HAPPY READING
.
.Beberapa hari Jean lalui dengan mudah, kebohongannya yang pergi ke perpustakaan yang nyatanya pergi latihan taekwondo pun tidak diketahui oleh Ferdi. Di perjalanan pulang dari latihan taekwondo Jean mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, tak sengaja ia mendapati Kean berjalan sendirian.
Jean tanpa pikir panjang memberhentikan motornya di dekat Kean. "Ngapain jalan kaki?" tanya Jean begitu motor sudah berhenti tak jauh dari Kean.
Kean yang tahu itu Jean pun berlari menghampiri abangnya. "Abang! Ih, untung ketemu lo di sini." Kean berteriak dengan hebohnya, menarik perhatian pejalan kaki yang lain.
"Ya, lo ngapain jalan kaki? Mana jauh banget dari rumah," tanya Jean lagi.
"Tadi nebeng sama temen, tapi bannya dia kempes. Mau pesen ojek ga ada uang, jadinya jalan aja, deh." Jawaban Kean membuat Jean menghela napas.
"Harusnya telepon gue, kan, bisa? Kaya ga punya sausara aja," katanya, "ayo, naik!" imbuh Jean, sembari memberikan helm yang ia pakai ada adiknya.
Biasanya, kan, kita ga deket, Bang, batin Kean. "Kok, helmnya ke gue?" tanyanya.
"Gapapa, gue udah biasa ga pake helm. Kalo lo yang ga pake, entar papi lo marah sama gue." Jawaban Jean membuat Kean tercengang.
"Heh! Papi gue itu papi lo juga, ya!" katanya, Kean meneput bahu Jean cukul keras.
Jean tidak mengindahkan pernyataan Kean sama sekali, ia lebih memilih diam. Begitu adiknya menaiki motor dan sudah duduk dengan benar, Jean pun kembali melajukan motor dengan kecepatan sedang.
"Bang, lo abis taekwondo, ya?"
Pertanyaan Kean membuat Jean terdiam. Sedikit takut adiknya akan mengadu pada Ferdi. "Kenapa?"
"Gapapa, saran gue setelah latihan lo numpang mandi di toilet sekolah. Kalo lo kucel kek gini Papi bisa tau. Lo tau sendiri kalo Papi orang yang teliti banget," jawab Kean.
"Makasih, Dek. Ga kepikiran," ujar Jean. Sekarang ia merasa sidikit cemas, wajahnya jelas tampak kusam dan rambutnya lepek. Bagaimana jika Ferdi tahu ia baru saja latihan taekwondo?
"Nanti bilang aja sama Papi kalo kita abis dorong motor karena bannya bocor, makanya keringetan. Kalo sama gue Papi pasti percaya, kok, Bang!" Ken berusaha menenangkan Jean yang mulai cemas.
"Bener, lo anak kesayangan Papi. Dia pasti percaya sama lo," ucap Jean.
Ah, tampaknya Kean salah. Harusnya ia tidak menyinggung Jean yang sensitif. Padahal beberapa hari ini hubungan keduanya susah membaik dan tidak lagi canggung. Bahkan gaya bicara mereka sudah sangat santai, tidak seperti dulu. Kean takut jika Jean akan kembali menjauhinya karena ia yang salah bicara.
"Gue seneng kita bisa deket kaya sekarang. Padahal kita serumah dari bayi, tapi baru pas udah kelas dua belas baru kita mulai akrab," kata Jean.
"Udah, Bang, lo fokus bawa motor aja. Jangan ngomong terus, kek cewe lo."
"Anjing, gue lagi serius padahal."
Perjalanan pulang Jean hari ini tidak sepi seperti biasanya, haruskah Jean mempertimbangkan untuk pulang dan berangkat sekolah bersama Kean? Kalau Ferdi mengizinkan, mungkin ide ini bukan hal yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐂𝐡𝐨𝐢𝐜𝐞 [END]
De TodoSejak kecil, Jean terbiasa mengalah juga disalahkan. Terlahir kembar tiga bukan berarti sama. Selain rupa, nasib Jean dan dua kembarannya juga berbeda.