkan semua ini, tapi di sisi lain ia juga menjadi penyebab kematian Kai. Lalu, apa bedanya ia dan Max?

Begitu mendapat kabar kematian Aaron, Max masih bersikap santai dan memberikan perintah agar pemakaman segera dilakukan, tapi ia memilih untuk tidak menghadiri pemakaman itu. Max sedang tidak ingin tertawa di pemakaman, jadi bukankah lebih baik jika tidak datang?

"Kenapa kau terus menatapku? Apa kau punya sesuatu untuk dikatakan?" Max mengalihkan perhatiannya pada Hera.

"Apa kau sungguh baik-baik saja dengan semua ini?" tanya Hera.

Max tersenyum dan setelahnya berkata, "Ya, aku baik-baik saja. Seperti saat kau melihat kematian Kai, aku juga merasakan hal yang sama, bedanya adalah aku tidak menahan perasaan itu."

"Kau pasti bohong. Tidak peduli apapun yang orang tua lakukan seorang anak pasti akan tetap sedih dengan kematian orang tuanya, kecuali jika anak itu tidak punya hati."

Max sempat diam sejenak, ia hanya menatap Hera yang semakin berani bicara padanya. "Ya, aku tidak punya hati, maka berhati-hatilah padaku. Aku hidup dengan caraku sendiri dan jika kau tidak setuju dengan caraku, maka itu adalah masalahmu." Max bicara dengan penuh penekanan dan setelahnya menarik Hera untuk ikut bersamanya karena ini sudah masuk waktu makannya.

***

Max benar-benar tidak hadir di pemakaman Aaron, tapi ia tetap menerima kabar terbaru dari setiap proses pemakaman. Max hanya diam di ruang kerjanya, berdiri di dekat jendela sembari menatap hujan deras yang baru saja turun. Max sungguh ingin merokok sekarang, tapi rasa mualnya selalu menjadi semakin parah jika ia mencoba rokok. Pada akhirnya, Max hanya bisa memakan permen saja.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang