Part 06

54 8 0
                                    

"Eonni yakin sudah baik-baik saja?."tanya Sinbi

Eunha tersenyum dan mengangguk. Eunha pulang tadi Siang, dan Sinbi menemaninya sejak itu. Mereka sekarang sedang menunggu Sowon pulang bekerja.

"Eonni akan sembuh?."
"Entahlah, setelah semua proses kemo selesai. Aku harus operasi. Tapi itupun kalau kondisiku kuat."
"Eonni harus kuat demi anak-anak dan oppa."

Eunha tersenyum lagi, tapi dia tidak yakin seoptimis itu. Kemo yang dia lakukan hanya sebagai usaha agar dia bisa hidup lebih lama untuk bisa melihat wajah bayi-bayinya.

"Kau juga harus jaga kesehatan. Jangan sampai kau sakit seperti aku dan ayahku."

"Jadi kau dan ayahmu sakit karena penyakit yang sama?."

Eunha mengangguk.

"Eonni pasti sembuh. Eonni harus yakin itu."
"Gomawo Sinbi-ya."
"Tidak perlu berterimakasih."
"Aku tidak punya saudara, dan meskipun kita dekat karena sebuah kesalahan. Tapi aku senang karena kita bisa menjadi dekat."
"Aku juga senang. Jadi eonni harus sehat agar kita bisa bersenang-senang bersama."

Tak lama kemudian Sowon datang,

"Aku pulang. Kalian mengobrol apa? Terlihat seru sekali."

Sowon menghampiri Eunha dan kemudian memeluknya.

"Rahasia wanita. Oppa tidak perlu tahu."ujar Eunha
"Main rahasia-rahasian. Tidak seru akh."sebal Sowon

"Sinbi-ya, kau lihat?. Kau harus tahan dengannya yang kekanakan."ujar Eunha bercanda
"Kemarin aku melihat dia merengek, eonni. Dia demam dan mengigau parah."balas Sinbi mengadu

"Yakk..."

"Kamu sakit?."tanya Eunha khawatir
"Hanya demam. Aku sudah sembuh sekarang."jawab Sowon
"Mianhae."sesal Eunha
"Gwaenchana..."

Sowon dan Eunha kembali berpelukan mesra. Sinbi yang melihatnya juga ikut senang. Mereka berdua sudah seperti kakaknya, jadi dia juga bahagia, melihat mereka bahagia.

S
K
I
I
P

Rencana mereka hampir berjalan dengan baik. Tetapi seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga.

"Biru dan Pink, bagaimana?."
"Oppa, bagaimana kalau keduanya namja?."
"Tidak apa-apa. Mereka tidak akan langsung mengerti."
"Lebih baik beli warna yang netral saja."
"Lalu cara membedakan mereka bagaimana?."
"Bagaimana kalau kita balik lagi ke klinik, dan tanyakan pada dokter, apa jenis kelamin mereka?."
"Nan shireo. Aku ingin menjadi kejutan."

Kandungan Sinbi sudah jalan tujuh bulan sekarang, dan mereka sedang sibuk membeli perlengkapan bayi dari mulai barang yang berguna, sampai barang yang sangat tidak berguna. Eunha benar, Sinbi harus bersabar menghadapi Sowon yang kadang kekanakan.

"Sinbi-ya, otte?."tanya Sowon sambil menunjukan sebuah pakaian
"Oppa, itu pakaian untuk anak 2 tahun. Simpan saja!."tolak Sinbi
"Tapi ini lucu. Kita bisa menyimpannya."bujuk Sowon lagi
"Aniya... eonni bisa-bisa marah lagi pada kita!. Dan kau seyakin itu akan punya anak perempuan?."omelnya lagi pelan

Minggu lalu sebelum Eunha pergi, mereka dimarahi karena membeli mainan yang tidak cocok untuk bayi.

"Eunha sedang pergi, kita sembunyikan ini baik-baik. Kau jangan mengadu."
"Geurae, terserah."

Sinbi akhirnya diam, dia menyerah dan mengikuti semua keinginan Sowon. Sampai akhirnya di apartemen, dia baru mengomeli Sowon yang terlihat kesusahan membawa barang belanjaan mereka.

"Ribet sendiri 'kan?. Udah dibilang ngga usah beli, malah beli segala macam. Aku tahu kau banyak uang, oppa. Tapi...-"omel Sinbi terhenti ketika melihat seseorang di depannya

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang