HAPPY READING
.
."Tapi di luar lagi hujan, Mi," tolak Jean dengan wajah memelas.
Linda berdecak sebal. "Mami cuma minta kamu keluar sebentar beli telur buat Kakak, Jean! Kakakmu mau makan, dia belum makan malam!" aksa Linda.
Jean terdiam, kemudian berlalu untuk segera membeli telur yang Linda minta.
Saat ini waktu sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam. Ditambah cuaca di luar sedang hujan, Jean sebenarnya lebih memilih tidur dari pada harus pergi di saat cuaca sedang hujan begini. Namun, apa boleh buat. Perintah Linda sama sekali tidak bisa dibantah.
Jean mengendarai motornya pelan, menikmati air hujan yang mulai membasahi tubuhnya. Sengaja Jean tidak kenakan jas hujan, berharap air hujan dapat mendinginkan hatinya yang panas.
"Kakak belum makan, sana beli telur!" kata Jean dengan menirukan gaya bicara Linda.
"Dikira gue udah makan? Yang diinget cuma Kakak padahal gue juga belum makan dari kemarin. Ga punya hati!" lirihnya.
Sepanjang jalan Jean merutuki ibunya sendiri, meski tahu hal tersebut dilarang Jean tetap saja merasa sakit hati dan hanya bisa merutuki Linda dari belakang.
Motor Jean terparkir di depan warung yang masih buka. Jean pun segera membelikan pesanan Linda berupa dua butir telur, kemudian kembali mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.
Memasuki rumah dengn kondisi tubuh yang basah bukanlah pilihan yang bagus. Linda kini justru kembali mengomeli Jean tanpa henti, membuat Jean benar-benar pusing. Suasana hatinya tengah tidak baik. Tidak bisakah Linda menunda untuk mengomelinya?
Tangan Jean saling meremat. "Cukup, Mi! Aku capek tau ga?" kata Jean dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.
Jean cukup lelah, usahanya selalu tidak dihargai. Ia masih marah pada Linda perkara nilainya yang sama sekali tidak diberi apresiasi.
"Kamu berani bentak Mami?" kata Linda lirih.
Jean yang tidak merasa bersalah pun kembali berkata, "Kenapa? Emang cuma Mami aja yang bisa marah? Aku juga manusia, Mi! Aku, tuh, cape Mami tau ga, sih?"
Sean berlari ke arah dapur saat mendengar keributan dari adik dan ibunya. "Kenapa, sih? Udah malem, loh, bisa jangan rame ga?" ucap Sean.
"Nyokap lo yang dari tadi ngomong terus. Gue juga maunya tidur, capek ngeladenin orang tua yang pilih kasih!"
"Jean! Omongan lo bisa di saring dulu ga, sih? Nyokap gue itu nyokap lo juga!" Tangan Sean menarik kerah baju yang Jean kenakan.
Linda yang melihat hal tersebut pun panik, takut jika kedua putranya akan saling pukul. "Jean, udah! Kamu ke kamar, jangan keluar sebelum Mami suruh!"
Jean semakin emosi mendengar teguran Linda. Tangan Jean meremat tangan kakanya yang masih mencengkeram kerah bajunya. Jangan lupa kalau Jean anak taekwondo, maka Jean dengan cepat menarik tangan Sean dan mendorong kakaknya hingga terjatuh.
"Sean!" teriak Linda panik.
Jean dan Sean saling pandang dengan mata yang menyorot tajam. Napas keduanya tersengal pertanda mereka sama-sama diselimuti emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐂𝐡𝐨𝐢𝐜𝐞 [END]
RandomSejak kecil, Jean terbiasa mengalah juga disalahkan. Terlahir kembar tiga bukan berarti sama. Selain rupa, nasib Jean dan dua kembarannya juga berbeda.