Zayne

41 4 0
                                    

The Best Doctor

Pagi berikutnya, saat John mengantar Jeanne kembali ke ruang perawatan, teleponnya berdering. Tertulis di ID penelepon, itu perawat dari Divisi Bedah Jantung.

Perawat itu berbicara singkat melalui telepon. Asisten kedua Zayne sedang sakit, John diminta menggantikannya segera.

Informasi itu mengejutkan John. Dia terkejut dan sedikit kebingungan. Baru setelah mengganti pakaian dengan jas lab, John sadar dia mendapat kesempatan untuk menjadi asisten Zayne. Setelah memastikan masker, topi, dan sepatunya terpasang dengan benar di cermin, John membersihkan tangannya dan menyaksikan pintu ruang operasi perlahan terbuka di hadapannya.

Di bawah lampu, Zayne berdiri di samping meja operasi. Di sampingnya, ada tempat kosong yang seharusnya ditempati asisten kedua. John hampir tidak percaya, dia benar-benar diberi kesempatan untuk berdiri di sana.

Operasi transplantasi jantung ini tingkat kesulitannya seperti berjalan di tali di tebing. Sekecil kesalahan bisa menyebabkan pendarahan hebat pada pasien. John dengan hati-hati mengamati dan melakukan tugasnya, bahkan saat momen penting, dia tak berani berkedip.

Dia melihat tangan Zayne dengan terampil mengendalikan alat bedah, menanamkan jantung buatan, dan menyelesaikan penempatan alat lainnya. Semua sudah siap, pompa dimatikan. Sekarang, yang tersisa hanya menunggu detak jantung... Satu... Dua...

Tiga...

John menahan napas, fokus, diam-diam menghitung detik dalam pikirannya. Rasanya seperti satu abad.

Kemudian, data muncul. Jantung pasien berdetak lagi.

Jantung buatan berfungsi. Seorang pria yang dianggap "meninggal" dalam dunia medis kini hidup kembali.

Meskipun John sudah memahami teknik ini dengan baik saat kuliah kedokteran, dia kini sadar bahwa teori tak sebanding dengan praktik. Pengalaman ini terasa nyata, meninggalkan rasa kagum dalam dirinya.

Dia tak bisa menahan diri untuk memandang Zayne, mencoba mencari kegembiraan yang serupa di mata sang dokter bedah, tapi Zayne hanya mengumumkan keberhasilan operasi dengan tenang. Lalu, dia berbalik dan berjalan menjauh dari meja operasi.

...Benar. Dr. Zayne pasti sudah terbiasa dengan jenis operasi seperti ini.

Setelah keluar dari ruang operasi, John masih ingin berbicara dengan Zayne. Sebelum Zayne pergi, John bertanya ragu, "Dr. Zayne, kenapa kamu memanggilku hari ini?"

Zayne terus mencuci tangannya tanpa menoleh. "Kamu perlu menulis makalah tentang topik ini."

John terkejut, rasa terima kasihnya menghalangi untuk mengungkapkan semuanya. Dia hanya bisa mengucapkan, "Terima kasih, Dr. Zayne!"

Saat waktunya di Divisi Bedah Jantung hampir berakhir, John merasa enggan untuk pergi. Rasa takutnya pada Zayne sedikit demi sedikit mulai mencair di bawah sinar matahari sejak hari itu di taman, sepenuhnya menghilang di ruang operasi.

Hari sebelum jadwalnya pergi, seorang siswa yang akan rotasi mendekatinya dan bertanya, "Gimana sih kerja bareng Dr. Zayne? Denger-denger dia menakutkan, tapi dia dokter jago banget. Aku bingung..."

Sekarang, mendengar orang lain menyebut Zayne "menakutkan" membuat John ingin membelanya. "Jangan dengerin mereka! Dr. Zayne nggak menakutkan sama sekali..."

John bingung dan meski memutar otaknya seharian, yang bisa dia katakan hanya ini: "Dia dokter terbaik yang pernah aku temui."

Anecdots (Love&Deepspace)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang