Chapter 8.

2.2K 203 15
                                    

“ aku merindukan rumah”

Katanya, cinta adalah ketika kita bahagia melihatnya bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya, cinta adalah ketika kita bahagia melihatnya bahagia. Benarkah itu?

Benar.

Cinta adalah kebahagiaan dan pemberi kebahagiaan. Jika mencintai seseorang atau sesuatu tidak membuatmu bahagia, maka itu bukanlah cinta.

Itulah yang sedang Kun coba untuk lakukan.

Di kamar hotelnya yang terasa sejuk, ia terjaga semalaman. Hatinya gundah entah kenapa. Tubuhnya tidak tenang.

Ia merindukan seseorang.

"Kenapa aku selalu memikirkannya?"

"Aku sangat merindukannya"

"Apakah dia di sana sudah tidur?"

Pertanyaan itu berputar terus di kepalanya hingga ia sendiri pun jadi pusing. Tidak ada hasrat baginya untuk kembali ke China.

Kun hanya mau kembali pada Yangyang.

Jangan tanya kenapa, Kun sendiri pun tidak tau. Ia begitu merindukan si manis setengah mati.

Ingin memeluknya dengan erat.

Ingin mengecupi pucuk kepalanya berkali-kali.

Ingin bercanda ria dengannya.

Kun ingin Yangyang.

Tapi semua akan sirna besok pagi, kala matahari memunculkan wujudnya. Karena Kun akan benar-benar pulang ke China.

 Karena Kun akan benar-benar pulang ke China

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, tuan Qian. Senang anda bisa datang dengan segera" Xiaoting; wanita cantik itu menyambut kedatangan bos besarnya.


"Pagi. Dimana tamu kita?"

"Sudah menunggu di ruang rapat, tuan"

(✔) RUMAH [Kunyang] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang