Dengkuran halus Sabda bisa terdengar jelas dalam suasana hening. Usapan lembut pada pucuk kepalanya, mampu membawa pria itu terlelap.
Desau angin malam yang mendatang, membuat rambut Nirmala beriak seirama. Senyum sabit muncul menghiasi wajahnya.
"Mbak!" Teguran Lalis membuat wanita itu terperanjat. Beruntunglah dia tidak mendorong tubuh suaminya.
"Kenapa, Lis?"
"Lalis pamit pulang. Ini donatnya Lalis simpan di meja saja ya." Sembari menyimpan donat tersebut ke hadapan Nirmala.
"Sabda beliin buatmu juga apa nggak?"
"Iya, Mbak. Tadi Mas Sabda udah ngasih satu box ke Lalis."
"Oooh iya, sukur kalau dia inget beliin buatmu juga."
"Iya, Mbak. Lalis permisi, dan maaf ya karena sudah mengganggu." Di akhir kalimatnya, dia sedikit cekikikan.
Lagi, mampu membuat Nirmala merasa malu dan canggung. Apalagi kini dia tengah memangku kepala Sabda.
"Iya."
Setelah itu Lalis bergegas pergi. Ada ibu yang menunggunya di rumah, dengan keadaan yang kurang sehat.
Sepeninggalan Lalis, Nirmala kembali bergerak mengusap pucuk kepala Sabda.
Netra itu mengembun, lalu menjatuhkan titik air tanpa aba-aba. Sabda yang merasakan sesuatu pada wajahnya lantas membuka mata.
"Ada apa?" tanyanya lembut.
"Eh, kamu kok bangun?"
Bukannya menjawab, ia malah balik bertanya. Sabda bangkit dari tidurnya, menatap lekat raut wajah sang istri.
"Kamu nangis?"
"Hah?" Nirmala yang baru saja menyadarinya lantas segera mengangkat tangan.
Namun, gerak tangan Sabda menahannya. Pria itu yang kini menyeka jejak air mata di pipi Nirmala.
"Ada apa?"
Nirmala menggeleng kecil, kemudian menundukkan wajah.
"Jangan seperti ini," gumam Sabda sembari mendongkakkan wajah istrinya.
"Jangan pernah bersedih lagi."
Pria itu bergerak membawa Nirmala ke dalam dekapannya.
"Aku masih belum percaya dengan apa yang terjadi sekarang. Terima kasih, Mas."
Mendengar panggilan itu membuat Sabda tersenyum girang. Dia merenggangkan pelukan kemudian mendaratkan kecupan pada kening Nirmala.
"Coba bilang lagi!" godanya yang tak diindahkan.
"Ayolah ...! Jangan malu."
"Nggak." Kini Nirmala merasa salah tingkah dibuatnya.
"Eh, kapan Lalis nganter donat ke sini?" bingung Sabda kala melihat donat di atas meja.
"Tadi sebelum pamit pulang."
"Sayang banget kalau gak dimakan." Tangannya beralih mengambil donat dengan toping keju.
Ada rasa lega ketika Sabda sedikit menjauh, tetapi bersamaan dengan itu Nirmala juga merasa sedikit kehilangan.
"Buka mulutnya, biar aku suapin," kata Sabda membuat Nirmala hanya menurut.
"Lagi ...."
Kali ini Nirmala menggelengkan kepalanya. "Biar aku aja."
Sabda mengalah dan memberikan donat tersebut. Kini Nirmala makan dalam diam. Sabda juga turut mengambil donat dengan toping coklat lumer.
![](https://img.wattpad.com/cover/314005019-288-k495703.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Untuk Nirmala (OnGoing)
RomanceNirmala Arista harus menerima takdir terburuk dalam hidupnya. Jelang satu bulan pernikahan, dia mengalami kecelakaan dan membuat syaraf matanya tidak lagi bisa berfungsi. Satu minggu menjelang hari H, calon suaminya--Banyu--justru tiba-tiba saja men...