"Hentikan ini, sialan! Ahhkk."
Kalimat makian, lalu teriakan rasa sakit terus keluar dari mulut Liam ketika ia harus menerima hukuman dari Max. Mungkin bukan hukuman, tapi ini lebih tepatnya penyiksaan. Kedua tangan Liam terikat dengan rantai dan dikaitkan pada besi yang ada di atas kepalanya, lalu berulang kali diberikan kejutan oleh anak buah Max dengan cara disetrum.
Sementara Max duduk di kursi dengan kaki yang menyilang dan gelas berisi wiski ada di tangannya. Max terlihat seperti sedang menyaksikan pertunjukan yang begitu menarik sampai membuatnya beberapa kali tertawa saat melihat Liam yang kesakitan.
"Hentikan katamu? Beri aku satu alasan kenapa ini harus dihentikan?" Max akhirnya bicara setelah telinganya bosan mendengar Liam yang terus mengatakan agar semua ini dihentikan.
Liam menatap ke arah Max dengan tatapan yang begitu tajam. Tubuhnya telah begitu lemas saat ini karena telah berulang kali disiksa atas perintah dari Max. Max memang bukan pria sembarangan, pikir Liam. Max bisa dengan mudah membuka rumah tempat persembunyiannya, lalu membawanya ke tempat sialan ini tanpa diketahui oleh siapapun.
"Siapa kau? Sebelumnya, kau bahkan tidak ada di dekat Hera, lalu kau tiba-tiba datang dan merusak semuanya. Hera adalah milikku dan akan selalu seperti itu!" Liam berusaha berteriak pada Max saat kondisi tubuhnya begitu lemah.
Max kini bangkit dari duduknya, lalu berdiri di depan Liam. "Tidak penting bagimu untuk tahu siapa aku sebenarnya. Orang yang akan mati tidak perlu mengetahui semua itu." Max mengambil alat penyetrum sembari bicara pada Liam dan setelahnya kembali mengejutkan Liam dengan alat itu.
"Akkhh!!" Liam lagi-lagi berteriak kesakitan dan Max tersenyum puas melihat hal itu.
"Aku memintamu untuk memberikan alasan kenapa ini harus dihentikan, tapi kau malah bicara melantur. Sekarang, biar aku yamg bertanya padamu. Kau membunuh Mina, kan? Seperti yang kau lakukan pada seorang gadis di masa lalu."
Liam tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika mendengar Max yang bahkan mengetahui masa lalunya. Liam menjadi semakin takut sekarang, sebab Max mengetahui lebih banyak dari yang bisa diperkirakan.
"Aku tidak membunuh siapapun!" Liam lagi-lagi berteriak pada Max.
"Kau bisa membohongi orang lain, tapi tidak denganku. Aku punya bukti kalau membunuh mereka ...."
"Kau bohong! Tidak ada bukti apapun yang tersisa. Aku sudah menyingkirkan semuanya." Liam terlihat begitu ketakutan, tapi masih mencoba menunjukkan kekuatan dirinya dengan menyeringai pada Max.
"Jadi, kau sungguh membunuh mereka? Kau mengaku mencintai Hera, tapi kau malah membunuh ibunya. Hera pasti akan sangat marah saat mengetahuinya."
"Wanita tua itu menyebalkan. Aku menanyakan Hera padanya, tapi dia terus saja memakiku setelah tahu kalau aku mengikuti Hera. Mina bersikap seolah dia adalah ibu yang baik, tapi aku tahu kalau dia adalah ibu yang jahat. Aku telah mengurangi beban Hera dengan cara membunuh ibunya yang berengsek itu. Hera akan berterima kasih padaku." Liam tersenyum kali ini karena membayangkan Hera yang berterima kasih padanya.
"Kau tidak tahu apapun tentang cara mencintai seseorang. Kau hanya penguntit gila yang harus aku singkirkan, agar di masa depan kau tidak mengganggu Hera lagi. Kau adalah beban Hera yang sesungguhnya." Max menjauh dari Liam, kemudian mengambil gelas minumannya dan dihantamkan ke kepala Liam sampai gelas itu pecah.
Keadaan Liam menjadi semakin memprihatinkan setelah gelas itu membuat kepalanya terluka. Cairah berwarna merah mengalir keluar dari luka Liam, jatuh ke pipinya, dam menetes lewat dagunya.
"Itu untukmu yang sudah berani memiliki pikiran untuk menyentuh Hera," ucap Max.
"Selesaikan dia dengan baik." Max memberikan perintah pada anak buahnya dan setelah itu pergi meninggalkan tempat penyiksaan Liam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Jaminan Tuan Max [21+]
RomanceHera kira, hidupnya telah cukup buruk selama ini, tapi ia salah karena masalah yang lebih besar telah datang untuk memperburuk hidupnya. Ibunya berutang pada seorang lintah darat bernama Max dan ketika utang itu tidak bisa dibayar tepat waktu, maka...