#bonus part

62 12 0
                                    

"Sinbi-ya..."

"Waeyo, eonni ingin aku ambilkan sesuatu?."

Sinbi masih menemani Eunha di rumah sakit. Dia bahkan sedang membantu Eunha mengunting kuku jari-nya.

"Sudah selesai?."
"Satu lagi, tahan sebentar."

Eunha terkekeh karena Sinbi memperlakukannya seperti anak-anak.

"Sinbi-ya..."

"Waeyo eonni? Jangan memanggilku terus kalau tidak ada tujuan."

"Lucu saja melihatmu kesal."

Sinbi sudah selesai dengan jari-jari Eunha, dia lalu menatap wajah Eunha sangat dalam.

"Katakan eonni ingin apa?."tanya Sinbi pengertian

"Tetaplah bersama kami apapun yang terjadi. Kamu harus berjanji."pinta Eunha

"Kalau eonni sembuh, aku akan melakukannya. Aku akan mengunjungi kalian sehabis bekerja."

"Akan bekerja apa?."

"Molla..."

"Sesuatu yang kamu suka apa?."

Sinbi sedikit curiga, akan ke arah mana pembicaraan ini.

"Sinbi-ya, apa?."

"Aku suka wangi-wangian, parfume, bunga juga. Ibuku punya toko bunga di jeju."

"Jinjja? Pasti indah."

"Hanya toko kecil, jangan berekspektasi tinggi."

Eunha tidak menyangka Sinbi punya sisi feminim yang seperti ini.

"Eonni punya gedung yang letaknya cukup strategis, ambil gedung itu. kau bisa menjadikannya toko bunga yang kau inginkan."

"Jangan bicara sembarangan!. Aku tidak sematre itu."kesal Sinbi, "Simpan gedung itu untuk eonni sendiri. Bagaimana bisa eonni membicarakan sebuah gedung seperti permen?."omel Sinbi menolak habis-habisan

"Kalau menikah dengan Sowon bagaimana?."

"Astaga eonni!!. Oppa itu sangat mencintai eonni. Mulut eonni sebaiknya diam saja!. Tidurlah!. Aku harus pulang."

"Aku baru bisa tidur dengan tenang, kalau kamu setuju."

"Eonni..."

"Tidak perlu di jawab sekarang. Pikirkan baik-baik. Waktumu masih panjang. Aku hanya ingin mendengar jawaban Ya darimu."

"Ini pemaksaan namanya. Bagaimana kalau aku punya kekasih nanti?."

"Aku jamin suamiku akan lebih baik dari kekasih-kekasihmu itu. Dan jangan coba-coba untuk balikan dengan mantanmu!"

"Jinjja... cepatlah tidur!."

S
K
I
I
P

Sinbi terlihat bingung dengan ruangan yang ditempatinya. Dan lagi tangan dan kaki-nya juga terikat. Dimana dia sebenarnya. Dia juga tidak bisa memberontak terlalu banyak. Bekas operasinya masih terasa menyakitkan.

"Kau sudah bangun?."

Sinbi sedikit terkejut melihat Taeyeon yang menghampirinya.

"Berjanjilah bersikap tenang, maka aku akan melepaskan tali yang mengikatmu. Dan kita bicara baik-baik."

"Apa kau kira, aku masih bisa bersikap baik setelah diperlakukan seperti ini?."

"Maafkan aku."

Taeyeon mundur dua langkah lalu membungkuk meminta maaf. Dia juga sebenarnya tidak ingin seperti ini. Tapi untuk berjaga-jaga, dia harus bersikap hati-hati. Lagipula dia juga belum mengenal Sinbi.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang