"Mencintaimu ialah penghargaan yang luar biasa."
Bukankah desahanku itu nikmat bagimu, Tuan? Lantas mengapa kau jahit mulutku?
Terus saja mengambil dalih cinta sebagai pagar dari gelombang nafsu!
Terus saja kau salahkan desahanku,
tapi kau timang...
Bukan rasa yang cepat hilang menjadi abu Mencintaimu ialah anugrah dari parutan waktu Tak ada yang kucinta sedalam ini selain kamu Bahkan, hanya sekedar pertama mendengar namamu, aku sudah terpaku
Baru saja menghantam diriku Memberi pukulan agar tidak larut dalam rindu Menghanguskan keinginan-keinginan yang memaksa untuk bertemu Mengetuk kembali, takdir di masa depan belum ada yang tahu
Tak memaksa, tapi berusaha meminta Keinginan itu tetap kuat, tak akan dirampas sirna Apa yang di depan mata Ini yang sekarang prioritas utama
Pikiran manusia terus berjalan dari titik ke titik Tak memikirkan masa depan sedikit saja, ini mustahil tanpa dibatik Ada masanya untuk menyesal di masa depan karena terlalu mengulik Sampai lupa tak memberi kesan kenangan di masa yang terpantik
Sungguh, tak ada celah untuk meragu Benarkah kamu ditakdirkan untukku Teka teki takdir masih mendekap tuju Semoga langkahmu tidak mengkhianatiku
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.