Chapter 17.

2.1K 179 3
                                    

Lelaki dominan dan lelaki manis itu masih setia duduk di depan rumah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki dominan dan lelaki manis itu masih setia duduk di depan rumah mereka. Menikmati hangatnya terpaan cahaya matahari di saat senja.

Tangan kekar itu masih setia menggenggam tangan sang istri. Terlihat dari raut wajah mereka, ada secercah kegundahan di sana. Meskipun rasa cinta yang mereka miliki amat besar, tetap saja langkah yang akan mereka ambil terasa berat.

Tapi lebih dari itu, lelaki manis yang tengah bersandar di bahu suaminya tampak memunculkan wajah sendu. Tatapan matanya masih mengarah ke anak-anak yang tengah main di halaman rumah.

"Harusnya aku mendengarkan ucapanmu dulu" ucapnya dengan lirih.

Sang suami menoleh, mengusap lembut pipi mulus itu.

"Aku sudah melupakannya. Kau lebih berarti dari apapun, sayang"

"Keluarga kita belum lengkap, dan tidak akan pernah lengkap" terdengar helaan nafas dari si manis.

Lelaki dominan itu terkekeh gemas.

"Mereka sudah lebih dari cukup" ujarnya sembari menunjuk anak-anak di halaman.

"Aku menikahimu karena mencintaimu. Bukan karena ingin punya anak"

Hati si manis terenyuh. Ia tau, suaminya ini begitu mencintainya. Tapi penyesalan selalu menghantuinya.

Cahaya matahari mulai masuk ke kamar sederhana itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya matahari mulai masuk ke kamar sederhana itu. Seorang lelaki; Hendery, melenguh karena merasa tidurnya terganggu. Sejenak ia biasa saja, tapi sedetik kemudian Hendery kaget.

"Aku dimana?"

Pikirannya belum fokus, masih blank. Sesaat kemudian barulah ia sadar setelah melihat ke sampingnya. Dejun masih tidur pulas di sampingnya.

Ah, ia ingat.

Kemarin kondisinya benar-benar buruk selepas di hajar Johnny. Satu-satunya tempat yang ada di pikirannya hanyalah Dejun.

Rumah ternyaman baginya untuk pulang.

Setelah itu ia tak ingat apapun lagi. Iyalah, kan pingsan.

Melihat wajah teduh Dejun, hatinya menghangat. Dialah orang yang Hendery mau untuk mengisi harinya. Dialah orang yang ingin Hendery nikahi, dan cintai sampai mati.

(✔) RUMAH [Kunyang] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang