Once Ice Melts
Siang itu, John berdiri di depan kantor Zayne dengan laporan Zack di tangan. Setelah beberapa kali mengetuk dan tidak mendapat jawaban, dia mendorong pintu yang setengah terbuka dengan hati-hati. Di dalam, Zayne bersandar di kursinya dengan mata tertutup, tampak sedang tidur.
John masuk perlahan dan meletakkan laporan itu di meja. Zayne tidak bergerak, matanya tetap tertutup. "Operasi siang ini sudah dimulai?"
"Belum! Masih satu jam lagi. Kamu masih punya waktu untuk istirahat," jawab John cepat. Zayne mengeluarkan suara hmm pelan dan duduk tegak. "Ingat periksa Bed 32," katanya sambil mengelap kening.
"Baik." John sudah menghafal semua pasien di rumah sakit. Bed 32 adalah Jeanne, dan mereka sudah memeriksanya kemarin. Tapi Zayne melanjutkan, "Hubungi keluarganya dan beri tahu mereka harus ikut dalam pemeriksaan besok pagi."
"Dimengerti!" John tahu pemeriksaan Jeanne besok termasuk CT scan yang membutuhkan agen kontras.
"Kalau mereka nggak bisa datang, kamu temani dia."
"...Benar," jawab John setelah sejenak ragu. Zayne menyadari keraguannya. "Ada masalah?" tanyanya sambil meliriknya.
John, yang sekarang tidak sebegitu takut pada Zayne, menjawab meskipun masih agak ragu. "Sepertinya Jeanne nggak terlalu percaya sama aku... Bukankah agak..."
Zayne berpikir sejenak. "Dulu, pas aku baru mulai, aku banyak berusaha untuk mendapatkan kepercayaan pasien-pasienku. Mereka tahu siapa yang benar-benar peduli sama mereka."
Setelah beberapa detik hening, John berkata, "Aku paham!"
Setiap magang cenderung dipengaruhi oleh guru yang berpengaruh. Makanya, saat itu, John merasa ajaran Zayne sudah tertanam dalam dirinya.